Pengertian Sosiologi Dan Ruang Lingkup Sosiologi Berdasarkan Para Ahli

Apa itu Sosiologi? Sosiologi berasal dari dua kata yaitu socious dan Logos, socious berarti berkawan dan logos berarti ilmu. Makara sanggup ditegaskan bahwa sosiologi yakni ilmu tentang kehidupan bersama dalam arti luas. Banyak hebat yang mendefinisikan tentang sosiologi sebagai ilmu, P.J Bouman misalnya, mempersembahkan definisi sosiologi Adalah ilmu tentang kehidupan insan dalam kelompok, Franklin Henry Giddingsmenyatakan bahwa sosiologi ialah Ilmu yang menguraikan tentang tanda-tanda social dan Pitirim Sorikin mendefinisikan sebagaiIlmu yang mempelajari korelasi dan efek timbal balik antara guaka macam gejala-gejala sosial, korelasi timbal balik antara tanda-tanda sosial dengan non sosial serta ciri-ciri umum tiruana jenis tanda-tanda sosial.

Sebab munculnya Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu berkembang semenjak pertengahan periode ke-19 terutama di Eropa Barat. Perubahan sosial dalam jangka panjang yang berdampak kekacauan sudah menjadi bahaya terhadap tatanan sosial yang mengguncang mayarakat Eropa Barat. Tatanan sosial yang mapan sudah mengalami perubahan, sehingga membangunkan para pemikir sosial untuk melihat dan mencar ilmu memahami tentang perubahan yang tengah terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi hampir bersamaan di Eropa Barat terutama Inggris, Jerman dan Perancis.

Pada tamat periode ke-18 dan pertengahan periode ke-19 kehidupan masyarakat Eropa Barat sedang mengalami banyak sekali krisis, baik krisis sosial, krisis politik, krisis ekonomi dan krisis lainnya disebabkan oleh ;
  1. Kekacauan akhir timbulnya revolusi industri
  2. Kekacauan akhir meletusnya revolusi Perancis
  3. Munculnya realitas kekuasaan gres di tangan orang beradab dan diberilmu


Perintis Ilmu Sosiologi

Sebagai sebuah ilmu, sosiologi tentu mempunyai akar pemikiran yang terkait dengan filsafat. Sebuah ilmu sanggup dipisahkan dari filsafat ketika ilmu tersebut sudah mempunyai gagasan pemikiran sendiri berupa metodologi, pendekatan empiris dan obyek studi yang jelas. Mereka yang pada pertamanya memikirkan dan merumuskan hal ini biasanya disebut sebagai bapak ilmu tersebut atau dalam bahasa lainnya disebut sebagai perintis. Dalam sejarah lahirnya sosiologi, terdapat bebrapa tokoh yang terlibat dalam perdebatan konseptual perumusan paradigma sosiologi. Dalam modul ini kita spesialuntuk sebut lima orang tokoh yang populer dan kontribusinya terhadap perkembangan ilmu sosiologi.
  1. Auguste Comte ( 1797-1857).
Auguste Comte yakni spesialis filsafat Perancis, namun ia sering disebutkan sebagai Bapak ilmu sosiologi. Pendapat ini masuk akal didiberikan lantaran comte lantaran yakni orang pertama yang sebut perlu sebuah ilmu gres yang sebut dengan sosiologi. Ia yang pertama kali sebut istilah sosiologi.yang berasal dari kata socios dan logos. Walaupun pada pertamanya comte menyebut fisika sosial (social fhysics), tetapi kemudian ia lebih menentukan memakai istilah sosiologi (Sociology).
  1. Karl Marx (1818-1883)
Marx berasal dari keluarga rohaniawan Yahudi. Ayahnya seorang pendeta Yahudi (rabbi), namun kemudian ayahnya beralih menjadi penganut pemikiran Protestant Martin Luther, ia melakukannya lantaran alasan bisnis. Marx yakni doktor filsafat yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Hegel. Pada perjalananannya, Marxlebih di kenal sebagai seorang ideolog, dimana pemikirannya banyak menginspirasi perkembangan paham sosialisme dan komunisme.
  1. Emile Durkheim (1858-1917)
Durkheim  berasal dari Perancis, ia keturunan pendeta Yahudi. Ketika bawah umur ia mencar ilmu untuk menjadi ‘Rabbi’ (pendeta yahudi), tetapi semenjak usia 10 tahun ia menolaknya. Ia orang yang kecewa dengan pendidikan agama dan kemudian beralih mendalami logika ilmiah dan prinsip moral yang diharapkan untuk kehidupan sosial. Salah satu karyanya yang populer yakni ‘The Division of Labour in Society’ialahupaya Durkheim untuk mengkaji suatu tanda-tanda yang sedang melanda masyarakat: Pembagian kerja.
  1. Max Weber (1864-1920)
Weber yakni Seorang ilmuan asal Jerman. Ia dosen ilmu aturan dari Universitas Berlin. Diantara bukunya yang populer yakni The Protestant Ethic and the Spririt of Capitalism. Ia menunjukan korelasi etika protestan dengan semangat kapitalisme. Dalam bukunya ini weber mengemukakan tesisnya yang populer terkena keterkaitan antara etika protestan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Ibnu Khaldun (1332 M)
  1. Ibnu Khaldun
Sebelum ilmuan sosial memperdebatkan tentang ilmu sosiologi pada pertengahan periode ke-19, lima periode sebelumnnya Ibnu Khaldun sudah mulai mengkaji dan mereview tentang sosiologi. Namun Ia tidak pernah menyebut istilah sosiologi. Dalam pandangan Ibnu Khaldun kajian tentang masyarakat masih menyatu dengan kajian filsafat. Oleh lantaran itu Ibnu Khaldun lebih disebut sebagai hebat filsafat. Akan tetapi Ibnu Khaldun sudah mengulas tentang pembahasan sosiologi dalam buku-bukunya.
 Sosiologi berasal dari dua kata yaitu socious dan Logos Pengertian Sosiologi dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli
image source: hizb-australia.org

Paradigma Ilmu Sosial

Paradigma yakni citra mendasar terkena subyek ilmu pengetahuan. Ia mempersembahkan batasan terkena apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus di ajukan, bagaimana harus dijawaban dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawabanan yang diperoleh, ia memilah masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat ilmu pengetahuan yang lain (George Ritzer).

MenurutGeorge Ritzer, ada Tiga paradigma ilmu sosial yang mendominasi Sosiologi. Tiga paradiogma itu yakni fakta sosial, paradigma definisi sosialdan paradigma konflik. (george Ritzer)

Kaitan sosiologi dengan ilmu lainnya.

Sosiologi masuk dalam rumpun ilmu Sosial (social science), lantaran ia mempelajari fenomena-fenomena sosial dari kehidupan insan yang berwujud korelasi antar insan dalam golongan. Adapun ilmu-ilmu yang tergolong dalam ilmu sosial yakni politik, ekonomi, psikologi, hukum, antropologi, sejarah, sosiologi dan lain-lain. Dalam membedakan sosiologi sebagai suatu ilmu dengan ilmu-ilmu sosial lain sanggup dijelas dengan melihat obyek dan serius kajian ilmu tersebut.

Kaitan Sosiologi dengan Psikologi

Antara psikologi dan sosiolog obyek kajiannya sama-sama manusia, tetapi ilmu sosiologi perhatian diutamakan bentuk hidup bermasyarakat, struktur dan fungsi dari kelompok terkecil hingga yang terbesar, interaksi antara orang perorang, orang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan sikap sosial. Psikologi lebih mementingkan sikap insan sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif tertentu, hingga insan itu berprilaku atau berbuat. Oleh lantaran itu kajian sosiologi lebih pada aspek kejiwaan manusia.

Manfaat mencar ilmu Sosiologi dalam pembahasan Psikologi

Pembahasan sosiologi dalam pendalaman suatu ilmu, akan membuat kajian terhadap ilmu tersebut akan semakin kaya perspektifnya. Nah, begitu juga dengan ilmu psikologi, salah satu keuntungannya mempelajari sosiologi dalam rangka pembahasan dalam ilmu psikologi yakni untuk menambah khazanah dan perspektif serta pemahaman yang lebih luas terhadap komplesitas studi tentang manusia.

Teori-teori Dasar Sosiologi


Tiga Teori sosiologi

Ada tiga teori sosiologi yang sangat besar lengan berkuasa dalam perkembangan ilmu sosiologi. Teori ini membentuk paradigma dalam melihat masyarakat sebagai obyek studi sosiologi. Banyak teori-teori yang berkembang belakangan sangat berkaitan dengan tiga teori ini. Studi-studi yang dilakukan oleh ilmua sosiologi belakangan banyak dipengaruhi oleh tiga teori ini.Teori itu yakni Teori dengan paradigma Struktural Fungsional, teori dengan paradigma konflik dan teori dengan paradigma Interaksionisme Simbolik.
  1. Paradigma Struktural Fungsional
Teori Struktural fungsional muncul dan berkembang lantaran dipengaruhi oleh semangat renaisance. Ia di warnai oleh munculnya revolusi pengetahuan terutama filsafat positivisme yang melahirkan ilmu alam menyerupai fisika, biologi dan kimia, sehingga argumentasi teori ini relatif mengambil pandangan gres dari teori organis-sistemik. Pandangan ini muncul berkat pengandaian  bagian-bagian tubuh insan dalam suatu susunan organisme.

Dalam sejarahnya, Teori struktural fungsional ini sangat besar lengan berkuasa dalan perkembangan sosiologi terutama tahun 1960-an. Begitu berpengaruhnya, setidak-tidaknya selama dua dekade setelah perang dunia kedua studi sosiologi sangat di dominasi oleh teori ini, sehingga perspektif ini sangat identik dengan sosiologi itu sendiri (Zainuddin Maliki, 2003). Ketika orang berbicara sosiologi, maka perkiraan orang mereka bicara tentang teori strukural fungsional ini.
  1. Paradigma Konflik
Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya memahami konflik dari sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik yakni sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akhir adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang tidak sama dengan kondisi tiruanla. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori struktural fungsional yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.

Teori konflik yang populer yakni teori yang disampaikan oleh Karl Marx, bagi Marx konflik yakni sesuatu yang perlu lantaran ialah alasannya terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang populer yakni teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada jadinya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangun melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.Menurut Pendekatan konflik, masyarakat selalu dalam proses perubahan yang ditandai oleh perperihalan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat spesialuntuklah disebabkan lantaran adanya tekanan atau paksaan kekuasaan golongan berkuasa.
  1. Paradigma interaksionisme Simbolik .
Salah satu tokoh utama di balik perkembangan teori interaksionisme simbolik yakni George Herbert Mead. Dia sebetulnya yakni hebat filsafat di Universitas Chicago, tetapi banyak menunjukan tentang teori interaksionisme simbolik kepada mahasiswanya. Mead mengajar secara tertulis, sehingga catatan-catatan mahasiswanya dikumpulkan sehingga menjadi sebuah buku, Mind, self and society; from the standingpoint of social behaviorist (1934)

Inti pandangan pendekatan ini yakni individu. Para hebat di belakang perspektif ini menyampaikan bahwa individu ialah hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu yakni obyek yang bisa secara eksklusif ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.Menurut para ahli, terdapat tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu:
  1. Manusia bertindak berdasarkan makna-makna
  2. Makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain
  3. Makna tersebut berkembang dan disempurnakan saat  interaksi tersebut berlangsung.

Bidang-bidang dan Metode Riset Sosiologi

Obyek Studi Sosiologi


Studi sosiologi yang mengkaji secara umum disebut sosiologi umum dan sosiologi yang mengulas secara sektoral disebut sosiologi khusus.

Sosiologi umum mempelajari dan mereview keseluruhan tentang gejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun sikap sosial dalam masyarakat secara umum dengan pendekatan-pendekatan sosiologik. Sedang sosiologi khusus yaitu mempelajarigejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun sikap sosial yang bersifat sektoral, menyerupai masalah ekonomi (sosiologi ekonomi), politik (sosiologi politik), aturan (sosiologi hukum), pendidikan(sosiologi pendidikan), kebudayaan (sosiologi kebudayaan), kesenian (sosiologi kesenian), pertanian (sosiologi pertanian), agama (sosiologi agama), pengetahuan (sosiologi pengetahuan) dan lain-lain melalui pendekatan sosiologik.

Paradigma dan Metode Sosiologi

Studi tentang sosiologi sanggup dilakukan dengan metode yang sesuai dengan pendekatan paradigma sosiologi. Menurut George Ritzer dalam buku ‘Sociology; A multiple paradigm science’, sebut ada tiga Paradigma dalam ilmu sosiologi, yaitu Fakta Sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial. 

1. Fakta Sosial.

Fakta sosial ialah barang sesuatu (thing) yang tidak sama dengan ide. Barang sesuatu menjadi obyek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak bisa dipahami melaui obyek mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diharapkan penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Menurut Durkheim fakta sosial tidak sanggup dipelajari melalui introspeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia konkret sebagaimana orang mencari sesuatu yang lain (Ritzer,1992). Fakta sosial terdiri atas dua macam, dalam bentuk material dan non material. Dalam bentuk material yaitu barang sesuatu yang sanggup di simak, ditangkap dan di observasi. 

2. Definisi Sosial

Paradigma definisi sosial mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan korelasi antar tindakan sosial. Menurut Weber, dua duduk masalah itu ialah pokok duduk masalah psikologi. Yang dimaksud dengan tindakan sosial yakni tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi dirinya yang diarahkan bagi orang lain. 

3. Perilaku Sosial

Menurut paradigma ini obyek studi sosiologi harus kongkrit-realistis, dan itu yakni sikap sosial yaitu sikap insan yang tampak serta kemungkinan berulang. Paradigma sikap sosial memusatkan perhatian kepada antar korelasi individu dan lingkungannya. Lingkungan disini ada dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam obyek non sosial.

Lebih ringkas sanggup dilihat dalam tabel diberikut;

Paradigma

Teori

Metode

Fakta Sosial

Struktural Fungsional, konflik

interview-kuesioner dan metode perbandingan sejarah

Definisi Sosial

teori tindakan, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi dan eksistensialisme.

observasi, meskipun sangat memungkinkan memakai metode interview-kuesioner.

Perilaku sosial

sosiologi behavioral  berkaitan erat dengan psikologi behaviorisme. Dan teori pertukaran.

metode khusus paradigma ini yakni eksperimen

Metode Riset Sosiologi

Dalam melaksanakan riset Sosiologi, peneliti harus melalui beberapa tahap, yaitu;
  • Perumusan masalah
  • Penyusunan Desain Penelitian
  • Pengumpulan data
  • Analisis data
  • Penyusunan Laporan Penelitian

Metode-metode utama pengumpulan data
  1. Penelitian Survey, 
  2. Pengamatan (observasi), 
  3. Riwayat Hidup, 
  4. Studi kasus 
  5. Analisis konten (Content analysis), 
  6. Penggunaan data yang tersedia oleh pihak-pihak lain, 
  7. Eksperimen

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Dalam sosiologi dikenal penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yakni penelitian yang mengutamakan kualitas data dengan metode  observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan penelitian kuantitatif yakni penelitian dengan memakai data-data yang sanggup diukur dan biasanya melalui uji statistik.

Etika Penelitian

Menurut Sunarto, (2000) ada beberapa etika dalam penelitian yang harus menjadi perhatian seorang peneliti. Etika itu bertujuan supaya penelitian tersebut sanggup mengungkap yang sebetulnya dari tujuan yang ingin dicapai. Beberapa etika itu adalah;
  1. Keikutsertaan secara sukarela
  2. Tidak membawa cedera bagi subyek penelitian
  3. Asas Anonimitas(tidak dikenal)
  4. Kerahasiaan
  5. Tidakmempersembahkan keterangan keliru
  6. Menyajikan data penelitian secara jujur

Analisis data

Analisis data kualitatif berlangsung terus menerus semenjak peneliti memasuki lapangan dan arah penelitian sanggup berubah sesuai dengan hasil analisis lapangan bersumber data catatan lapangan yang secara rinci memuat hasil wawancara dan observasi. Sedangkan Analisis data kuantitatif berdasarkan data-data yang sudah diangkakan, memakai pendekatan statistik sosial.

Laporan Penelitian

Sesudah penelitian selesai dilakukan, maka seorang peneliti harus menyusun laporan penelitian. Laporan penelitian ini harus di tulis dan penulisannya harus sesuai dengan kaidah ilmiah. Setidaknya dalam laporan penelitian harus memuat :
  • Latar belakang 
  • Rumusan masalah 
  • Tinjauan Pustaka 
  • Metodologi penelitian 
  • Analisis data penelitian 
  • Kesimpulan

Manfaat riset Sosiologi bagi Psikologi

Kita tiruana menyadari bahwa tingkah laris insan tidak sanggup terlepas dari keadaan sekitar, sehingga tidaklah tepat jikalau meninjau insan berdiri sendiri dan terlepas dari masyarakat yang melatarbelakanginya. Karena itu, studi psikologi tidak akan optimal dan tepat tanpa tinjauan sosiologi. melaluiataubersamaini demikian, manfaat riset sosiologi dalam psikologi yakni memperkuat dan menyempurnakan pembahasan dalam psikologi.

Proses-proses Sosial

Pengertian Proses Sosial


Proses sosial diartikan sebagai efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama,antara banyak sekali segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama.

Studi sosiologi terhadap sisi statis masyarakat dilakukan dengan cara memahami struktur social menyerupai Kelompok sosial, institusi sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial dan kekuasaan. Dalam sisi yang dinamis masyarakat sanggup dilakukan melalui pemahaman terhadap proses-proses social yang terjadi dalam masyarakat.

Proses-proses sosial mendasar

Menurut Karl Mannheim dalam bukunya Systematic Sosiology, sebut ada beberapa bentuk proses sosial mendasar yang sangat penting untuk dipahami yaitu, Kontak Sosial dan Jarak Sosial, Isolasi, kompetisi, kerjasama dan akomodasi.
  1. Kontak Sosial dan Jarak Sosial.
Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bantu-membantu dan tango yang artinya menyentuh. Secara harfiah artinya bantu-membantu menyentuh. Secara fisik kontak gres terjadi jikalau terjadi kekerabatan badaniah, tetapi sebagai tanda-tanda social tidak perlu adanya kekerabatan badaniah, lantaran orang sanggup burhubungan dengan orang lain tanpa menyentuh menyerupai berbicara atau kontak melalui teknologi komunikasi dan gosip (Soerjono Soekanto, 2013).

Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Setiap kontak social secara tidak eksklusif menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan yakni salah satu sikap yang penting untuk mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya. Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang bersahabat kepada suatu posisi yang jauh dari titik tiruanla.
  1. Isolasi
Isolasi yakni situasi marjinal kehidupan social, situasi ini meniadakan kontak social. Bentuk isolasi yang paling sederhana yakni diciptakan oleh rintangan alam menyerupai pepegununganan, sungai, lautan, hutan dan padang pasir. Isolasi mengakibatkan individu maupun kelompok mengalami perlambatan perkembangan. Menurut Mannheim, ada dua jenis isolasi yaitu isolasi ruang dan isolasi organic.
  1. Kompetisi
Pengertian kompetisi yakni upaya secara tenang oleh beberapa individu atau kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang sama. Kompetisi sanggup dibagi dalam dua pecahan yaitu kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok.  Walaupun kompetisi didorong oleh suatu tujuan tertentu, tetapi kompetisi  dalam system social menjalankan fungsi seleksi, terutama dalam tetapkan seseorang pada suatu daerah dalam system social.
  1. Kerjasama.
Kerjasama diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bantu-membantu untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat. Kerja sama ialah bentuk interaksi yang tidak begitu menarikdanunik perhatian para sosilog. Kerja sama ini ada bentuknya impulsif (Spontguaous cooperation), eksklusif (directed coeepration), kontrak (contractual cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional cooperation), yang terbagi dalam lima bentuk kerjasama[1]; Kerukunan, Bargaining, Koalisi dan Joint Venture
  1. Akomodasi
Akmodasi ialah aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi ialah terminology yang dipakai sosilog untuk menunjukan sebuah proses pembiasaan antara individu/kelompok yang berperihalan. Dalam fasilitas kolaborasi dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Hasil dari fasilitas dalam masyarakat yakni:Integrasi masyarakat, Menekan oposisi, Koordinasi banyak sekali kepribadian yang tidak sama, Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan supaya sesuai dengan keadaan baru, Perubahan-perubahan dalam kedudukan dan Membuka jalan kea rah asimilas.

Key Studies

  1. Masyarakat
Banyak hebat mencoba mendefinisi arti dari masyarakat. Menurut Talcott Parson, Masyarakat ialah suatu sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melaksanakan sosialisasi terhadap generasi diberikutnya.
  1. Individu
Individu berdasarkan konsep Sosiologis berarti insan yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan lingkungan pergaulan hidup. Oleh lantaran itu, dalam studi sosiologi hewan dan benda-benda mati tidak menjadi obyek kajian sosiologi.
  1. Status  (kedudukan)
Status atau kedudukan diartikan daerah atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Secara abstrak, kedudukan berarti daerah seseorang dalam suatu pola tertentu. melaluiataubersamaini begitu seseorang dikatakan mempunyai kedudukan lantaran seseorang biasanya ikut serta dalam beberapa pola kehidupan. Status ada dua Ascribed Statusdan Achieved status.
  1. Peranan (role)
Peranan yakni segi dinamis suatu status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia disebut menjalankan peranan.
Perkembangan Sosiologi

Menurut George Ritzer sejarah sosiologi setelah perkembangan di Eropa Barat, berkembang di Amerika yang ditandai oleh liberalism terutama efek Herbert Spencer dan Darwinisme Sosial Sumner dan ward. Karyanya tidak terlalu berpengaruh, tetapi sesudahnya karya dari Small, Park, Thomas, Cooley dan terutama Mead mulai meninggalkan kesan dan efek dalam teori interaksionisme simbolik.

Sementara di Harvard yang memainkan kiprah penting yakni aliran Chicago tokoh utamanya Pitirin Sorokin dan Talcoot Parson. Terutama Parson lah yang mengenalkan teori besar yang sangat besar lengan berkuasa yaitu aliran structural fungsional yang mendominasi teori sosiologi selama beberapa dekade.

Perkembangan teori Marxian di tahun-tahun pertama periode ke-20 berkembang atas kreatifitas aliran Frankfurt. Tetapi lebih berkembang lagi setelah C, Wright Mills menghidupkan tradisi radikal sehingga membuatkan teori konflik, pertamanya teori ini belum begitu popular sehingga muncul teori pertukaran dan dramaturgi Erving Goffman.

Perkembangan penting selanjutnya dalam sosiologi kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik yakni gencarnya studi tentang fenomenologi, etnometodologi, strukturalisme dan post strukturalisme melalui karya Foucault.

Dan terakhir perkembangan sosiologi di periode ke-21 yakni teori multikultural, teori postmodern dengan segala reaksinya. Muncul pula teori modernitas Antony Giddens dan teori Globalisasi.

Begitulah teori sosiologi, ia terus berkembang dan nampak secara terperinci bahwa sosiologi susah menuju perspektif tunggal yang akan mendominasi. Tetapi ia muncul dalam banyak perspektif untuk sanggup melihat dan membaca realitas sosial.

Beberapa tokoh Sosiologi
  1. Auguste Comte (1789-1857)
  2. Herbert Spencer (1820-1903)
  3. Emile Durkheim (1858-1917)
  4. Max Weber (1864-1920)
  5. Charles Horton Cooley (1864-1929)
  6. Ferdinand Tonnies
  7. Lester Frank Ward (1841-1913)
  8. Vilfredo Pareto (1848-1923)
  9. Georg Simmel (1858-1918)
  10. William Graham Summer (1840-1910)
  11. Karl Mannheim (1893-1947)


Masyarakat dan Budaya


Sebagai makhluk yang mempunyai kecerdikan dan pikiran, insan selalu mempunyai cara dalam menyikapi situasi lingkungan sekitarnya. Teknik insan dalam menyikapi lingkungan sekitarnya selalu berkembang. Kemampuan dalam membuatkan cara menyikapi lingkungan inilah yang membuat insan bisa bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Manusia akan memunculkan kreatifitas di alam pikiran dan tindakannya. Bagaimana insan mengeluarkan ide, dan tindakan yang terus berakumulasi dan berkembang itu kemudian membentuk budaya. Oleh lantaran itu, budaya itu lahir dari kreatifitas insan yang hidup dalam masyarakatnya.

Beda Masyarakat dan Kebudayaan:

Kebudayaan

Masyarakat

Sistem norma dan nilai

Sekumpulan insan yang mendiami wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu

Terorganisir dan ialah pegangan bagi masyarakat

Organisasi insan yang saling berafiliasi satu sama lain

Khas, unik

Masyarakat yang tidak sama, bisa saja mempunyai kebudayaan yang sama (ex: Amerika Serikat dan Kanada)

Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang ialah bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan kecerdikan manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Pengertian budaya berdasarkan Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yakni masukana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Budaya berdasarkan Koentjaraningrat (1987:180) yakni keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik insan dengan belajar. Karena itu kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan insan sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dalam kebudayaan terkandung serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang lahir dari olah fikir dan kognitif manusia. Kebudayaan juga ialah satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang mencakupkan larangan-larangan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial,

Unsur-unsur kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang ialah pecahan dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan (Soekanto, 2003:175).

Menurut Bronislaw Malinowski (Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964:115) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai diberikut:
  • the normative system (yang dimaksudkan yakni sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat supaya menguasai alam sekitarnya.
  • economic organization (organisasi ekonomi),
  • mechanism and agencies of education (alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan dimana keluarga ialah forum pendidikan yang utama, dan
  • the organization of force (organisasi militer).
Kluckhohn menguraikan adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal, yaitu:
  • peralatan dan perlengkapan hidup insan (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transportasi dan sebagainya)
  • mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)
  • sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan)
  • bahasa (lisan maupun tertulis)
  • kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)
  • sistem pengetahuan
  • religi (sistem kepercayaan)
(Koentjaraningrat, 1994:9; Soekanto, 2003:176)

Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  • Gagasan (Wujud ideal)
  • Aktivitas (tindakan)
  • Artefak (karya)
Koentjaraningrat dalam buku ilmu Antropologi menunjukan tentang wujud kebudayaan. Wujud kebudayaan ialah bentuk tampak atau bisa dirasakan secara langsung. Ia membagi menjadi tiga wujud, yaitu :
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari insan dalam masyarakat.
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Prasangka dan Stereotipe

Prasangka (Prejudice)

Prasangka sebagai sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu.Suatu pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu.

Prasangka disebabkan oleh beberapa faktor, yang berdasarkan Johnson (1986) disebabkan oleh empat hal, antara lain:
  • Gambaran  perbedaan  antarkelompok.
  • Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok mayoritas menguasai kelompok minoritas.
  • Stereotip  antarkelompok.
  • Kelompok yang merasa superior sehingga merasa kelompok lain inferior

Stereotip

Stereotip yakni kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain (Soekanto, 1993).Stereotipe yakni pendapat atau citra terkena orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut spesialuntuk didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Kelompok ini meliputi beberapa aspek kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, banyak sekali pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotipe adakala dijadikan alasan untuk melaksanakan tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.

Tidak sedikt orang menjadikan stereotipe sebagai alasan untuk mengucilkan kelompok lain berarti orang tersebut tidak menganggap bahwa insan mempunyai keunikan yang bermacam- macam.

Pembagian stereotipe

Stereotipe terdiri dari dua macam yaitu stereptipe positif dan stereotipe negatif,namun sebagian besar orang menganggap stereotipe itu negatif tetapi bisa memungkinkan stereotipe itu positif
  1. Stereotipe Positif
  2. Stereotipe Negatif

Macam- Macam Stereotipe
Stereotipe banyak macamnya, diantaranya adalah:
  1. Stereotipe berdasarkan jenis kelabuin, misalnya: pria kuat sedangkan perempuan lemah.
  2. Stereotipe berdasarkan etnis, misalnya: Jawa halus, Batak kasar, dan seterusnya.
  3.  Stereotipe berdasarkan negara, Jerman orangnya kaku, Indonesia ramah
  4. Stereotipe berdasarkan usia, contohnya orang lanjut usia jikalau berbicara biasanya menggurui,suatu pekerjaan memdiberi masa pensiun kepada lansia lantaran lansia sudah tidak sanggup bekerja secara terbaik
  5. Stereotipe berdasarkan ekonomi, misalkan orang yang secara ekonomi berlebih biasanya berpenampilan glamour,orang dari ekonomi pas-pasan berpenampilan sederhana


Multikultural

Multikultural, dalam ilmu sosiologi sangat erat hubungannya dengan Masyarakat. oleh lantaran itu, Pengertian masyarakat multikultural (multicultural society) adalahmasyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan dan antara pendukung kebudayaan saling menghargai satu sama lain. Jadi, masyarakat multikultural ialah masyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu paham yang beranggapan bahwa banyak sekali budaya yang tidak sama mempunyai kedudukan yang sederajat.

Ciri-ciri masyarakat multikultural berdasarkan Pierre van den Berghe :
  1. Segmentasi (terbagi) ke dalam kelompok-kelompok.
  2. Kurang membuatkan konsensus (kesepakatan bersama).
  3. Sering mengalami konflik.
  4. Integrasi sosial atas paksaan.
  5. Dominasi (penguasaan) suatu kelompok atas kelompok lain.

Subculture dan Counterculture

Subculture dan counterculture ialah dua konsep yang mempunyai banyak kemiripan. Pendefinisian kedua konsep tersebut sangat bermacam-macam dan terkadang tumpang tindih. Definisi tentang subculture salah satunya mengacu pada variasi budaya yang ditampilkan oleh segmen tertentu dalam populasi (Komarovsky dan Sargent dalam Jenks 2004).

Sedangkan counterculture Menurut Dessaure (1971, dalam Desmond), mengacu pada sistem norma dan nilai yang koheren yang tidak spesialuntuk tidak sama dari sistem dominan, tapi juga terdiri paling tidak dari satu norma atau nilai yang membutuhkan komitmen perubahan budaya (cultural change), yang ditujukan dalam rangka transformasi sistem nilai dan norma yang dominan.

Interaksi Sosial dan Tatanan Sosial.

Interaksi sosial yakni korelasi timbal balikdalam kehidupan manusia, baik antara orang perorang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Karena itu interaksi sosial sanggup diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Proses Interaksi sosial berdasarkan Herbert Blumer yakni pada dikala insan bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir yakni Makna tidak bersifat tetap namun sanggup dirubah, perubahan terhadap makna sanggup terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process.

Interaksi sosial bisa terjadi bila dua individu melaksanakan kontak sosial dan komunikasi. Karena dengan itulah orang bisa dikatakan melaksanakan sebuah interaksi. Kontak sosial ialah tahap paling pertama di dalam sebuah interaksi. Di tahap ini seseorang akan membutuhkan orang lain sebagai patner. Sesudah seseorang melaksanakan kontak sosial tahap yang selanjutnya yakni komunikasi. Komunikasi yakni penyampaian gosip atau mempersembahkan tanggapan. Dan setelah penyampain gosip atau tanggapan akan terjadi sebuah reaksi. Dan dari situlah tanpa di sadari seseorang sudah melaksanakan sebuah interaksi.

Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Berlangsungnya interaksi di dasarkan pada banyak sekali faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.

Imitasi : Sikap menggandakan tindakan orang lain di mulai ketika beliau masih bayi hingga ia berkambang dewasa.

Sugesti : Suatu proses di mana seorang individu mendapatkan pedoman tingkah laris dari orang lain tanpa Koreksi terlebih lampau.

Identifikasi : Merupakan keinginan seseorang yang cenderung untuk mempersamakan dirinya dengan orang lain. Dan proses tersebut terjadi dengan sendirinya atau secara sadar. Baik itu terjadi di dalam sifatnya, cara berpenampilan, ataupun berpakaian.

Simpati : Simpati sanggup di artikan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Sebagai tumpuan laki laki yang sedang jatuh cinta dengan seorang wanita.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial sanggup berupa kerjasama (cooperation), akomodasi, asimilasi, persaingan (competition) dan pertikaian (conflict).
  1. Kerja sama
Kerja sama ialah bentuk interaksi sosial yang pokok dan ialah proses yang utama. Secara sederhana kolaborasi diartikan ketika sekelompok orang bergabung/bekerja bantu-membantu untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kerjasama akan menghasilkan integrasi didalam kelompok/masyarakat.
  1. Akomodasi
Akmodasi ialah aspek interaksi sosial yang diikuti konflik. Akomodasi ialah terminologi yang dipakai sosilog untuk menunjukan sebuah proses pembiasaan antara individu/kelompok yang berperihalan. Dalam fasilitas kolaborasi dan konflik hadir disaat yang bersamaan. Beberapa sosilog menyerupai Summer menamakan fasilitas sebagai kerjasama antagonis. Semakin berteman bersahabat sebuah lingkungan, semakin besar kemungkinan untuk bekerjasama, dan sebaliknya.
  1. Asimilasi
Asimilasi ialah pecahan penting dari interaksi sosial, dimana individu atau kelompok mulai mengeliminiasi perbedaan dan lebih mengedepankan persamaan-persamaan, yang terideintifikasi melalui minat/kepentingan dan pandangan/harapan.
  1. Persaingan (Competition)
Persaingan ialah proses sosial dimana individu dan atau kelompok insan bersaing mencari laba melalui bidang-bidang kehiduapn yang pada suatu masa tertentu menjadi sentra perhatian umum.
  1. Konflik
Terjadi ketika ada perbenturan kepentingan, baik objek kompetisinya maupun antar sesama kompetitor.

Tatanan Sosial (Social order)

Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya sanggup terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial ialah konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan sanggup menganalisis fenomena sosial dengan baik.

Prinsip yang bisa kita ambil yakni adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling diberinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling diberinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.

Struktur Sosial

Struktur sosial secara etimologis berarti susunan masyarakat. Struktur Sosial secara definitif ialah denah penempatan nilai-nilai sosial-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian.

Pendekatan dalam Studi interaksi

Untuk mempelajari interaksi perlu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut di kenal dengan perspektif interaksionis (interactionist perspective). Ada beberapa pendekatan dalam studi terhadap interaksi.
  1. Pendekatan yang populer yakni pendekatan interaksionisme sombolik yang bersumber dari pemikiran Herbert Mead. Interaksi yang mengacu pada symbol-simbol. Simbol yakni nilaiataumaknayamgdianugerahkan kepadamereka yangmenggunakannya. Pendekatan ini sudah banyak dibahas dalam pertemuan sebelumnya.
  2. Definisi Situasi. Konsep lain yang perlu pula dikaji dan didiberi perhatian yakni konsep definisi situasi.Biasa interaksi diartikan pemdiberian respon terhadap stimulus. Namun analisa situasi memahaminya tidak sama. Setiap stimulus perlu menerima definisi dan penafsiran terlebih lampau, gres setelah itu dimunculkan respon. Misalnya pemdiberian salam seorang pria yang belum di kenal terhadap seorang wanita. Maka perlu penafsiran lebih doloe itikadnya. Jika itikadnya baik, maka dijawaban dengan baik. Konsep ini dikenalkan oleh W,I, Thomas.

Analisis terhadap definisi situasi sanggup dilakukan dengan memahami aturan Interaksi. Definisi situasi yang dibentuk masyarakat ialah aturan yang mengatur interaksi.David A dan W.C.Yoels (dalam Sunarto,2000) sebut tiga jenis aturan, yaitiu aturan terkena ruang, terkena waktu dan terkena gerak atau sikap tubuh.

Teknik lain untuk mendefinisikan situasi dilakukan dengan memahami komunikasi nonverbal. Menurut Hall dalam interaksi orang lain membaca sikap kita, bukan apa yang kita katakan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengamati orang sanggup berkomunikasi tanpa memakai satu patah kata pun. melaluiataubersamaini memakai tangan atau gerak tubuh menyerupai memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, membungkukkan badan, mengacungkan tinju, mengacungkan ibu jari, mengerutkan dahi, mengagukkan kepala dll. Orang sanggup memberikan perasaannya dengan komunikasi non verbal atau gerak tubuh (body language) menyerupai perasaan cinta, cemooh, ketidaktahuan, hormat, menantang, kagum, tidak senang, persetujuan. Ini berarti bahwa kita tidak sanggup menggerakkan tubuh semau kita. Karena banyak sekali sikap tubuh dan gerak tangan kita didiberi makna tertentu oleh masyarakat dan dijadikan petunjuk untuk mendefinisikan situasi.
  1. Dramaturgi Goffman. Pernyataan paling populer Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis ialah pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan efek drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang pemain film memainkan huruf manusia-manusia yang lain sehingga penonton sanggup memperoleh citra kehidupan dari tokoh tersebut dan bisa mengikuti alur dongeng dari drama yang disajikan.Menurut Margaret Poloma, pendekatan dramaturgi (dramaturgy) didefinisikan sebagai pendekatan yang memakai bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi.
  2. Tahap Interaksi. Mark L Knapp, memperkenal tahap yang sanggup dicapai dalam interaksi yang ia bagi dalam dua kelompok besar, yaitu tahap yang mendekatkan akseptor interaksi dan tahap yang menjauhkan. Tahap mendekatkan di rinci menjadi memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding).
Knapp juga menunjukan tahap perenggangan, ia merinci menjadi tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribinng), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding) dan tetapkan (termating.

Sekian artikel perihal Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaa.

Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 2012.  Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajpertamai Pers
Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Jakarta, Prenada Media.
Poloma, M. Margaret, 2003, Sosiologi Kontemporer, terjemahan, Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Maliki, Zainuddin, 2003, Narasi Agung; tiga teori hegemonik, Surabaya, Lembaga
Pengkajian agama dan Masyarakat (LPAM)
Soeprapto, Riyadi, 2002, Interaksionisme Simbolik, perspektif Sosiologi Modern, Yokyakarta, Aveeoes Press
Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Jakarta, Prenada Media, Terjemahan
Alimandan.
Kartasapoetra, G, dan Widyaningsih, G,R,  Teori sosiologi, Bandung, Armico
Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda, Jakarta,
Rajpertamai Press, Terj Alimandan.
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Koentjaraningrat, 1999, Pengantar Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta
Koentjaraningrat, 1981, Kebudayaan, mentalitas dan Pembangunan, Jakarta,
Gramedia,
Soemardjan, S dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Johnson,P, Doyle, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Terjemahan, Jakarta,
Gramedia.
[1] James D Thomspon dalam Soekanto, Soejorno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal.68

0 Response to "Pengertian Sosiologi Dan Ruang Lingkup Sosiologi Berdasarkan Para Ahli"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel