Pengertian Sosiologi Dan Ruang Lingkup Sosiologi Berdasarkan Para Ahli
Apa itu Sosiologi? Sosiologi berasal dari dua kata yaitu socious dan Logos, socious berarti berkawan dan logos berarti ilmu. Makara sanggup ditegaskan bahwa sosiologi yakni ilmu tentang kehidupan bersama dalam arti luas. Banyak hebat yang mendefinisikan tentang sosiologi sebagai ilmu, P.J Bouman misalnya, mempersembahkan definisi sosiologi Adalah ilmu tentang kehidupan insan dalam kelompok, Franklin Henry Giddingsmenyatakan bahwa sosiologi ialah Ilmu yang menguraikan tentang tanda-tanda social dan Pitirim Sorikin mendefinisikan sebagaiIlmu yang mempelajari korelasi dan efek timbal balik antara guaka macam gejala-gejala sosial, korelasi timbal balik antara tanda-tanda sosial dengan non sosial serta ciri-ciri umum tiruana jenis tanda-tanda sosial.
Sebab munculnya Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu berkembang semenjak pertengahan periode ke-19 terutama di Eropa Barat. Perubahan sosial dalam jangka panjang yang berdampak kekacauan sudah menjadi bahaya terhadap tatanan sosial yang mengguncang mayarakat Eropa Barat. Tatanan sosial yang mapan sudah mengalami perubahan, sehingga membangunkan para pemikir sosial untuk melihat dan mencar ilmu memahami tentang perubahan yang tengah terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi hampir bersamaan di Eropa Barat terutama Inggris, Jerman dan Perancis.
Pada tamat periode ke-18 dan pertengahan periode ke-19 kehidupan masyarakat Eropa Barat sedang mengalami banyak sekali krisis, baik krisis sosial, krisis politik, krisis ekonomi dan krisis lainnya disebabkan oleh ;
Perintis Ilmu Sosiologi
Sebagai sebuah ilmu, sosiologi tentu mempunyai akar pemikiran yang terkait dengan filsafat. Sebuah ilmu sanggup dipisahkan dari filsafat ketika ilmu tersebut sudah mempunyai gagasan pemikiran sendiri berupa metodologi, pendekatan empiris dan obyek studi yang jelas. Mereka yang pada pertamanya memikirkan dan merumuskan hal ini biasanya disebut sebagai bapak ilmu tersebut atau dalam bahasa lainnya disebut sebagai perintis. Dalam sejarah lahirnya sosiologi, terdapat bebrapa tokoh yang terlibat dalam perdebatan konseptual perumusan paradigma sosiologi. Dalam modul ini kita spesialuntuk sebut lima orang tokoh yang populer dan kontribusinya terhadap perkembangan ilmu sosiologi.
Paradigma Ilmu Sosial
Paradigma yakni citra mendasar terkena subyek ilmu pengetahuan. Ia mempersembahkan batasan terkena apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus di ajukan, bagaimana harus dijawaban dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawabanan yang diperoleh, ia memilah masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat ilmu pengetahuan yang lain (George Ritzer).
MenurutGeorge Ritzer, ada Tiga paradigma ilmu sosial yang mendominasi Sosiologi. Tiga paradiogma itu yakni fakta sosial, paradigma definisi sosialdan paradigma konflik. (george Ritzer)
Kaitan sosiologi dengan ilmu lainnya.
Sosiologi masuk dalam rumpun ilmu Sosial (social science), lantaran ia mempelajari fenomena-fenomena sosial dari kehidupan insan yang berwujud korelasi antar insan dalam golongan. Adapun ilmu-ilmu yang tergolong dalam ilmu sosial yakni politik, ekonomi, psikologi, hukum, antropologi, sejarah, sosiologi dan lain-lain. Dalam membedakan sosiologi sebagai suatu ilmu dengan ilmu-ilmu sosial lain sanggup dijelas dengan melihat obyek dan serius kajian ilmu tersebut.
Kaitan Sosiologi dengan Psikologi
Antara psikologi dan sosiolog obyek kajiannya sama-sama manusia, tetapi ilmu sosiologi perhatian diutamakan bentuk hidup bermasyarakat, struktur dan fungsi dari kelompok terkecil hingga yang terbesar, interaksi antara orang perorang, orang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan sikap sosial. Psikologi lebih mementingkan sikap insan sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif tertentu, hingga insan itu berprilaku atau berbuat. Oleh lantaran itu kajian sosiologi lebih pada aspek kejiwaan manusia.
Manfaat mencar ilmu Sosiologi dalam pembahasan Psikologi
Pembahasan sosiologi dalam pendalaman suatu ilmu, akan membuat kajian terhadap ilmu tersebut akan semakin kaya perspektifnya. Nah, begitu juga dengan ilmu psikologi, salah satu keuntungannya mempelajari sosiologi dalam rangka pembahasan dalam ilmu psikologi yakni untuk menambah khazanah dan perspektif serta pemahaman yang lebih luas terhadap komplesitas studi tentang manusia.
Teori-teori Dasar Sosiologi
Tiga Teori sosiologi
Ada tiga teori sosiologi yang sangat besar lengan berkuasa dalam perkembangan ilmu sosiologi. Teori ini membentuk paradigma dalam melihat masyarakat sebagai obyek studi sosiologi. Banyak teori-teori yang berkembang belakangan sangat berkaitan dengan tiga teori ini. Studi-studi yang dilakukan oleh ilmua sosiologi belakangan banyak dipengaruhi oleh tiga teori ini.Teori itu yakni Teori dengan paradigma Struktural Fungsional, teori dengan paradigma konflik dan teori dengan paradigma Interaksionisme Simbolik.
Dalam sejarahnya, Teori struktural fungsional ini sangat besar lengan berkuasa dalan perkembangan sosiologi terutama tahun 1960-an. Begitu berpengaruhnya, setidak-tidaknya selama dua dekade setelah perang dunia kedua studi sosiologi sangat di dominasi oleh teori ini, sehingga perspektif ini sangat identik dengan sosiologi itu sendiri (Zainuddin Maliki, 2003). Ketika orang berbicara sosiologi, maka perkiraan orang mereka bicara tentang teori strukural fungsional ini.
Teori konflik yang populer yakni teori yang disampaikan oleh Karl Marx, bagi Marx konflik yakni sesuatu yang perlu lantaran ialah alasannya terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang populer yakni teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada jadinya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangun melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.Menurut Pendekatan konflik, masyarakat selalu dalam proses perubahan yang ditandai oleh perperihalan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat spesialuntuklah disebabkan lantaran adanya tekanan atau paksaan kekuasaan golongan berkuasa.
Inti pandangan pendekatan ini yakni individu. Para hebat di belakang perspektif ini menyampaikan bahwa individu ialah hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu yakni obyek yang bisa secara eksklusif ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.Menurut para ahli, terdapat tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu:
Bidang-bidang dan Metode Riset Sosiologi
Obyek Studi Sosiologi
Studi sosiologi yang mengkaji secara umum disebut sosiologi umum dan sosiologi yang mengulas secara sektoral disebut sosiologi khusus.
Sosiologi umum mempelajari dan mereview keseluruhan tentang gejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun sikap sosial dalam masyarakat secara umum dengan pendekatan-pendekatan sosiologik. Sedang sosiologi khusus yaitu mempelajarigejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun sikap sosial yang bersifat sektoral, menyerupai masalah ekonomi (sosiologi ekonomi), politik (sosiologi politik), aturan (sosiologi hukum), pendidikan(sosiologi pendidikan), kebudayaan (sosiologi kebudayaan), kesenian (sosiologi kesenian), pertanian (sosiologi pertanian), agama (sosiologi agama), pengetahuan (sosiologi pengetahuan) dan lain-lain melalui pendekatan sosiologik.
Paradigma dan Metode Sosiologi
Studi tentang sosiologi sanggup dilakukan dengan metode yang sesuai dengan pendekatan paradigma sosiologi. Menurut George Ritzer dalam buku ‘Sociology; A multiple paradigm science’, sebut ada tiga Paradigma dalam ilmu sosiologi, yaitu Fakta Sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial.
1. Fakta Sosial.
Fakta sosial ialah barang sesuatu (thing) yang tidak sama dengan ide. Barang sesuatu menjadi obyek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak bisa dipahami melaui obyek mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diharapkan penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Menurut Durkheim fakta sosial tidak sanggup dipelajari melalui introspeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia konkret sebagaimana orang mencari sesuatu yang lain (Ritzer,1992). Fakta sosial terdiri atas dua macam, dalam bentuk material dan non material. Dalam bentuk material yaitu barang sesuatu yang sanggup di simak, ditangkap dan di observasi.
2. Definisi Sosial
Paradigma definisi sosial mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan korelasi antar tindakan sosial. Menurut Weber, dua duduk masalah itu ialah pokok duduk masalah psikologi. Yang dimaksud dengan tindakan sosial yakni tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi dirinya yang diarahkan bagi orang lain.
3. Perilaku Sosial
Menurut paradigma ini obyek studi sosiologi harus kongkrit-realistis, dan itu yakni sikap sosial yaitu sikap insan yang tampak serta kemungkinan berulang. Paradigma sikap sosial memusatkan perhatian kepada antar korelasi individu dan lingkungannya. Lingkungan disini ada dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam obyek non sosial.
Lebih ringkas sanggup dilihat dalam tabel diberikut;
Metode Riset Sosiologi
Dalam melaksanakan riset Sosiologi, peneliti harus melalui beberapa tahap, yaitu;
Metode-metode utama pengumpulan data
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam sosiologi dikenal penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yakni penelitian yang mengutamakan kualitas data dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan penelitian kuantitatif yakni penelitian dengan memakai data-data yang sanggup diukur dan biasanya melalui uji statistik.
Etika Penelitian
Menurut Sunarto, (2000) ada beberapa etika dalam penelitian yang harus menjadi perhatian seorang peneliti. Etika itu bertujuan supaya penelitian tersebut sanggup mengungkap yang sebetulnya dari tujuan yang ingin dicapai. Beberapa etika itu adalah;
Analisis data
Analisis data kualitatif berlangsung terus menerus semenjak peneliti memasuki lapangan dan arah penelitian sanggup berubah sesuai dengan hasil analisis lapangan bersumber data catatan lapangan yang secara rinci memuat hasil wawancara dan observasi. Sedangkan Analisis data kuantitatif berdasarkan data-data yang sudah diangkakan, memakai pendekatan statistik sosial.
Laporan Penelitian
Sesudah penelitian selesai dilakukan, maka seorang peneliti harus menyusun laporan penelitian. Laporan penelitian ini harus di tulis dan penulisannya harus sesuai dengan kaidah ilmiah. Setidaknya dalam laporan penelitian harus memuat :
Manfaat riset Sosiologi bagi Psikologi
Kita tiruana menyadari bahwa tingkah laris insan tidak sanggup terlepas dari keadaan sekitar, sehingga tidaklah tepat jikalau meninjau insan berdiri sendiri dan terlepas dari masyarakat yang melatarbelakanginya. Karena itu, studi psikologi tidak akan optimal dan tepat tanpa tinjauan sosiologi. melaluiataubersamaini demikian, manfaat riset sosiologi dalam psikologi yakni memperkuat dan menyempurnakan pembahasan dalam psikologi.
Proses-proses Sosial
Pengertian Proses Sosial
Proses sosial diartikan sebagai efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama,antara banyak sekali segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama.
Studi sosiologi terhadap sisi statis masyarakat dilakukan dengan cara memahami struktur social menyerupai Kelompok sosial, institusi sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial dan kekuasaan. Dalam sisi yang dinamis masyarakat sanggup dilakukan melalui pemahaman terhadap proses-proses social yang terjadi dalam masyarakat.
Proses-proses sosial mendasar
Menurut Karl Mannheim dalam bukunya Systematic Sosiology, sebut ada beberapa bentuk proses sosial mendasar yang sangat penting untuk dipahami yaitu, Kontak Sosial dan Jarak Sosial, Isolasi, kompetisi, kerjasama dan akomodasi.
Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Setiap kontak social secara tidak eksklusif menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan yakni salah satu sikap yang penting untuk mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya. Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang bersahabat kepada suatu posisi yang jauh dari titik tiruanla.
Perkembangan Sosiologi
Menurut George Ritzer sejarah sosiologi setelah perkembangan di Eropa Barat, berkembang di Amerika yang ditandai oleh liberalism terutama efek Herbert Spencer dan Darwinisme Sosial Sumner dan ward. Karyanya tidak terlalu berpengaruh, tetapi sesudahnya karya dari Small, Park, Thomas, Cooley dan terutama Mead mulai meninggalkan kesan dan efek dalam teori interaksionisme simbolik.
Sementara di Harvard yang memainkan kiprah penting yakni aliran Chicago tokoh utamanya Pitirin Sorokin dan Talcoot Parson. Terutama Parson lah yang mengenalkan teori besar yang sangat besar lengan berkuasa yaitu aliran structural fungsional yang mendominasi teori sosiologi selama beberapa dekade.
Perkembangan teori Marxian di tahun-tahun pertama periode ke-20 berkembang atas kreatifitas aliran Frankfurt. Tetapi lebih berkembang lagi setelah C, Wright Mills menghidupkan tradisi radikal sehingga membuatkan teori konflik, pertamanya teori ini belum begitu popular sehingga muncul teori pertukaran dan dramaturgi Erving Goffman.
Perkembangan penting selanjutnya dalam sosiologi kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik yakni gencarnya studi tentang fenomenologi, etnometodologi, strukturalisme dan post strukturalisme melalui karya Foucault.
Dan terakhir perkembangan sosiologi di periode ke-21 yakni teori multikultural, teori postmodern dengan segala reaksinya. Muncul pula teori modernitas Antony Giddens dan teori Globalisasi.
Begitulah teori sosiologi, ia terus berkembang dan nampak secara terperinci bahwa sosiologi susah menuju perspektif tunggal yang akan mendominasi. Tetapi ia muncul dalam banyak perspektif untuk sanggup melihat dan membaca realitas sosial.
Beberapa tokoh Sosiologi
Masyarakat dan Budaya
Sebagai makhluk yang mempunyai kecerdikan dan pikiran, insan selalu mempunyai cara dalam menyikapi situasi lingkungan sekitarnya. Teknik insan dalam menyikapi lingkungan sekitarnya selalu berkembang. Kemampuan dalam membuatkan cara menyikapi lingkungan inilah yang membuat insan bisa bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Manusia akan memunculkan kreatifitas di alam pikiran dan tindakannya. Bagaimana insan mengeluarkan ide, dan tindakan yang terus berakumulasi dan berkembang itu kemudian membentuk budaya. Oleh lantaran itu, budaya itu lahir dari kreatifitas insan yang hidup dalam masyarakatnya.
Beda Masyarakat dan Kebudayaan:
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang ialah bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan kecerdikan manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Pengertian budaya berdasarkan Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yakni masukana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Budaya berdasarkan Koentjaraningrat (1987:180) yakni keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik insan dengan belajar. Karena itu kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan insan sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dalam kebudayaan terkandung serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang lahir dari olah fikir dan kognitif manusia. Kebudayaan juga ialah satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang mencakupkan larangan-larangan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial,
Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang ialah pecahan dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan (Soekanto, 2003:175).
Menurut Bronislaw Malinowski (Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964:115) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai diberikut:
Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
Prasangka dan Stereotipe
Prasangka (Prejudice)
Prasangka sebagai sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu.Suatu pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu.
Prasangka disebabkan oleh beberapa faktor, yang berdasarkan Johnson (1986) disebabkan oleh empat hal, antara lain:
Stereotip
Stereotip yakni kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain (Soekanto, 1993).Stereotipe yakni pendapat atau citra terkena orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut spesialuntuk didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Kelompok ini meliputi beberapa aspek kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, banyak sekali pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotipe adakala dijadikan alasan untuk melaksanakan tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.
Tidak sedikt orang menjadikan stereotipe sebagai alasan untuk mengucilkan kelompok lain berarti orang tersebut tidak menganggap bahwa insan mempunyai keunikan yang bermacam- macam.
Pembagian stereotipe
Stereotipe terdiri dari dua macam yaitu stereptipe positif dan stereotipe negatif,namun sebagian besar orang menganggap stereotipe itu negatif tetapi bisa memungkinkan stereotipe itu positif
Macam- Macam Stereotipe
Stereotipe banyak macamnya, diantaranya adalah:
Multikultural
Multikultural, dalam ilmu sosiologi sangat erat hubungannya dengan Masyarakat. oleh lantaran itu, Pengertian masyarakat multikultural (multicultural society) adalahmasyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan dan antara pendukung kebudayaan saling menghargai satu sama lain. Jadi, masyarakat multikultural ialah masyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu paham yang beranggapan bahwa banyak sekali budaya yang tidak sama mempunyai kedudukan yang sederajat.
Ciri-ciri masyarakat multikultural berdasarkan Pierre van den Berghe :
Subculture dan Counterculture
Subculture dan counterculture ialah dua konsep yang mempunyai banyak kemiripan. Pendefinisian kedua konsep tersebut sangat bermacam-macam dan terkadang tumpang tindih. Definisi tentang subculture salah satunya mengacu pada variasi budaya yang ditampilkan oleh segmen tertentu dalam populasi (Komarovsky dan Sargent dalam Jenks 2004).
Sedangkan counterculture Menurut Dessaure (1971, dalam Desmond), mengacu pada sistem norma dan nilai yang koheren yang tidak spesialuntuk tidak sama dari sistem dominan, tapi juga terdiri paling tidak dari satu norma atau nilai yang membutuhkan komitmen perubahan budaya (cultural change), yang ditujukan dalam rangka transformasi sistem nilai dan norma yang dominan.
Interaksi Sosial dan Tatanan Sosial.
Interaksi sosial yakni korelasi timbal balikdalam kehidupan manusia, baik antara orang perorang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Karena itu interaksi sosial sanggup diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Proses Interaksi sosial berdasarkan Herbert Blumer yakni pada dikala insan bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir yakni Makna tidak bersifat tetap namun sanggup dirubah, perubahan terhadap makna sanggup terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process.
Interaksi sosial bisa terjadi bila dua individu melaksanakan kontak sosial dan komunikasi. Karena dengan itulah orang bisa dikatakan melaksanakan sebuah interaksi. Kontak sosial ialah tahap paling pertama di dalam sebuah interaksi. Di tahap ini seseorang akan membutuhkan orang lain sebagai patner. Sesudah seseorang melaksanakan kontak sosial tahap yang selanjutnya yakni komunikasi. Komunikasi yakni penyampaian gosip atau mempersembahkan tanggapan. Dan setelah penyampain gosip atau tanggapan akan terjadi sebuah reaksi. Dan dari situlah tanpa di sadari seseorang sudah melaksanakan sebuah interaksi.
Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Berlangsungnya interaksi di dasarkan pada banyak sekali faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Imitasi : Sikap menggandakan tindakan orang lain di mulai ketika beliau masih bayi hingga ia berkambang dewasa.
Sugesti : Suatu proses di mana seorang individu mendapatkan pedoman tingkah laris dari orang lain tanpa Koreksi terlebih lampau.
Identifikasi : Merupakan keinginan seseorang yang cenderung untuk mempersamakan dirinya dengan orang lain. Dan proses tersebut terjadi dengan sendirinya atau secara sadar. Baik itu terjadi di dalam sifatnya, cara berpenampilan, ataupun berpakaian.
Simpati : Simpati sanggup di artikan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Sebagai tumpuan laki laki yang sedang jatuh cinta dengan seorang wanita.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial sanggup berupa kerjasama (cooperation), akomodasi, asimilasi, persaingan (competition) dan pertikaian (conflict).
Tatanan Sosial (Social order)
Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya sanggup terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial ialah konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan sanggup menganalisis fenomena sosial dengan baik.
Prinsip yang bisa kita ambil yakni adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling diberinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling diberinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.
Struktur Sosial
Struktur sosial secara etimologis berarti susunan masyarakat. Struktur Sosial secara definitif ialah denah penempatan nilai-nilai sosial-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian.
Pendekatan dalam Studi interaksi
Untuk mempelajari interaksi perlu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut di kenal dengan perspektif interaksionis (interactionist perspective). Ada beberapa pendekatan dalam studi terhadap interaksi.
Analisis terhadap definisi situasi sanggup dilakukan dengan memahami aturan Interaksi. Definisi situasi yang dibentuk masyarakat ialah aturan yang mengatur interaksi.David A dan W.C.Yoels (dalam Sunarto,2000) sebut tiga jenis aturan, yaitiu aturan terkena ruang, terkena waktu dan terkena gerak atau sikap tubuh.
Teknik lain untuk mendefinisikan situasi dilakukan dengan memahami komunikasi nonverbal. Menurut Hall dalam interaksi orang lain membaca sikap kita, bukan apa yang kita katakan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengamati orang sanggup berkomunikasi tanpa memakai satu patah kata pun. melaluiataubersamaini memakai tangan atau gerak tubuh menyerupai memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, membungkukkan badan, mengacungkan tinju, mengacungkan ibu jari, mengerutkan dahi, mengagukkan kepala dll. Orang sanggup memberikan perasaannya dengan komunikasi non verbal atau gerak tubuh (body language) menyerupai perasaan cinta, cemooh, ketidaktahuan, hormat, menantang, kagum, tidak senang, persetujuan. Ini berarti bahwa kita tidak sanggup menggerakkan tubuh semau kita. Karena banyak sekali sikap tubuh dan gerak tangan kita didiberi makna tertentu oleh masyarakat dan dijadikan petunjuk untuk mendefinisikan situasi.
Sekian artikel perihal Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajpertamai Pers
Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Jakarta, Prenada Media.
Poloma, M. Margaret, 2003, Sosiologi Kontemporer, terjemahan, Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Maliki, Zainuddin, 2003, Narasi Agung; tiga teori hegemonik, Surabaya, Lembaga
Pengkajian agama dan Masyarakat (LPAM)
Soeprapto, Riyadi, 2002, Interaksionisme Simbolik, perspektif Sosiologi Modern, Yokyakarta, Aveeoes Press
Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Jakarta, Prenada Media, Terjemahan
Alimandan.
Kartasapoetra, G, dan Widyaningsih, G,R, Teori sosiologi, Bandung, Armico
Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda, Jakarta,
Rajpertamai Press, Terj Alimandan.
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Koentjaraningrat, 1999, Pengantar Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta
Koentjaraningrat, 1981, Kebudayaan, mentalitas dan Pembangunan, Jakarta,
Gramedia,
Soemardjan, S dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Johnson,P, Doyle, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Terjemahan, Jakarta,
Gramedia.
[1] James D Thomspon dalam Soekanto, Soejorno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal.68
Sebab munculnya Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu berkembang semenjak pertengahan periode ke-19 terutama di Eropa Barat. Perubahan sosial dalam jangka panjang yang berdampak kekacauan sudah menjadi bahaya terhadap tatanan sosial yang mengguncang mayarakat Eropa Barat. Tatanan sosial yang mapan sudah mengalami perubahan, sehingga membangunkan para pemikir sosial untuk melihat dan mencar ilmu memahami tentang perubahan yang tengah terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi hampir bersamaan di Eropa Barat terutama Inggris, Jerman dan Perancis.
Pada tamat periode ke-18 dan pertengahan periode ke-19 kehidupan masyarakat Eropa Barat sedang mengalami banyak sekali krisis, baik krisis sosial, krisis politik, krisis ekonomi dan krisis lainnya disebabkan oleh ;
- Kekacauan akhir timbulnya revolusi industri
- Kekacauan akhir meletusnya revolusi Perancis
- Munculnya realitas kekuasaan gres di tangan orang beradab dan diberilmu
Perintis Ilmu Sosiologi
Sebagai sebuah ilmu, sosiologi tentu mempunyai akar pemikiran yang terkait dengan filsafat. Sebuah ilmu sanggup dipisahkan dari filsafat ketika ilmu tersebut sudah mempunyai gagasan pemikiran sendiri berupa metodologi, pendekatan empiris dan obyek studi yang jelas. Mereka yang pada pertamanya memikirkan dan merumuskan hal ini biasanya disebut sebagai bapak ilmu tersebut atau dalam bahasa lainnya disebut sebagai perintis. Dalam sejarah lahirnya sosiologi, terdapat bebrapa tokoh yang terlibat dalam perdebatan konseptual perumusan paradigma sosiologi. Dalam modul ini kita spesialuntuk sebut lima orang tokoh yang populer dan kontribusinya terhadap perkembangan ilmu sosiologi.
- Auguste Comte ( 1797-1857).
- Karl Marx (1818-1883)
- Emile Durkheim (1858-1917)
- Max Weber (1864-1920)
- Ibnu Khaldun
image source: hizb-australia.org |
Paradigma Ilmu Sosial
Paradigma yakni citra mendasar terkena subyek ilmu pengetahuan. Ia mempersembahkan batasan terkena apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus di ajukan, bagaimana harus dijawaban dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawabanan yang diperoleh, ia memilah masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat ilmu pengetahuan yang lain (George Ritzer).
MenurutGeorge Ritzer, ada Tiga paradigma ilmu sosial yang mendominasi Sosiologi. Tiga paradiogma itu yakni fakta sosial, paradigma definisi sosialdan paradigma konflik. (george Ritzer)
Kaitan sosiologi dengan ilmu lainnya.
Sosiologi masuk dalam rumpun ilmu Sosial (social science), lantaran ia mempelajari fenomena-fenomena sosial dari kehidupan insan yang berwujud korelasi antar insan dalam golongan. Adapun ilmu-ilmu yang tergolong dalam ilmu sosial yakni politik, ekonomi, psikologi, hukum, antropologi, sejarah, sosiologi dan lain-lain. Dalam membedakan sosiologi sebagai suatu ilmu dengan ilmu-ilmu sosial lain sanggup dijelas dengan melihat obyek dan serius kajian ilmu tersebut.
Kaitan Sosiologi dengan Psikologi
Antara psikologi dan sosiolog obyek kajiannya sama-sama manusia, tetapi ilmu sosiologi perhatian diutamakan bentuk hidup bermasyarakat, struktur dan fungsi dari kelompok terkecil hingga yang terbesar, interaksi antara orang perorang, orang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan sikap sosial. Psikologi lebih mementingkan sikap insan sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif tertentu, hingga insan itu berprilaku atau berbuat. Oleh lantaran itu kajian sosiologi lebih pada aspek kejiwaan manusia.
Manfaat mencar ilmu Sosiologi dalam pembahasan Psikologi
Pembahasan sosiologi dalam pendalaman suatu ilmu, akan membuat kajian terhadap ilmu tersebut akan semakin kaya perspektifnya. Nah, begitu juga dengan ilmu psikologi, salah satu keuntungannya mempelajari sosiologi dalam rangka pembahasan dalam ilmu psikologi yakni untuk menambah khazanah dan perspektif serta pemahaman yang lebih luas terhadap komplesitas studi tentang manusia.
Teori-teori Dasar Sosiologi
Tiga Teori sosiologi
Ada tiga teori sosiologi yang sangat besar lengan berkuasa dalam perkembangan ilmu sosiologi. Teori ini membentuk paradigma dalam melihat masyarakat sebagai obyek studi sosiologi. Banyak teori-teori yang berkembang belakangan sangat berkaitan dengan tiga teori ini. Studi-studi yang dilakukan oleh ilmua sosiologi belakangan banyak dipengaruhi oleh tiga teori ini.Teori itu yakni Teori dengan paradigma Struktural Fungsional, teori dengan paradigma konflik dan teori dengan paradigma Interaksionisme Simbolik.
- Paradigma Struktural Fungsional
Dalam sejarahnya, Teori struktural fungsional ini sangat besar lengan berkuasa dalan perkembangan sosiologi terutama tahun 1960-an. Begitu berpengaruhnya, setidak-tidaknya selama dua dekade setelah perang dunia kedua studi sosiologi sangat di dominasi oleh teori ini, sehingga perspektif ini sangat identik dengan sosiologi itu sendiri (Zainuddin Maliki, 2003). Ketika orang berbicara sosiologi, maka perkiraan orang mereka bicara tentang teori strukural fungsional ini.
- Paradigma Konflik
Teori konflik yang populer yakni teori yang disampaikan oleh Karl Marx, bagi Marx konflik yakni sesuatu yang perlu lantaran ialah alasannya terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang populer yakni teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada jadinya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangun melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.Menurut Pendekatan konflik, masyarakat selalu dalam proses perubahan yang ditandai oleh perperihalan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat spesialuntuklah disebabkan lantaran adanya tekanan atau paksaan kekuasaan golongan berkuasa.
- Paradigma interaksionisme Simbolik .
Inti pandangan pendekatan ini yakni individu. Para hebat di belakang perspektif ini menyampaikan bahwa individu ialah hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu yakni obyek yang bisa secara eksklusif ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.Menurut para ahli, terdapat tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolik, yaitu:
- Manusia bertindak berdasarkan makna-makna
- Makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain
- Makna tersebut berkembang dan disempurnakan saat interaksi tersebut berlangsung.
Bidang-bidang dan Metode Riset Sosiologi
Obyek Studi Sosiologi
Studi sosiologi yang mengkaji secara umum disebut sosiologi umum dan sosiologi yang mengulas secara sektoral disebut sosiologi khusus.
Sosiologi umum mempelajari dan mereview keseluruhan tentang gejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun sikap sosial dalam masyarakat secara umum dengan pendekatan-pendekatan sosiologik. Sedang sosiologi khusus yaitu mempelajarigejala, fakta sosial, tindakan dan interaksi sosial maupun sikap sosial yang bersifat sektoral, menyerupai masalah ekonomi (sosiologi ekonomi), politik (sosiologi politik), aturan (sosiologi hukum), pendidikan(sosiologi pendidikan), kebudayaan (sosiologi kebudayaan), kesenian (sosiologi kesenian), pertanian (sosiologi pertanian), agama (sosiologi agama), pengetahuan (sosiologi pengetahuan) dan lain-lain melalui pendekatan sosiologik.
Paradigma dan Metode Sosiologi
Studi tentang sosiologi sanggup dilakukan dengan metode yang sesuai dengan pendekatan paradigma sosiologi. Menurut George Ritzer dalam buku ‘Sociology; A multiple paradigm science’, sebut ada tiga Paradigma dalam ilmu sosiologi, yaitu Fakta Sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial.
1. Fakta Sosial.
Fakta sosial ialah barang sesuatu (thing) yang tidak sama dengan ide. Barang sesuatu menjadi obyek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak bisa dipahami melaui obyek mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diharapkan penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Menurut Durkheim fakta sosial tidak sanggup dipelajari melalui introspeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia konkret sebagaimana orang mencari sesuatu yang lain (Ritzer,1992). Fakta sosial terdiri atas dua macam, dalam bentuk material dan non material. Dalam bentuk material yaitu barang sesuatu yang sanggup di simak, ditangkap dan di observasi.
2. Definisi Sosial
Paradigma definisi sosial mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial dan korelasi antar tindakan sosial. Menurut Weber, dua duduk masalah itu ialah pokok duduk masalah psikologi. Yang dimaksud dengan tindakan sosial yakni tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi dirinya yang diarahkan bagi orang lain.
3. Perilaku Sosial
Menurut paradigma ini obyek studi sosiologi harus kongkrit-realistis, dan itu yakni sikap sosial yaitu sikap insan yang tampak serta kemungkinan berulang. Paradigma sikap sosial memusatkan perhatian kepada antar korelasi individu dan lingkungannya. Lingkungan disini ada dua, yaitu bermacam-macam obyek sosial dan bermacam-macam obyek non sosial.
Lebih ringkas sanggup dilihat dalam tabel diberikut;
Paradigma | Teori | Metode |
Fakta Sosial | Struktural Fungsional, konflik | interview-kuesioner dan metode perbandingan sejarah |
Definisi Sosial | teori tindakan, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi dan eksistensialisme. | observasi, meskipun sangat memungkinkan memakai metode interview-kuesioner. |
Perilaku sosial | sosiologi behavioral berkaitan erat dengan psikologi behaviorisme. Dan teori pertukaran. | metode khusus paradigma ini yakni eksperimen |
Metode Riset Sosiologi
Dalam melaksanakan riset Sosiologi, peneliti harus melalui beberapa tahap, yaitu;
- Perumusan masalah
- Penyusunan Desain Penelitian
- Pengumpulan data
- Analisis data
- Penyusunan Laporan Penelitian
Metode-metode utama pengumpulan data
- Penelitian Survey,
- Pengamatan (observasi),
- Riwayat Hidup,
- Studi kasus
- Analisis konten (Content analysis),
- Penggunaan data yang tersedia oleh pihak-pihak lain,
- Eksperimen
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam sosiologi dikenal penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yakni penelitian yang mengutamakan kualitas data dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan penelitian kuantitatif yakni penelitian dengan memakai data-data yang sanggup diukur dan biasanya melalui uji statistik.
Etika Penelitian
Menurut Sunarto, (2000) ada beberapa etika dalam penelitian yang harus menjadi perhatian seorang peneliti. Etika itu bertujuan supaya penelitian tersebut sanggup mengungkap yang sebetulnya dari tujuan yang ingin dicapai. Beberapa etika itu adalah;
- Keikutsertaan secara sukarela
- Tidak membawa cedera bagi subyek penelitian
- Asas Anonimitas(tidak dikenal)
- Kerahasiaan
- Tidakmempersembahkan keterangan keliru
- Menyajikan data penelitian secara jujur
Analisis data
Analisis data kualitatif berlangsung terus menerus semenjak peneliti memasuki lapangan dan arah penelitian sanggup berubah sesuai dengan hasil analisis lapangan bersumber data catatan lapangan yang secara rinci memuat hasil wawancara dan observasi. Sedangkan Analisis data kuantitatif berdasarkan data-data yang sudah diangkakan, memakai pendekatan statistik sosial.
Laporan Penelitian
Sesudah penelitian selesai dilakukan, maka seorang peneliti harus menyusun laporan penelitian. Laporan penelitian ini harus di tulis dan penulisannya harus sesuai dengan kaidah ilmiah. Setidaknya dalam laporan penelitian harus memuat :
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tinjauan Pustaka
- Metodologi penelitian
- Analisis data penelitian
- Kesimpulan
Manfaat riset Sosiologi bagi Psikologi
Kita tiruana menyadari bahwa tingkah laris insan tidak sanggup terlepas dari keadaan sekitar, sehingga tidaklah tepat jikalau meninjau insan berdiri sendiri dan terlepas dari masyarakat yang melatarbelakanginya. Karena itu, studi psikologi tidak akan optimal dan tepat tanpa tinjauan sosiologi. melaluiataubersamaini demikian, manfaat riset sosiologi dalam psikologi yakni memperkuat dan menyempurnakan pembahasan dalam psikologi.
Proses-proses Sosial
Pengertian Proses Sosial
Proses sosial diartikan sebagai efek timbal balik antara banyak sekali segi kehidupan bersama,antara banyak sekali segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama.
Studi sosiologi terhadap sisi statis masyarakat dilakukan dengan cara memahami struktur social menyerupai Kelompok sosial, institusi sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial dan kekuasaan. Dalam sisi yang dinamis masyarakat sanggup dilakukan melalui pemahaman terhadap proses-proses social yang terjadi dalam masyarakat.
Proses-proses sosial mendasar
Menurut Karl Mannheim dalam bukunya Systematic Sosiology, sebut ada beberapa bentuk proses sosial mendasar yang sangat penting untuk dipahami yaitu, Kontak Sosial dan Jarak Sosial, Isolasi, kompetisi, kerjasama dan akomodasi.
- Kontak Sosial dan Jarak Sosial.
Kita perlu membedakan dua jenis kontak social, yaitu kontak social primer dan kontak social sekunder. Setiap kontak social secara tidak eksklusif menyatakan jarak social. Jarak social bisa diartikan jarak eksternal atau jarak ruang dan jarak internal atau jarak mental. Pengambilan jarak pada waktu bersamaan yakni salah satu sikap yang penting untuk mempertahankan dan melanjutkan otoritas peradaban manusia, Misalnya demokrasi mengurangi jarak social, begitu pula dengan prestise para komandan biasanya tergantung jarak social dengan bawahannya. Karena itu, jarak sosial secara harfiah berarti mengubah sesuatu menjadi terpencil atau terpisah, memindahkan suatu obyek yang bersahabat kepada suatu posisi yang jauh dari titik tiruanla.
- Isolasi
- Kompetisi
- Kerjasama.
- Akomodasi
Key Studies
- Masyarakat
- Individu
- Status (kedudukan)
- Peranan (role)
Perkembangan Sosiologi
Menurut George Ritzer sejarah sosiologi setelah perkembangan di Eropa Barat, berkembang di Amerika yang ditandai oleh liberalism terutama efek Herbert Spencer dan Darwinisme Sosial Sumner dan ward. Karyanya tidak terlalu berpengaruh, tetapi sesudahnya karya dari Small, Park, Thomas, Cooley dan terutama Mead mulai meninggalkan kesan dan efek dalam teori interaksionisme simbolik.
Sementara di Harvard yang memainkan kiprah penting yakni aliran Chicago tokoh utamanya Pitirin Sorokin dan Talcoot Parson. Terutama Parson lah yang mengenalkan teori besar yang sangat besar lengan berkuasa yaitu aliran structural fungsional yang mendominasi teori sosiologi selama beberapa dekade.
Perkembangan teori Marxian di tahun-tahun pertama periode ke-20 berkembang atas kreatifitas aliran Frankfurt. Tetapi lebih berkembang lagi setelah C, Wright Mills menghidupkan tradisi radikal sehingga membuatkan teori konflik, pertamanya teori ini belum begitu popular sehingga muncul teori pertukaran dan dramaturgi Erving Goffman.
Perkembangan penting selanjutnya dalam sosiologi kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik yakni gencarnya studi tentang fenomenologi, etnometodologi, strukturalisme dan post strukturalisme melalui karya Foucault.
Dan terakhir perkembangan sosiologi di periode ke-21 yakni teori multikultural, teori postmodern dengan segala reaksinya. Muncul pula teori modernitas Antony Giddens dan teori Globalisasi.
Begitulah teori sosiologi, ia terus berkembang dan nampak secara terperinci bahwa sosiologi susah menuju perspektif tunggal yang akan mendominasi. Tetapi ia muncul dalam banyak perspektif untuk sanggup melihat dan membaca realitas sosial.
Beberapa tokoh Sosiologi
- Auguste Comte (1789-1857)
- Herbert Spencer (1820-1903)
- Emile Durkheim (1858-1917)
- Max Weber (1864-1920)
- Charles Horton Cooley (1864-1929)
- Ferdinand Tonnies
- Lester Frank Ward (1841-1913)
- Vilfredo Pareto (1848-1923)
- Georg Simmel (1858-1918)
- William Graham Summer (1840-1910)
- Karl Mannheim (1893-1947)
Masyarakat dan Budaya
Sebagai makhluk yang mempunyai kecerdikan dan pikiran, insan selalu mempunyai cara dalam menyikapi situasi lingkungan sekitarnya. Teknik insan dalam menyikapi lingkungan sekitarnya selalu berkembang. Kemampuan dalam membuatkan cara menyikapi lingkungan inilah yang membuat insan bisa bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Manusia akan memunculkan kreatifitas di alam pikiran dan tindakannya. Bagaimana insan mengeluarkan ide, dan tindakan yang terus berakumulasi dan berkembang itu kemudian membentuk budaya. Oleh lantaran itu, budaya itu lahir dari kreatifitas insan yang hidup dalam masyarakatnya.
Beda Masyarakat dan Kebudayaan:
Kebudayaan | Masyarakat |
Sistem norma dan nilai | Sekumpulan insan yang mendiami wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu |
Terorganisir dan ialah pegangan bagi masyarakat | Organisasi insan yang saling berafiliasi satu sama lain |
Khas, unik | Masyarakat yang tidak sama, bisa saja mempunyai kebudayaan yang sama (ex: Amerika Serikat dan Kanada) |
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang ialah bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan kecerdikan manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Pengertian budaya berdasarkan Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yakni masukana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Budaya berdasarkan Koentjaraningrat (1987:180) yakni keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik insan dengan belajar. Karena itu kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan insan sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dalam kebudayaan terkandung serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang lahir dari olah fikir dan kognitif manusia. Kebudayaan juga ialah satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang mencakupkan larangan-larangan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial,
Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang ialah pecahan dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan (Soekanto, 2003:175).
Menurut Bronislaw Malinowski (Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964:115) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai diberikut:
- the normative system (yang dimaksudkan yakni sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat supaya menguasai alam sekitarnya.
- economic organization (organisasi ekonomi),
- mechanism and agencies of education (alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan dimana keluarga ialah forum pendidikan yang utama, dan
- the organization of force (organisasi militer).
- peralatan dan perlengkapan hidup insan (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transportasi dan sebagainya)
- mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)
- sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan)
- bahasa (lisan maupun tertulis)
- kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)
- sistem pengetahuan
- religi (sistem kepercayaan)
Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
- Gagasan (Wujud ideal)
- Aktivitas (tindakan)
- Artefak (karya)
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari insan dalam masyarakat.
- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Prasangka dan Stereotipe
Prasangka (Prejudice)
Prasangka sebagai sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu.Suatu pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu.
Prasangka disebabkan oleh beberapa faktor, yang berdasarkan Johnson (1986) disebabkan oleh empat hal, antara lain:
- Gambaran perbedaan antarkelompok.
- Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok mayoritas menguasai kelompok minoritas.
- Stereotip antarkelompok.
- Kelompok yang merasa superior sehingga merasa kelompok lain inferior
Stereotip
Stereotip yakni kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain (Soekanto, 1993).Stereotipe yakni pendapat atau citra terkena orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut spesialuntuk didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Kelompok ini meliputi beberapa aspek kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, banyak sekali pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotipe adakala dijadikan alasan untuk melaksanakan tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.
Tidak sedikt orang menjadikan stereotipe sebagai alasan untuk mengucilkan kelompok lain berarti orang tersebut tidak menganggap bahwa insan mempunyai keunikan yang bermacam- macam.
Pembagian stereotipe
Stereotipe terdiri dari dua macam yaitu stereptipe positif dan stereotipe negatif,namun sebagian besar orang menganggap stereotipe itu negatif tetapi bisa memungkinkan stereotipe itu positif
- Stereotipe Positif
- Stereotipe Negatif
Macam- Macam Stereotipe
Stereotipe banyak macamnya, diantaranya adalah:
- Stereotipe berdasarkan jenis kelabuin, misalnya: pria kuat sedangkan perempuan lemah.
- Stereotipe berdasarkan etnis, misalnya: Jawa halus, Batak kasar, dan seterusnya.
- Stereotipe berdasarkan negara, Jerman orangnya kaku, Indonesia ramah
- Stereotipe berdasarkan usia, contohnya orang lanjut usia jikalau berbicara biasanya menggurui,suatu pekerjaan memdiberi masa pensiun kepada lansia lantaran lansia sudah tidak sanggup bekerja secara terbaik
- Stereotipe berdasarkan ekonomi, misalkan orang yang secara ekonomi berlebih biasanya berpenampilan glamour,orang dari ekonomi pas-pasan berpenampilan sederhana
Multikultural
Multikultural, dalam ilmu sosiologi sangat erat hubungannya dengan Masyarakat. oleh lantaran itu, Pengertian masyarakat multikultural (multicultural society) adalahmasyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan dan antara pendukung kebudayaan saling menghargai satu sama lain. Jadi, masyarakat multikultural ialah masyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu paham yang beranggapan bahwa banyak sekali budaya yang tidak sama mempunyai kedudukan yang sederajat.
Ciri-ciri masyarakat multikultural berdasarkan Pierre van den Berghe :
- Segmentasi (terbagi) ke dalam kelompok-kelompok.
- Kurang membuatkan konsensus (kesepakatan bersama).
- Sering mengalami konflik.
- Integrasi sosial atas paksaan.
- Dominasi (penguasaan) suatu kelompok atas kelompok lain.
Subculture dan counterculture ialah dua konsep yang mempunyai banyak kemiripan. Pendefinisian kedua konsep tersebut sangat bermacam-macam dan terkadang tumpang tindih. Definisi tentang subculture salah satunya mengacu pada variasi budaya yang ditampilkan oleh segmen tertentu dalam populasi (Komarovsky dan Sargent dalam Jenks 2004).
Sedangkan counterculture Menurut Dessaure (1971, dalam Desmond), mengacu pada sistem norma dan nilai yang koheren yang tidak spesialuntuk tidak sama dari sistem dominan, tapi juga terdiri paling tidak dari satu norma atau nilai yang membutuhkan komitmen perubahan budaya (cultural change), yang ditujukan dalam rangka transformasi sistem nilai dan norma yang dominan.
Interaksi Sosial dan Tatanan Sosial.
Interaksi sosial yakni korelasi timbal balikdalam kehidupan manusia, baik antara orang perorang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Karena itu interaksi sosial sanggup diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Proses Interaksi sosial berdasarkan Herbert Blumer yakni pada dikala insan bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir yakni Makna tidak bersifat tetap namun sanggup dirubah, perubahan terhadap makna sanggup terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process.
Interaksi sosial bisa terjadi bila dua individu melaksanakan kontak sosial dan komunikasi. Karena dengan itulah orang bisa dikatakan melaksanakan sebuah interaksi. Kontak sosial ialah tahap paling pertama di dalam sebuah interaksi. Di tahap ini seseorang akan membutuhkan orang lain sebagai patner. Sesudah seseorang melaksanakan kontak sosial tahap yang selanjutnya yakni komunikasi. Komunikasi yakni penyampaian gosip atau mempersembahkan tanggapan. Dan setelah penyampain gosip atau tanggapan akan terjadi sebuah reaksi. Dan dari situlah tanpa di sadari seseorang sudah melaksanakan sebuah interaksi.
Faktor Pendorong Interaksi Sosial
Berlangsungnya interaksi di dasarkan pada banyak sekali faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Imitasi : Sikap menggandakan tindakan orang lain di mulai ketika beliau masih bayi hingga ia berkambang dewasa.
Sugesti : Suatu proses di mana seorang individu mendapatkan pedoman tingkah laris dari orang lain tanpa Koreksi terlebih lampau.
Identifikasi : Merupakan keinginan seseorang yang cenderung untuk mempersamakan dirinya dengan orang lain. Dan proses tersebut terjadi dengan sendirinya atau secara sadar. Baik itu terjadi di dalam sifatnya, cara berpenampilan, ataupun berpakaian.
Simpati : Simpati sanggup di artikan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Sebagai tumpuan laki laki yang sedang jatuh cinta dengan seorang wanita.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial sanggup berupa kerjasama (cooperation), akomodasi, asimilasi, persaingan (competition) dan pertikaian (conflict).
- Kerja sama
- Akomodasi
- Asimilasi
- Persaingan (Competition)
- Konflik
Tatanan Sosial (Social order)
Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya sanggup terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial ialah konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan sanggup menganalisis fenomena sosial dengan baik.
Prinsip yang bisa kita ambil yakni adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling diberinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling diberinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.
Struktur Sosial
Struktur sosial secara etimologis berarti susunan masyarakat. Struktur Sosial secara definitif ialah denah penempatan nilai-nilai sosial-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian.
Pendekatan dalam Studi interaksi
Untuk mempelajari interaksi perlu pendekatan tertentu. Pendekatan tersebut di kenal dengan perspektif interaksionis (interactionist perspective). Ada beberapa pendekatan dalam studi terhadap interaksi.
- Pendekatan yang populer yakni pendekatan interaksionisme sombolik yang bersumber dari pemikiran Herbert Mead. Interaksi yang mengacu pada symbol-simbol. Simbol yakni nilaiataumaknayamgdianugerahkan kepadamereka yangmenggunakannya. Pendekatan ini sudah banyak dibahas dalam pertemuan sebelumnya.
- Definisi Situasi. Konsep lain yang perlu pula dikaji dan didiberi perhatian yakni konsep definisi situasi.Biasa interaksi diartikan pemdiberian respon terhadap stimulus. Namun analisa situasi memahaminya tidak sama. Setiap stimulus perlu menerima definisi dan penafsiran terlebih lampau, gres setelah itu dimunculkan respon. Misalnya pemdiberian salam seorang pria yang belum di kenal terhadap seorang wanita. Maka perlu penafsiran lebih doloe itikadnya. Jika itikadnya baik, maka dijawaban dengan baik. Konsep ini dikenalkan oleh W,I, Thomas.
Analisis terhadap definisi situasi sanggup dilakukan dengan memahami aturan Interaksi. Definisi situasi yang dibentuk masyarakat ialah aturan yang mengatur interaksi.David A dan W.C.Yoels (dalam Sunarto,2000) sebut tiga jenis aturan, yaitiu aturan terkena ruang, terkena waktu dan terkena gerak atau sikap tubuh.
Teknik lain untuk mendefinisikan situasi dilakukan dengan memahami komunikasi nonverbal. Menurut Hall dalam interaksi orang lain membaca sikap kita, bukan apa yang kita katakan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengamati orang sanggup berkomunikasi tanpa memakai satu patah kata pun. melaluiataubersamaini memakai tangan atau gerak tubuh menyerupai memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, membungkukkan badan, mengacungkan tinju, mengacungkan ibu jari, mengerutkan dahi, mengagukkan kepala dll. Orang sanggup memberikan perasaannya dengan komunikasi non verbal atau gerak tubuh (body language) menyerupai perasaan cinta, cemooh, ketidaktahuan, hormat, menantang, kagum, tidak senang, persetujuan. Ini berarti bahwa kita tidak sanggup menggerakkan tubuh semau kita. Karena banyak sekali sikap tubuh dan gerak tangan kita didiberi makna tertentu oleh masyarakat dan dijadikan petunjuk untuk mendefinisikan situasi.
- Dramaturgi Goffman. Pernyataan paling populer Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgis ialah pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan efek drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang pemain film memainkan huruf manusia-manusia yang lain sehingga penonton sanggup memperoleh citra kehidupan dari tokoh tersebut dan bisa mengikuti alur dongeng dari drama yang disajikan.Menurut Margaret Poloma, pendekatan dramaturgi (dramaturgy) didefinisikan sebagai pendekatan yang memakai bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi.
- Tahap Interaksi. Mark L Knapp, memperkenal tahap yang sanggup dicapai dalam interaksi yang ia bagi dalam dua kelompok besar, yaitu tahap yang mendekatkan akseptor interaksi dan tahap yang menjauhkan. Tahap mendekatkan di rinci menjadi memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding).
Sekian artikel perihal Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajpertamai Pers
Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Jakarta, Prenada Media.
Poloma, M. Margaret, 2003, Sosiologi Kontemporer, terjemahan, Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Maliki, Zainuddin, 2003, Narasi Agung; tiga teori hegemonik, Surabaya, Lembaga
Pengkajian agama dan Masyarakat (LPAM)
Soeprapto, Riyadi, 2002, Interaksionisme Simbolik, perspektif Sosiologi Modern, Yokyakarta, Aveeoes Press
Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Jakarta, Prenada Media, Terjemahan
Alimandan.
Kartasapoetra, G, dan Widyaningsih, G,R, Teori sosiologi, Bandung, Armico
Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda, Jakarta,
Rajpertamai Press, Terj Alimandan.
Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.
Koentjaraningrat, 1999, Pengantar Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta
Koentjaraningrat, 1981, Kebudayaan, mentalitas dan Pembangunan, Jakarta,
Gramedia,
Soemardjan, S dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Johnson,P, Doyle, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Terjemahan, Jakarta,
Gramedia.
[1] James D Thomspon dalam Soekanto, Soejorno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, hal.68
0 Response to "Pengertian Sosiologi Dan Ruang Lingkup Sosiologi Berdasarkan Para Ahli"
Posting Komentar