Macam-Macam Persepsi Dalam Psikologi Berdasarkan Para Ahli

Macam-Macam Persepsi dalam Psikologi Menurut Para Ahli - Artikel ini akan menunjukan wacana mekanisme-mekanisme persepsi. Melalui artikel ini dibutuhkan bisa memahami konsep-konsep mekanisme-mekanisme persepsi yang terdiri dari pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, dan atensi.

Prinsip-Prinsip Organisasi Sistem Sensori
  • Menurut konvensi, daerah-daerah sensori korteks dianggap terdiri atas tiga tipe yang satu sama lain tidak sama secara mendasar → primer, sekunder, dan asosiasi.
  • Korteks sensori primer → kawasan korteks sensori yang mendapatkan sebagian besar inputnya secara eksklusif dari nuklei penghantar talamik sistem tersebut.
  • Korteks sensori sekunder → sebuah sistem yang meliputi beberapa aspek daerah-daerah korteks sensori yang mendapatkan sebagian besar inputnya dari korteks sensori primer sistem itu atau dari daerah-daerah lain dalam korteks sensori sekunder sistem yang sama.
  • Korteks asosiasi → tiruana kawasan korteks yang mendapatkan input dari lebih dari satu sistem sensori.
  • Interaksi di antara ketiga tipe korteks sensori dan di antara struktur-struktur sensori lainnya ditandai oleh tiga prinsip utama → organisasi hierarkis, segregasi fungsional, dan pemrosesan paralel.
Macam Persepsi dalam Psikologi Menurut Para Ahli Macam-Macam Persepsi dalam Psikologi Menurut Para Ahli
image source: www.brainzx.com
baca juga: Memahami Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) pada Manusia

Organisasi Hierarkis
  • Hirarki → sebuah sistem yang para anggotanya sanggup ditempatkan ke tingkat atau peringkat tertentu dalam kaitannya dengan anggota-anggota lain.
  • Struktur-struktur sensori terorganisasi dalam sebuah hierarki berdasarkan spesifitas dan kompleksitas fungsinya.
  • Keterangan gambar : reseptor manjalankan analisis paling sederhana dan paling umum, dan korteks asosiasi menjalankan analisis yang paling kompleks dan paling spesifik.
  • Organisasi hierarkis sistem sensori tampak terang dari pembandingan efek-efek kerusakan di aneka macam tingkat → semakin tinggi tingkat kerusakannya, semakin spesifik, dan semakin kompleks pula defisitnya.
  • Dalam mengenali organisasi hierarkis sistem-sistem sensori, para psikolog kadang membagi proses mempersepsi secara umum menjadi 2 fase umum → sensasi dan persepsi.
  • Sensasi → proses mendeteksi keberadaan stimuli.
  • Persepsi → proses yang lebih tinggi, yakni mengintegrasikan, mengenali, dan menginterpretasikan pola-pola lengkap sensasi.

Segregasi Fungsional
  • Awalnya, daerah-daerah primer, sekunder, dan asosiasi diasumsikan sebagai sebuah sistem sensori yang homogen secara fungsional → tiruana kawasan korteks di tingkat hierarki sensori mana pun bekerja gotong royong untuk menjalankan fungsi yang sama.
  • Penelitian menawarkan bahwa karakteristik organisasi-organisasi sistem sensori bersifat segregasi fungsional → masing-masing tingkat korteks serebral (primer, sekunder, asosiasi) di masing-masing sistem sensori meliputi daerah-daerah yang sangat tidak sama secara fungsional, yang terspesialisi di aneka macam macam analisis.

Pemrosesan Paralel
  • Sistem sensori yaitu sistem paralel → sistem yang informasinya mengalir melalui aneka macam komponen melalui banyak jalur.
  • Pemrosesan paralel → analisis simultan terhadap sebuah sinyal dengan aneka macam cara yang tidak sama melalui banyak jalur paralel dalam jaenteng neural.
  • Ada 2 jenis arus paralel yang tidak sama secara mendasar dalam sistem sensori → arus yang bisa mensugesti sikap tanpa kita ketahui secara sadar dan arus yang mensugesti sikap kita dengan kita ketahui secara sadar.

Model Organisasi Sistem Sensori Saat Ini
  • Sistem sensori yang diyakini dikala ini bersifat hierarkis, tersegregasi, dan paralel.
  • Ada sebuah kawasan tunggal di korteks di puncak hierarki sensori yang mendapatkan sinyal-sinyal dari daerah-daerah lain dalam sistem sensori itu dan menyatukannya untuk membentuk persepsi, tetapi tidak ada kawasan korteks ke mana tiruana kawasan dalam sebuah sistem sensori harus melapor → persepsi ialah sebuah produk kegiatan gabungan dari banyak kawasan kortikal yang saling terhubung satu sama lain.

Sistem Auditori
  • Fungsi sistem auditori → mempersepsi suara → persepsi wacana objek-objek dan kejadian-kejadian melalui suara yang mereka timbulkan.
  • Bunyi → vibrasi molekul-molekul udara yang menstimulasi sistem auditori.
  • Manusia spesialuntuk mendengar vibrasi molekuler antara sekitar 20-20.000 Hz.
  • Amplitudo, frekuensi, dan kompleksitas vibrasi molekul paling erat terkait dengan persepsi wacana loudness (keras-lembut), pitch (tinggi-rendah), dan timbre (warna nada).
  • Bunyi murni (vibrasi gelombang sinus) spesialuntuk ada di laboratorium dan studio rekaman. Dalam kehidupan nyata, suara selalu dikaitkan dengan pola vibrasi yang kompleks.
  • Fourier analysis (analisis Fourier) → mekanisme matematis untuk memperinci gelombang kompleks menjadi gelombang-gelombang sinus yang ialah komponennya.
  • Bunyi murni → terdiri dari relasi erat antara frekuensi suara dan pitch yang dipersepsi.
  • Bunyi natural → terdiri atas adonan aneka macam frekuensi → pitch yang dipersepsi sangat kompleks → bekerjasama dengan frekuensi fundamental.
  • Frekuensi mendasar → frekuensi tertinggi → faktor kelipatan tertinggi dari frekuensi-frekuensi yang ialah komponen sebuah suara → contoh: suara adonan dari frekuensi 100, 200, dan 300 Hz → pitch nya terkait dengan 100 Hz → faktor kelipatan tertinggi dari frekuensi-frekuensi tersebut.
  • Salah satu karakteristik terpenting persepsi pitchpitch sebuah suara yang kompleks bisa jadi tidak bekerjasama eksklusif dengan frekuensi komponen manapun dari suara tersebut → contoh: adonan bunyi-bunyi murni dengan frekuensi 200, 300, dan 400 Hz akan dipersepsi mempunyai pitch yg sama dengan suara murni 100 Hz → frekuensi fundamental.
  • Aspek persepsi pitch ini disebut missing fundamental.

Telinga
  • Gelombang suara berjalan turun melalui susukan auditori → menyebabkan membran timpani/ gendang pendengaran bergetar → getaran/ vibrasi ditransfer ke osikel (tulang-tulang kecil di pendengaran tengah: martil (malleus), landasan (incus), dan sanggurdi (stapes)) → memicu vibrasi selaput jendela oval → mentransfer vibrasi tersebut ke cairan kokhlea → menuju ke organ Corti (organ reseptor audtori).
  • Kokhlea → sebuah tube panjang melingkar-lingkar (seperti kumparan) dengan selaput internal yang mengalir sampai hampir ke ujungnya.

  • Setiap perubahan tekanan pada jendela oval berjalan di sepanjang organ Corti yaitu sebagai sebuah gelombang.
  • Organ Corti terdiri atas 2 selaput:
  • Selaput basilar → reseptor-reseptor auditori dan sel-sel rambut menempel pada selaput ini.
  • Selaput tektorial → bersandar pada sel-sel rambut.
  • Refleksi terhadap organ Corti di titik mana pun di sepanjang rentangannya akan menghasilkan shearing force pada sel-sel rambut di titik yang sama → menstimulasi sel-sel rambut → memicu daya agresi di akson-akson saraf auditori (cabang saraf kranial VIII: saraf auditori-vestibular).
  • Vibrasi cairan kokhlea disebarkan oleh rond window (jendela bundar) → sebuah selaput lentur di dalam dinding kokhlea.
  • Prinsip utama pengkodean kokhlea → frekuensi yang tidak sama menghasilkan stimulasi terbaik terhadap sel-sel rambut di titik-titik yang tidak sama di sepanjang selaput basilar → frekuensi yang lebih tinggi menghasilkan aktivasi lebih besar yang lebih erat ke jendela-jendela dan frekuensi yang lebih rendah menghasilkan aktivasi yang lebih besar pada ujung selaput basilar → banyaknya frekuensi komponen yang menyusun setiap suara kompleks akan mengaktifkan sel-sel rambut di banayak titik tidak sama di sepanjang selaput basilar → banyaknya sinyal yang diciptakan oleh sebuah suara tunggal yang kompleks dibawa keluar dari pendengaran oleh banyak neuron auditori yangtidak sama.
  • Organisasi sistem auditori pada pokonya bersifat tonotopik.
  • Sistem auditori bisa menyortir pesan-pesan frekuensi individual menjadi kategori-kategori terpisah dan menggabungkannya sedemikian rupa sehingga individu mendengar setiap sumber dari bunyi-bunyi kompleks itu secara independen.

Dari Telinga ke Korteks Auditori Primer
  • Akson-akson masing-masing saraf auditori bersinapsis di nuklei kokhlear ipsilateral → banyak proyeksi menghasilkan superior olives di kedua sisi batang otak di level yang sama → akson-akson neuron olivaria berproyeksi melalui lateral lemniscus ke inferior colliculi → berproyesi ke medial geniculate nuclei dalam talamus → berproyesi ke korteks auditori primer.

Mekanisme-Mekanisme Subkortikal dari Lokalisasi Bunyi
  • Lokalisasi suara di ruangan dimediasi oleh superior olives lateral dan medial, tetapi dengan cara-cara yang tidak sama → bila suara berasal dari cuilan kiri seseorang, pertama-tama ia mencapai pendengaran kiri, dan terdengar keras di pendengaran kiri.
  • Sebagian neuron di dalam medial superior olives merespons perbedaan tipis dalam waktu hadirnya sinyal-sinyal dari kedua telinga, sementara sebagaian neuron dalam lateral superior olives merespons perbedaan tipis dalam amplitudo bunyi-bunyi dari kedua telinga.
  • Superior olives medial dan lateral berproyeksi ke superior colliculus.

Korteks Auditori Primer dan Sekunder
  • Pada primata, korteks auditori primer, yang mendapatkan sebagian besar inputnya dari nukleus genikulat medial, terletak di lobus temporal, di dalam lateral fissure.
  • Berdekatan dengan dan di seputar korteks auditori primer terdapat sebuah “pita” (band) yang sering disebut “sabuk” (belt) dari derah-daerah korteks sekunder → daerah-daerah korteks auditori sekunder di luar sabuk itu disebut parabelt areas.
  • Dua prinsip penting dari organisasi korteks auditori primer:
  • Korteks auditori primer terorganisasi dalam kolom-kolom fungsional
  • Seperti, kokhlea, korteks auditori diorganisasikan secara tonotoikal
  • Setiap kawasan dalam korteks auditori primer dan sekunder sepertinya diorganisasikan berdasarkan frekuensi.
  • Korteks auditori insan sepertinya serupa dalam banyak hal dengan primata.

Efek-Efek Kerusakan pada Sistem Auditori
  • Tuli total jarang terjadi → kemungkinan ialah akhir jaenteng jalur auditori yang bersifat paralel danmenyebar.
  • Ada 2 golongan hendaya pendengaran yang lazim dijumpai → hendaya yang terkait dengan kerusakan pada osikel (tuli konduktif) dan yang terkait dengan kerusakan pada kokhlea (tuli-saraf).
  • Bila spesialuntuk cuilan kokhlea yang rusak, individu-individu sanggup mengalami tuli-saraf untuk frekuensi-frekuensi tertentu, tetapi tidak untuk yang lain → kehilangan pendengaran terkait umur.

Sistem Somatosensori: Perabaan dan Rasa Sakit
  • Sensasi-sensasi dari tubuh → somatosensasi.
  • Sistem yang memediasi sensasi-sensasi badaniah → sistem somatosensori.
  • Tiga sistem somatosensori yang terpisah tetapi saling diberinteraksi, yakni:
  • Sistem eksteroreseptif → mengindra stimuli eksternal yang diterapkan pada kulit.
  • Sistem proprioseptif → memonitor informasi wacana posisi tubuh yang hadir dari reseptor-reseptor di otot, sendi, dan organ-organ keseimbangan.
  • Sistem interoseptif → mempersembahkan informasi umum wacana kondisi-kondisi dalam tubuh (misalnya, temperatur dan tekanan darah).
  • Sistem eksteroseptif terdiri atas 3 divisi yang tidak sama:
  • Sebuah divisi untuk mempersepsi stimuli mekanik àperabaan
  • Sebuah divisi untuk stimuli thermal → temperatur
  • Sebuah divisi untuk stimuli nosiseptif → rasa sakit

Reseptor-Reseptor Kutguaus
  • Reseptor kutguaus paling sederhana yaitu free nerve endings (ujung-ujung saraf bebas) → ujung-ujung neuron tanpa struktur terspesialisasi → sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan rasa sakit.
  • Reseptor terbesar dan terdalam → Pacinian corpuscles (korpuskel Pacinian) → mengikuti keadaan dengan cepat, sehingga mereka serta merta merespons displacement mendadak pada kulit.
  • Merkel’s disks dan Ruffini endings àberadaptasi dengan lamban dan masing-masing merespons dengan paling besar lengan berkuasa pada indensasi gradual kulit dan peregangan gradual kulit.
  • melaluiataubersamaini mempunyai sebagian reseptor yang mengikuti keadaan dengan cepat dan sebagian lainnya mengikuti keadaan dengan lambat → mempersembahkan informasi wacana kualitas-kualitas dinamis maupun statis dari aneka macam stimuli taktual.
  • Struktur dan fisiologi masing-masing tipe reseptor somatosensori terspesialisasi → memungkinkan reseptor yang bersangkutan untuk sensitif terhadap tipe stimulasi taktual tertentu.
  • Akan tetapi, seacara umum, reseptor-reseptor yang bermacam-macam itu cenderung berfungsi dengan cara yang sama → stimuli diterapkan di kulit mendeformasi atau mengubah kimia reseptor itu → mengubah permeabilitas membran sel reseptor itu terhadap ion-ion → balasannya yaitu sebuah sinyal neural.

Dermatoma
  • Serabut-serabut neural yang membawa informasi dari reseptor-reseptor kutguaus dan reseptor-reseptor somatosensori lainnya berkumpul di saraf → memasuki sumsum tulang belakang melalui akar dorsal.
  • Dermatoma → kawasan tubuh yang dirangsang oleh akar dorsal kiri dan kanan di sebuah segmen sumsum tulang belakang tertentu.

Dua Jalur Somatosensori Utama
  • Dua jalur utama somatosensori:
  • Sistem kolom-dorsal lemniskus medial → cenderung membawa informasi wacana sentuhan dan propriopsepsi.
  • Sistem antero-lateral → cenderung membawa informasi wacana rasa sakit dan temperatur.
  • Sistem kolom-dorsal lemniskus medial:
Neuron-neuron sensori memasuki sumsum tulang belakang melalui akar dorsal → naik secara ipsilateral dalam kolom dorsal → bersinapsis di nuklei kolom dorsal medula → akson-akson neuron-neuron nuklei kolom dorsal ber-decussate (menyeberang ke sisi otak yang lain) → naik di dalam lemniskus medial ke nukleus posterior ventral kontralateral talamus.
  • Nuklei posterior ventral juga mendapatkan input melalui ketiga cabang saraf trigeminal → membawa informasi somatosensori dari daerah-daerah kontralateral wajah. Sebagian besar neuron nukleus posterior ventral berproyeksi ke korteks somatosensori primer (SI), yang lain berproyeksi ke korteks somatosensori sekunder (SII) atau korteks parietal posterior.
  • Sistem anterolateral:
Sebagian besar neuron akar dorsal sistem anterolateral bersinapsis segera setelah mereka memasuki sumsum tulang belakang → akson-akson ber-decussate → naik ke otak di porsi anterolateral kontralateral sumsum tulang belakang → sebagian tidak ber-decussate tetapi naik secara ipsilateral.
  • Sistem anterolateral terdiri atas 3 traktus yang tidak sama:
  • Tratus spinotalamik → berproyeksi ke nukleus posterior ventral talamus
  • Traktus spinoretikuler → berproyeksi ke deretan retikuler
  • Traktus spinotektal → berproyeksi ke tectum
  • Bila kedua jalur somatosensori naik sepenuhnya terputus oleh sebuah cedera tulang punggung, pasien bisa tidak mencicipi sensasi tubuh mulai dari bawah tingkat yang terputus.

Daerah-Daerah Kortikal Somatosensasi
  • Korteks somatosensori primer insan (SI) bersifat somatotopik → terorganisasi berdasarkan peta permukaan tubuh → lazim disebut somatosensory homunculus.
  • Daerah terorganisasi secara somatotopik kedua → SII → terletak sempurna pada posisi ventral terhadap SI di girus possentral.
  • SII mendapatkan sebagian besar inputnya dari SI dan oleh alasannya itu dianggap sebagai korteks somatosensori sekunder.
  • Banyak output SI dan SII yang menuju ke korteks asosiasi lobus parietal posterior.
  • Korteks parietal posterior meliputi neuron-neuron bimodal (neuron-neuron yang merespons aktivasi terhadap dua sistem sensori yang tidak sama) yang merespons stimuli somatosensori dan visual.

Agnosia Somatosensori
  • Dua tipe utama agnosia somatosensori:
  • Astereognosia → ketidakmampuan untuk mengenali objek-objek melalui sentuhan
  • Asomatognosia → ketidakmampuan untuk mngenali bagian-bagian tubuh sendiri → biasanya spesialuntuk mensugesti sisi kiri tubuh → biasanya bekerjasama dengan kerusakan ekstensif pada lobus parietal posterior kanan
  • Anosognosia → ketidakmampuan pasien neuropsikologis untuk mengenali gejalanya sendiri

Persepsi Kesakitan
  • Tidak ada stimulus khusus untuk rasa sakit → sakit yaitu respons terhadap aneka macam macam stimulasi apa pun yang secara potensial membahayakan.
  • Daerah korteks yang paling sering dikaitkan dengan pengalaman kesakitan → anterior cingulate cortex.
  • Gate-control theory → menunjukan kemampuan faktor kognitif dan emosional untuk memblokir rasa sakit.
  • Neuropathic pain → rasa sakit kronis berat tanpa adanya stimulus kesakitan yang sanggup ditengarai → sepertinya disebabkan oleh perubahan patologis dalam sistem saraf yang entah bagaimana terinduksi oleh cedera aslinya → sumbernya biasanya yaitu kegiatan dalam sistem saraf pusat.

Indra Kimiawi: Penciuman dan Pencecapan
  • Olfaction (penciuman) dan gustation (pencecapan) disebut indra kimiawi → fungsi mereka yaitu untuk memantau kandungan kimia lingkungan.
  • Penciuman → respons sistem olfaktori terhadap bahan-bahan kimia yang ada di udara, yang ditarik dengan menghirup napas melalui reseptor-resepor dalam saluran-saluran nasal.
  • Pencecapan → respons sistem gustatorik terhadap materi kimia dalam larutan di rongga mulut.
  • Ketika kita makan, penciuman dan pencecapan bekerja secara serempak. Molekul-molekul makanan membangkitkan reseptor-reseptor penciuman dan pencecapan → menghasilkan sebuah kesan sensori terintegrasi → flavor (rasa).
  • Pada manusia, tugas adaptif utama indra kimiawi → pengenalan rasa.

Sistem Olfaktori
  • Reseptor-reseptor olfaktori berlokasi di cuilan atas hidung, menempel pada lapisan jaenteng tertutup lendir → olfactory mucosa (mukosa olfaktori).
  • Dendrit-dendrit mereka berlokasi di saluran-saluran nasal, dan akson-aksonnya melalui sebuah cuilan porus di tulang tengkorak → memasuki olfactory bulbs → yang bersinapsis pada neuron-neuron yang berproyeksi melalui traktus olfaktori ke otak.
  • Pada mamalia, masing-masing sel reseptor olfaktori spesialuntuk meliputi satu tipe molekul protein reseptor → one-olfactory-receptor-one-neuron-rule.
  • Semua tipe reseptor sepertinya tersebar di seluruh mukosa, tanpa adanya petunjuk wacana organisasi sistemnya.
  • Berbagai bau menghasilkan pola-pola spasial kegiatan yang tidak sama pada bulbus olfaktori → masing-masing reseptor merespons dengan derajat yang bervariasi ke ragam bau yang begitu luas → masing-masing bau dikode oleh pemrosesan komponen.
  • Sel-sel reseptor olfaktori gres diciptakan di sepanjang hidup seseorang untuk menggantikan yang sudah memburuk → spesialuntuk bertahan hidup selama beberapa minggu.
  • Setiap traktus olfaktori berproyeksi ke beberapa struktus lobus temporal medial, termasuk amigdala dan korteks piriform.
  • Sistem olfaktori yaitu satu-satunya sistem yang jalur sensori utamanya mencapai korteks serebral tanpa harus terlebih lampau melalui talamus.
  • Dua jalur olfaktori utama meninggalkan kawasan piriform-amigdala → yang satu berproyeksi secara menyebar ke sistim limbik, yang lain berproyeksi melalui nuklei dorsal medial talamus ke korteks orbitofrontal.
  • Proyeksi limbik diduga memediasi respons emosional terhadap bau; proyeksi orbitofrotal-talamik diduga memediasi persepsi yang disadari terhadap bau.

Sistem Gustatori
  • Reseptor-reseptor pencecapan ditemukan di atas pengecap dan di aneka macam cuilan rongga mulut, mereka biasanya tampak dalam bentuk klaster yang terdiri atas 50 reseptor → taste buds.
  • Reseptor-reseptor pencecapan tidak mempunyai akson-aksonnya sendiri → setiap neuron yang membawa impuls dari sebuah taste buds mendapatkan input dari banyak reseptor.
  • Neuron-neuron aferen gustatori meninggalkan ekspresi meninggalkan ekspresi sebagai cuilan saraf-saraf kranial wajah (VII), glosofaringeal (IX), dan vagus (X) → serabut-serabut ini tiruananya berakhir di solitary nucleus dari medula → bersinapsis di neuron-neuron yang berproyeksi ke nukleus posterior ventral talamus. Akson-akson gustatori nukleus posterior ventral berproyeksi ke korteks gustatori primer dan ke korteks gustatori sekunder.

Kerusakan Otak dan Indra-Indra Kimiawi
  • Anosmia → ketidakmampuan untuk mencium → penyebab paling lazim yaitu pukulan di kepala → menyebabkan displacement otak dalam tengkorak dan memotong saraf-saraf olfaktori yang berjalan melalui pelat sribriform.
  • Ageusia → ketidakmampuan untuk mencecap.

Atensi Selektif
  • Kita spesialuntuk mempersepsi secara sadar sejumlah kecil subset dari banyak stimuli yang membangkitkan organ-organ sensori kita pada suatu dikala dan mengabaikan sisanya → selective attention (atensi selektif).
  • Atensi selektif mempunyai dua ciri → meningkatkan persepsi terhadap stimuli yang menjadi seriusnya, dan menginterferensi persepsi stimuli yang tidak menjadi seriusnya.
  • Atensi sanggup diseriuskan dengan dua cara: oleh proses-proses kognitif internal (atensi endogen → dimediasi oleh mekanisme-mekanisme neural dari atas ke bawah ) atau oleh bencana eksternal (atensi eksternal → dimediasi oleh mekanisme-mekanisme neural dari bawah ke atas).
  • Coctail-party phenomenon → menawarkan bahwa otak kita sanggup memblokir tiruana stimuli dari kesadaran kita kecuali stimuli jenis tertentu yang masih tetap memantau secara tak-sadar stimuli yang diblokir itu kalau sesuatu yang membutuhkan perhatian itu muncul.
  • Change blindnes → fenomena ini terjadi karena, berlawanan dengan impresi kita, ketika kita melihat sebuah scene, kita sama sekali tidak mempunyai ingatan akan bagian-bagian scene yang tidak menjadi serius perhatian kita → tidak terjadi tanpa interval pendek (kurang dari 0,1 detik) → tanpa interval, tidak ada ingatan yang dibutuhkan dan perubahan itu akan segera dipersepsi.
  • Mekanisme neural atensi → berdasarkan teori-teori yang ada sekarang, representasi neural aneka macam aspek display visual bersaing satu sama lain. Atensi selektif diduga bekerja dengan memperkuat respons neural ke aspek-aspek yang diperhatikan dan dengan melemahkan respons ke yang lainnya. Secara, umum, antisipasi sebuah stimulus meningkatkan kegiatan neural di sirkuit yang sama yang dipengaruhi oleh stimulus itu sendiri.
  • Simultanogsia → gangguan atensi di mana individu kesusahan memperhatikan lebih dari satu objek pada dikala yang sama. Simultanogsia visual → kesusahan dalam memeperhatikan secara visual lebih dari satu objek pada dikala yang sama → arus dorsal bertanggung jawaban untuk objek-objek salam ruang yang dilokalisasikan secara visual.

Sekian artikel perihal Macam-Macam Persepsi dalam Psikologi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaa.

Daftar Pustaka
  • Pinel, John P.J. (2009). Biopsikologi: Edisi Ketujuh (Terj.) Yogyakarta : Pustaka Pelajar

0 Response to "Macam-Macam Persepsi Dalam Psikologi Berdasarkan Para Ahli"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel