Persiapan Dan Memilih Topik Tujuan Berbicara Di Depan Umum
Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum - Bagaimana bekerjasama dengan orang lain supaya hidup ini berhasil? Sepandai-pandainya otak ini bisa mengungkapkan gagasan yang akan disampaikan, akan mengalami kendala juga, apabila orang lain tidak sanggup mengerti apa yang kita katakan atau maksudkan akan mengakibatkan terjadinya kegagalan total. Namun, dalam hal ini dibutuhkan kemampuan yang bisa dikembangkan secara terus menerus atau secara bertahap, memakai setiap peluang yang tersedia untuk berbicara. melaluiataubersamaini sering memanfaatkan peluang tersebut usang kelabuaan megampangkan, gagasan atau ide dipahami pendengar.
Persiapan berbicara dan percaya diri.
Aristoteles, yang hidup sebelum masehi, menulis retorika (kepandaian berbicara), bahwa terdapat tiga point utama sebagai dasar dalam berbicara yaitu topik yang dibicarakan, siapa yang diajak bicara dan menyusun berdasarkan urutan pertama, tengah, dan akhir.
misal orang-orang yang mengabaikan tiga point dasar ini selalu berkata:
Kalimat-kalimat tersebut tanpa arah tujuan, pembicaraan mereka melantur kemana-mana, lantaran mereka tidak mengikuti pembicaraan yang mempunyai dasar menyerupai impian Aristoteles.
Fungsi dasar tersebut, bisa megampangkan untuk mengorganisir pembicaraan, yang sanggup memmenolong bagaimana menekankan point-point yang penting, sanggup mengurangi hal-hal yang tidak perlu, demi mempertahankan minat pendengar terhadap pesan pembicara. Dasar-dasar tersebut akan praktis diterapkan setiap berbicara di depan umum, dan secara otomatis dasar-dasar itu tidak akan terpisah satu sama lain.
Bagaimana menyusun berdasarkan pertama, tengah dan akhir?
Bagaimana membangun kepercayaan diri dan sanggup dipercaya? Kecemasan berkomunikasi berdasarkan Jalaluddin Rakhmat (2000) yaitu kerikil sandungan yang besar bagi seorang pembicara. Dia menghilangkan keper-cayaan diri. Kecemasan berkomunikasi amat mensugesti dapat dipercaya komunikator. Betapa bagusnya pesan anda ke audiens tanpa percaya diri dan sanggup diandalkan sebagai komunikator akan kehilangan imbas dan pendengar sekaligus. Gejala-gejala
“Pada peluang ini saya akan membicarakan……………
“Pertama-tama yang perlu Anda ketahui yaitu ………..
“Tetapi sebelum Anda mengetahuinya, sebaiknya Anda harus sudah tahu bahwa kecemasan dalam berbicara yang dijumpai menyerupai demam panggung, kecemasan berbicara, merasa tertekan, lantaran takut dinilai atau diawasi oleh orang lain.
Apa penyebab timbulnya kecemasan berkomunikasi? Ada beberapa hal menjadi
penyebabnya adalah:
Dalam hubungannya dengan penampilan di depan umum atau pidato, biasanya ada seseorang yang merasa takut dan cemas yang sering disebut dengan istilah demam panggung. Banyak hal yang sanggup menjadi penyebab rasa takut dan cemas ini. Perasaan ini juga tidak spesialuntuk dimiliki oleh pembicara pemula, tetapi juga sering dialami oleh pembicara yang sudah berpengalaman usang dalam perkara pidato. Hendrikus (1991: 157) mengemukakan sebab-sebab utama rasa takut dan cemas sebelum tampil di muka umum atau pada ketika berpidato sebagai diberikut:
Bagaimana mengendalikan kecemasan berkomunikasi dan mengapa itu terjadi? Karena, kurangnya pengetahuan ihwal “public speaking”, tidak ada pengalaman dalam berpidato, dan juga tidak ada persiapan. Dalam menghadapi atau mengendalikan kecemasan berkomunikasi, berdasarkan Jalaluddin Rakhmat ada dua metodenya, yaitu :
Rasa takut dan cemas dalam berpidato sanggup diatasi dengan aneka macam cara. Di antaranya yang terpenting yaitu persiapan yang teliti! Kalimat pertama dan terakhir harus sanggup dihafal! Oleh lantaran itu seorang pembicara perlu sekali:
Menentukan Topik dan Tujuan
Sebelum tampil didepan umum, harus diketahui lebih lampau apa yang akan disampaikan dan bagaimana tingkah laris audiens yang diharapkan. melaluiataubersamaini kata lain dibutuhkan pokok bahasan (topik) dan tujuan. Antara topik dan tujuan terdapat kekerabatan yang erat. Bila Anda berpidato supaya orang diminta menentukan partai X dalam pemilu, dan tentu dibicarakan hal-hal yang ada hubungannya dengan partai X tersebut. Tetapi apabila didiberikan topik ihwal pentingnya pemdiberian pengetahuan
terhadap dewasa akan ancaman narkotika bagi kelangsungan hidup mereka sebagai penerus generasi bangsa, maka uraian itu diharapkan akan mempersembahkan pengertian kepada dewasa untuk menjauhi barang terlarang tersebut.
Pada pola pertama, tujuannya menentukan topik dan pada pola kedua sebaliknya.
Kriteria topik berdasarkan Jalaluddin Rakhmat dipergunakan ukuran diberikut ini:
topik sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda; menarikdanunik minat; menarikdanunik minat pendengar; sesuai dengan pengetahuan pendengar; topik harus terang ruang lingkup dan pembatasannya; sesuai dengan waktu dan situasi; sanggup ditunjang dengan materi yang lain.
Merumuskan Judul, judul erat kaitanya dengan topik. Bila topik yaitu pokok bahasan yang akan diulas, maka judul yaitu nama yang didiberikan untuk pokok bahasan itu.
Judul yang baik memenuhi tiga syarat:
tiga hal :
Hubungan antara topik, judul, tujuan umumdan tujuan khusus sanggup dilihat dalam
pola sebagai diberikut :
Topik : Faedahnya mempunyai sifat pemaaf
Judul : Pemaaf sumber kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif
Tujuan khusus : Pendengar mengetahui bahwa:
Judul : Keluarga berencana keluarga sejahtera
Tujuan Umum : Mempengaruhi
Tujuan khusus :
Topik : Kelucuan orang-orang besar
Judul : Kalau professor sudah pelupa
Tujuan Umum : Menghibur
Tujuan khusus : Pendengar sanggup menikmati dongeng lucu David Hume, Einstein
Schopenbauer, dan beberapa tokoh yang erat dengan
pendengar
Menurut G.Sukadi (1995) tujuan memberikan topik sanggup dibedakan dalam 5
tujuan sebagai diberikut:
Sekian artikel perihal Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
Persiapan berbicara dan percaya diri.
Aristoteles, yang hidup sebelum masehi, menulis retorika (kepandaian berbicara), bahwa terdapat tiga point utama sebagai dasar dalam berbicara yaitu topik yang dibicarakan, siapa yang diajak bicara dan menyusun berdasarkan urutan pertama, tengah, dan akhir.
misal orang-orang yang mengabaikan tiga point dasar ini selalu berkata:
Kalimat-kalimat tersebut tanpa arah tujuan, pembicaraan mereka melantur kemana-mana, lantaran mereka tidak mengikuti pembicaraan yang mempunyai dasar menyerupai impian Aristoteles.
Fungsi dasar tersebut, bisa megampangkan untuk mengorganisir pembicaraan, yang sanggup memmenolong bagaimana menekankan point-point yang penting, sanggup mengurangi hal-hal yang tidak perlu, demi mempertahankan minat pendengar terhadap pesan pembicara. Dasar-dasar tersebut akan praktis diterapkan setiap berbicara di depan umum, dan secara otomatis dasar-dasar itu tidak akan terpisah satu sama lain.
image source: www.thechangeblog.com |
baca juga:
Bagaimana menyusun berdasarkan pertama, tengah dan akhir?
- Bagian pertama, berfungsi untuk menarikdanunik minat pendengar, dan memperkenalkan topik yang dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar tertarik untuk mendengarkan pembicaraan lebih lanjut.
- Bagian tengah, berfungsi untuk menyajikan, topik yang dibicarakan, secara lebih dalam lagi. Dibagian inilah, tiruana informasi dituang, untuk mendukung topiknya. Tujuannya supaya pendengar makin berminat untuk mendengarkan pembicaraan hingga selesai.
- Bagian akhir, berfungsi untuk merangkum topik yang dibicarakan, ke dalam fakta-fakta yang menguatkan. Tujuannya: supaya pendengar terkesan oleh pecahan epilog ini, ada hasilnya, ada kelanjutannya.
Bagaimana membangun kepercayaan diri dan sanggup dipercaya? Kecemasan berkomunikasi berdasarkan Jalaluddin Rakhmat (2000) yaitu kerikil sandungan yang besar bagi seorang pembicara. Dia menghilangkan keper-cayaan diri. Kecemasan berkomunikasi amat mensugesti dapat dipercaya komunikator. Betapa bagusnya pesan anda ke audiens tanpa percaya diri dan sanggup diandalkan sebagai komunikator akan kehilangan imbas dan pendengar sekaligus. Gejala-gejala
“Pada peluang ini saya akan membicarakan……………
“Pertama-tama yang perlu Anda ketahui yaitu ………..
“Tetapi sebelum Anda mengetahuinya, sebaiknya Anda harus sudah tahu bahwa kecemasan dalam berbicara yang dijumpai menyerupai demam panggung, kecemasan berbicara, merasa tertekan, lantaran takut dinilai atau diawasi oleh orang lain.
Apa penyebab timbulnya kecemasan berkomunikasi? Ada beberapa hal menjadi
penyebabnya adalah:
- Tidak tahu apa yang harus dilakukan.
- Bagaimana memulai pembicaraan?
- Tidak sanggup memperkirakan apa yang diharapkan pendengar
- Kecemasan ini bukan saja untuk para pemula, juga berlaku bagi pembicara yang sudah populer sebagai pembicara yang baik. Karena beliau berhadapan dengan situasi gila dan selain itu, ia tidak siap untuk berbicara.
Dalam hubungannya dengan penampilan di depan umum atau pidato, biasanya ada seseorang yang merasa takut dan cemas yang sering disebut dengan istilah demam panggung. Banyak hal yang sanggup menjadi penyebab rasa takut dan cemas ini. Perasaan ini juga tidak spesialuntuk dimiliki oleh pembicara pemula, tetapi juga sering dialami oleh pembicara yang sudah berpengalaman usang dalam perkara pidato. Hendrikus (1991: 157) mengemukakan sebab-sebab utama rasa takut dan cemas sebelum tampil di muka umum atau pada ketika berpidato sebagai diberikut:
- takut ditertawakan
- takut berhenti di tengah pembicaraan lantaran kehilangan jalan pikiran
- takut akan orang yang lebih tinggi kedudukannya di antara pendengar
- takut lantaran tidak menguasai tema
- takut membuat kesalahan
- takut lantaran situasi yang luar biasa
- takut menerima Koreksi
- takut kalau tidak bisa dimengerti
- takut bahwa ceramah tidak lancar
- takut kalau ungkapannya buruk dan tidak jelas
- takut kehilangan muka
- takut akan menerima pengalaman yang jelek
- takut lantaran membandingkan dengan pembicara lain yang lebih baik
- takut ditertawakan lantaran aksen yang salah
- takut kalau impian pendengar tidak terpenuhi
- takut kalau direkam atau difilmkan
- takut kalau gerak mimik dan badan tidak sepadan, dsb.
Bagaimana mengendalikan kecemasan berkomunikasi dan mengapa itu terjadi? Karena, kurangnya pengetahuan ihwal “public speaking”, tidak ada pengalaman dalam berpidato, dan juga tidak ada persiapan. Dalam menghadapi atau mengendalikan kecemasan berkomunikasi, berdasarkan Jalaluddin Rakhmat ada dua metodenya, yaitu :
- Metode jangka panjang, yaitu secara berangsur-angsur membuatkan ketrampilan, meningkatkan pengetahuan “public speaking” dan meningkatkan pengetahuan dengan disiplin ilmu lainya.,
- Metode jangka pendek, melalui tes berbicara, setiap ketika memakai peluang yang tersedia berbicara di depan umum.
Rasa takut dan cemas dalam berpidato sanggup diatasi dengan aneka macam cara. Di antaranya yang terpenting yaitu persiapan yang teliti! Kalimat pertama dan terakhir harus sanggup dihafal! Oleh lantaran itu seorang pembicara perlu sekali:
- membina kontak mata dengan pendengar
- mengembangkan acara dari/pada mimbar
- tidakboleh melambungkan tujuan terlalu tinggi
- menganggap pendengar sebagai kawan, bukan lawan
- berpikirlah bahwa Anda niscaya tidak akan bisa memuaskan tiruana orang
- anggaplah tugasmu ini sebagai peluang untuk mengambarkan diri dan bukan ujian atau percobaan
- kegagalan hendaknya dianggap sebagai kemenangan yang tertunda
- berusahalah untuk menenangkan diri dan batin lewat pernapasan yang baik
- pilihlah tema yang baik dan sempurna bagi pendengar
- pendengar tidak menentang Anda! Mereka hadir hanya untuk mendengar ceramah Anda
- ingatlah selalu kalimat ini: SAYA HARUS! SAYA MAU! SAYA SANGGUP!
- ingatlah bahwa segala keberhasilan di dalam hidup ini selalu dilampaui oleh rasa cemas dan takut.
Menentukan Topik dan Tujuan
Sebelum tampil didepan umum, harus diketahui lebih lampau apa yang akan disampaikan dan bagaimana tingkah laris audiens yang diharapkan. melaluiataubersamaini kata lain dibutuhkan pokok bahasan (topik) dan tujuan. Antara topik dan tujuan terdapat kekerabatan yang erat. Bila Anda berpidato supaya orang diminta menentukan partai X dalam pemilu, dan tentu dibicarakan hal-hal yang ada hubungannya dengan partai X tersebut. Tetapi apabila didiberikan topik ihwal pentingnya pemdiberian pengetahuan
terhadap dewasa akan ancaman narkotika bagi kelangsungan hidup mereka sebagai penerus generasi bangsa, maka uraian itu diharapkan akan mempersembahkan pengertian kepada dewasa untuk menjauhi barang terlarang tersebut.
Pada pola pertama, tujuannya menentukan topik dan pada pola kedua sebaliknya.
- Menentukan topik.
Kriteria topik berdasarkan Jalaluddin Rakhmat dipergunakan ukuran diberikut ini:
topik sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda; menarikdanunik minat; menarikdanunik minat pendengar; sesuai dengan pengetahuan pendengar; topik harus terang ruang lingkup dan pembatasannya; sesuai dengan waktu dan situasi; sanggup ditunjang dengan materi yang lain.
Merumuskan Judul, judul erat kaitanya dengan topik. Bila topik yaitu pokok bahasan yang akan diulas, maka judul yaitu nama yang didiberikan untuk pokok bahasan itu.
Judul yang baik memenuhi tiga syarat:
- Relevan, artinya ada kekerabatan dengan pokok-pokok bahasan
- Provokatif, ialah yang menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar.
- Singkat, berarti praktis ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya dan
- Menentukan tujuan.
tiga hal :
- Memdiberitahukan (informatif) ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Komunikasi diharapkan akan memperoleh penjelasan, menaruh minat dan mempunyai pengertian ihwal perkara yang dibicarakan. Misal, memdiberitahu beberapa ketentuan penerapan “Bendera Kebangsaan Indonesia” (PP.no.40/1958)
- Mempengaruhi (persuasif), ditujukan kepada orang mempercayainya sesuatu, melakukannya atau terbakar semangatnya. Keyakinan, tindakan dan semangat yaitu bentuk reaksi yang diharapkan. Penjual tukang obat dipinggir jalan terang mengharapkan tindakan eksklusif dari pendengarnya.
- Menghibur (rekreatif). Perhatian, kesenangan, dan humor yaitu reaksi pendengar yang diharapkan. Bahasanya enteng, segar dan praktis dicerna.
Hubungan antara topik, judul, tujuan umumdan tujuan khusus sanggup dilihat dalam
pola sebagai diberikut :
Topik : Faedahnya mempunyai sifat pemaaf
Judul : Pemaaf sumber kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif
Tujuan khusus : Pendengar mengetahui bahwa:
- Sifat dendam menimbulkan gangguan jas-mani dan rohani
- Sifat pemaaf menimbulkan ketenteraman jiwa dan kesehatan.
Judul : Keluarga berencana keluarga sejahtera
Tujuan Umum : Mempengaruhi
Tujuan khusus :
- a) Pendengar memperoleh keyakinan ihwal manfaat KB
- b) Pendengar sanggup menghubungi petugas-petugas lapangan
Topik : Kelucuan orang-orang besar
Judul : Kalau professor sudah pelupa
Tujuan Umum : Menghibur
Tujuan khusus : Pendengar sanggup menikmati dongeng lucu David Hume, Einstein
Schopenbauer, dan beberapa tokoh yang erat dengan
pendengar
Menurut G.Sukadi (1995) tujuan memberikan topik sanggup dibedakan dalam 5
tujuan sebagai diberikut:
- Tujuan memdiberitahu. Publik mengetahui sesuatu yang akan disampaikan.Penjelasan dari Badan Meterologi dan Geofisika-BMG, mengharapkan masyarakat tetap waspada akan ancaman alam yang akan mengancam.
- Tujuan mendorong. Kita memdiberi semangat, ilham dan kegairahan kepada publik, supaya publik bangun semangatnya dan mempunyai keinginan menuntaskan pokok pembicara-an yang disampaikan. Bagaimana mengatasi Lumpur di kawasan Sidoarjo yang tak henti-hentinya, para tokoh masyarakat mendorong masyarakat sekitar untuk membuat tanggul secara gotong royong.
- Tujuan meyakinkan. Publik yakin ihwal kebenaran sesuatu. Misal: cobaan-cobaan yang menimpa Negara kita yaitu suatu hikmah, bahwa ada petunjuk yang perlu dipelajari dari malapetaka itu.
- Tujuan bertindak. Publik diharapkan berbuat atau bertindak sesuai dengan impian Misal, peragaan sajian suatu makanan oleh ibu Siska melalui televisi. Ia meyakinkan penonton, dengan biaya murah sanggup membuat suatu sajian sayuran yang yummy rasanya. Untuk lebih meyakinkan lagi bu Siska didampingi oleh seorang tamu, yang ikut terlibat dalam praktek memasak.
- Tujuan menghibur. Yang diharapkan publik terhibur, bergembira, dan senang. Pesan-pesan supaya hidup rukun dan damai, disajikan secara humor, dengan menyajikan beberapa adegan yang menimbulkan tawa dari yang menonton
Sekian artikel perihal Persiapan dan Menentukan Topik Tujuan Berbicara di Depan Umum. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
- De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
- Helena Olli, Public speaking , PT Indeks, Jakarta, 2007
- Susanto, Astrid (1975), Pendapat Umum, Bandung, Binacipta
- Rakhmat, Jalaluddin (2000, cetakan ke 6) Retorika Modern,Pendekatan Praktis. Bandung, Remaja Rosdakarya.
- Prochnow, Herbert V (1987), Penuntun menuju sukses dam berpidato, Bandung, CV Pionir
0 Response to "Persiapan Dan Memilih Topik Tujuan Berbicara Di Depan Umum"
Posting Komentar