Teori Psikologi Ego Berdasarkan Anna Freud, Robert White, Heinz
Teori ego kontemporer dari Freud muncul dari impian akan pemuasan dorongan atau insting dasar. melaluiataubersamaini terpuaskannya dorongan tersebut, maka akan berkurang juga ketegangan yang ada pada diri seseorang. Namun, ketika Freud meninggal, paradigma psikoanalisis mulai berubah. Psikoanalisis mulai memusatkan diri pada sifat kekuatan ego, yaitu bisa mendorong kemampuan insan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. INI teori yang disebut dengan Psikologi Ego, sebuah teori yang menyempurnakan dan memperluas teori psikoanalisis Freud.
Teori Psikologi Ego Menurut Anna Freud, Robert White, dan Heinz Heinrich Moritz Hartmann - Tokoh dari teori Psikologi Ego ialah Anna Freud, Robert White, dan Heinz Hartmann. Ketiga tokoh ini yakin bahwa insan berjuang hidup tidak spesialuntuk untuk memuaskan insting, namun memdiberi makna pada perjuangannya tersebut dan bisa menguasai kendala kehidupan. Oleh lantaran itu, mereka percaya bahwa kondisi neurosis bukan terjadi lantaran adanya perperihalan antara id, ego, dan superego. Kondisi neurosis sanggup terjadi lantaran hidup yang tidak mempunyai tujuan, ketidakmampuan membuat harmoni antara diri dengan lingkungan sosial.
Teori Psikologi Ego Menurut Anna Freud, Robert White, Heinz |
Baca juga:
- Memahami Kepribadian Seseorang Berdasarkan Golongan Darah
- Membaca Karakter dan Sifat Seseorang dari Wajah (Fisiognomi)
- Tips Teknik Agar Memenangkan Debat melaluiataubersamaini Seseorang
Anna Freud
Freud meyakini bahwa ego itu ialah seorang joki yang tidak mempunyai daya, sedangkan id ialah kudanya. Namun, Anna merubah konsep tersebut, yaitu ego ialah ego yang cerdas dan bisa menentukan jalan atau arah yang baik bagi dirinya. Ada tiga konsep pokok dalam teori Anna, yang akan dijelaskan di bawah ini.
Terapi untuk Anak. Teknik psikoanalisis klasik Freud, ibarat asosiasi bebas, interpretasi mimpi, dan analisis transferensi, tidak sanggup diterapkan begitu saja kepada anak. Jika akan diterapkan kepada anak, maka prosedurnya harus dimodifikasi atau digabung dengan metode lain, biar anak sanggup bertumbuh, berubah, dan menguasai realitas di luar diri. Oleh lantaran itu, dalam melaksanakan terapi untuk anak, Anna mencar ilmu pentingnya persiapan yang terencana. Selain itu Anna menekankan pentingnya menjadi ANALIS YANG DIPERCAYA, DIBUTUHKAN, DAN DIKAGUMI ANAK. melaluiataubersamaini demikian, anak sanggup mencar ilmu terkena diri dan terkena serangan dari luar yang tidak dipahaminya, dari analis tersebut.
Anna beropini bahwa sifat perkembangan kepribadian anak yang elastis dan berkelanjutan, membuat seorang analis tidak memseriuskan diri pada tanda-tanda yang tampak pada ketika ini. Fokus perhatian seorang analis haruslah pada SEBUAH TUJUAN AGAR ANAK MENJADI SEHAT di masa yang akan hadir. Anna meyakini bahwa simtom-simtom neurotik spesialuntuklah penggalan kecil dari problem anak, sehingga yang perlu menjadi sentra perhatian ialah potensi gangguan perkembangan dan ancaman tingkat kemasakan anak.
Anna menyebarkan sistem diagnosis yang menekankan pentingnya pembentukkan kepribadian dalam tahap perkembangan, ancaman fokus terhadap perkembangan kepribadian, dan potensi hal yang akan mengganggu integritas anak. Oleh lantaran itu dalam psikoterapi terhadap anak, Anna memerlukan persiapan cukup panjang, termasuk dalam pengumpulan data dan asesmen. Anna memakai PROFIL METAPSIKOLOGI, yaitu sebuah panduan yang akan mengorganisasi informasi dalam kategorisasi yang komprehensif. Berikut ini ialah pola Garis Besar Profil Metapsikologis :
Ada tiga laba jikalau memakai Profil Metapsikologi, yaitu : (1) Panduan akan memdiberi arah yang jelas, kongkrit, dan seragam, sehingga terapis mengetahui hal-hal apa saja yang sanggup diungkap dari klien ; (2) Panduan itu mengharuskan terapis untuk mengintegrasikan hasil pengamatan dengan sejarah kehidupan klien, sehingga terapis sanggup mengetahui bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang ; (3) Panduan tersebut memakai konsep-konsep psikoanalisis, dan mengintegrasikan teori untuk memahami data yang sudah diperoleh.
Gangguan neurotis pada orang sampaumur umumnya bersifat internal, bersumber pada masa lalu, atau konflik yang belum selesai. Namun, simtom pada anak sanggup terjadi lantaran insiden yang gres saja terjadi atau bersumber dari lingkungan. Itu sebabnya, Anna menekankan pentingnya REALITAS SOSIAL dalam memahami kondisi neurosis pada anak.
Garis Perkembangan. Garis Perkembangan ialah interaksi antara id dengan ego, yang dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan, secara sedikit demi sedikit akan bergeser ke ego, kemudian pada karenanya ego bisa menguasai realitas internal dan eksternal. melaluiataubersamaini kata lain, garis perkembangan ialah urutan tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional, dari korelasi yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis perkembangan ini menawarkan usaha ego untuk bisa menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarikdanunik diri dan memakai mekanisme pertahanan diri secara berlebihan. Anna mengemukakan enam garis perkembangan, yaitu :
Robert White
Teori White ialah rekonseptualisasi dari tahap perkembangan psikoseksual, dengan memakai tema mencar ilmu tuntas. Pada setiap tahap perkembangan psikoseksual Freud, ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus dipelajari, namun terkait dengan kepuasan instingtif. Menurut White, ego dimotivasi oleh kebutuhan eksplorasi, belajar, dan menguasai lingkungan. Motivasi ini disebut dengan effectance motivation. Jika usaha ini berhasil, maka orang akan merasa berkompeten. Perasaan ini bisa membuat orang bertumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai realitas lingkungan ini disebut dengan efikasi diri. Kompetensi yang dipelajari sepanjang tahap perkembangan psikoseksual, akan dipaparkan dalam tabel di bawah ini.
Heinz Heinrich Moritz Hartmann
Hartmann menyatakan bahwa fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan, yaitu tujuan menuntaskan konflik dan tujuan yang tidak berlatar belakang konflik.
Tujuan tidak berlatar belakang konflik ini yang disebut dengan Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik, yaitu kegiatan ego terjadi di luar ranah konflik mental. Hartmann menyatakan bahwa ego tidak berasal dan dimunculkan id untuk melayani insting taksadar. Id dan ego muncul secara bersamaan, dan berfungsi secara independen. Masing-masing id dan ego tersebut berasal dari disposisi, dan berkembang secara independen. Oleh lantaran itu, ego bukan spesialuntuk didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar.
Selain itu, ego bersifat otonom dan aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar. Ada dua jenis otonomi ego, yaitu : (1) Otonomi Primer, yang mengacu ke sumber biologis, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan. Fungsi otonomi primer ini berasal dari keturunan dan berperan untuk menyesuaikan dengan lingkungan ; (2) Otonomi Sekunder, yang ialah kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id, menjadi masukana yang memmenolong penyesuaian sehat dengan kehidupan. melaluiataubersamaini kata lain, otonomi sekunder ialah hasil interaksi kemasakan fisik dengan belajar. Konsep otonomi sekunder ini ibarat dengan otonomi fungsional dari Allport. Hartmann meyakini bahwa ego sanggup menetralisir dorongan seks dan agresi, supaya ego berfungsi bukan spesialuntuk untuk menerima kenikmatan atau meredakan tegangan saja. Baik, otonomi primer maupun otonomi sekunder, sama-sama menghasilkan adaptasi, yaitu hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan dalam kepribadiannya dan keseimbangan antara diri dengan lingkungannya.
Selain itu, ego memakai prinsip realita, yaitu bisa mengantisipasi kebutuhan pada masa yang akan hadir, yang tujuan utamanya ialah mengikuti keadaan dengan lingkungan secara terus menerus. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada empat harmoni di dalam dan di luar diri yang harus dipertahankan ego, yaitu : Pertama, Mempertahankan keseimbangan individu dengan realitas eksternal sosial dan fisik. Kedua, Memantapkan harmoni keseimbangan di dalam ranah id, lantaran id mempunyai beberapa insting yang menuntut pemuasan. Ketiga, Menyeimbangkan tiga unsur mental yang saling bersaing, yaitu id-ego-superego. Keempat, Menjaga harmoni di antara aneka macam tujuannya yang saling tidak sama, yaitu keseimbangan antara tugas memmenolong id dengan tugas sebagai ego independen yang bertujuan tidak untuk memuaskan dorongan id.
Harmoni ini sanggup tercapai dengan cara ego beroperasi secara sintetis, yaitu kemampuan mengintegrasikan dan mendamaikan tujuan yang tidak sama dan berperihalan. Kemampuan ini sanggup membuat ego mendamaikan konflik intersistemik (konflik id-ego-superego-realitas) dan konflik intrasistemik (konflik di dalam ego sendiri). Hartmann menyatakan ada 12 fungsi ego yang harus diperhatikan, biar fungsi sosial dan kognitif sanggup berjalan baik, yaitu : (1) Mengatur gerakan ; (2) Mengorganisasi persepsi di dalam dan di luar realita ; (3) Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal berlebihan ; (4) Uji realitas ; (5) Berpikir dan inteligensi ; (6) Menerjemahkan pikiran menjadi perbuatan ; (7) Menghambat atau menunda pengurangan tegangan ; (8) Mengenali bahaya, memdiberi tanda kecemasan, dan pertahanan diri ; (9) Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi di masa yang akan hadir ; (10) Persepsi waktu ; (11) Pembentukkan huruf atau gaya langsung ; (12) Kemampuan sintetik, yaitu kemampuan mengintegrasikan tiruana fungsi di atas, mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik.
Perkembangan Ego menjadi Patologis
Teori Freud menyatakan bahwa patologi terjadi lantaran ego gagal berkembang secara normal. melaluiataubersamaini konsep ini, banyak mahir yang menyatakan bahwa ego gagal berkembang lantaran kesalahan ibu, pengasuhan yang tidak sempurna atau dingin, pengasuhan yang kaku, pola asuh yang terlalu melindungi, dan adanya perasaan berdosa. Ego yang gagal berkembang ini sanggup menjadi potensi terjadinya neurosis dan psikosis.
Konsep kompetensi dan effectance motivation, White mengubah serius perhatian terhadap penyebab dari gagalnya ego berkembang secara normal. Fokus utama dari White ialah terletak pada perkembangan perasaan efikasi diri yang tidak tepat. White menyatakan bahwa kegagalan ego berkembang itu terletak pada individu itu sendiri. White mengemukakan tiga penyebab kerusakan effectance motivation, yaitu : (1) Insting lapar dan bebas dari rasa sakit muncul terus menerus, lantaran pengasuhan yang kurang baik. Hal ini menimbulkan bayi memakai seluruh waktu untuk menangani insting tersebut, sehingga tidak melaksanakan kegiatan yang menghasilkan efikasi diri ; (2) Bayi tidak menerima penguat dari usaha pengembangan efikasi diri. Hal ini menimbulkan bayi berhenti memanipulasi dunia dan motivasi efektan tidak berkembang ; (3) Adanya gangguan atau kendala terhadap acara bermain. Hal ini menimbulkan anak kehilangan stimulasi lingkungan dan menerima stimulasi diri yang cukup. Pada akhirnya, anak akan kehilangan ego yang tidak berkembang melalui ekspresi diri. Dampak yang mungkin terjadi ialah anak menjadi cemas, pemalu, peragu, dan kehilangan minat untuk eksplorasi diri. Semua kondisi ini mengarah kepada kerusakan efikasi diri.
Aplikasi
Psikologi Ego ialah konsep yang mengisi bagian-bagian yang terlewat dari teori Freud. Anna Freud ialah penggagas psikoanalisis anak, yang menyiapkan metodologi dan sistematika dari psikoanalisis anak. Sistem ini juga digunakan pada psikoanalisis dewasa, lantaran menjamin pemahaman yang komprehensif. Sedangkan Hartmann dan White banyak memdiberi masukan ihwal cara kerja ego. Banyak gangguan jiwa yang sanggup diatasi dengan memperkuat ego. Selain itu, konsep psikologi ego memmenolong menyebarkan kompetensi ego untuk menguasai intersistem dan intrasistem.
Sekian artikel perihal Teori Psikologi Ego Menurut Anna Freud, Robert White, dan Heinz Heinrich Moritz Hartmann. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
Freud meyakini bahwa ego itu ialah seorang joki yang tidak mempunyai daya, sedangkan id ialah kudanya. Namun, Anna merubah konsep tersebut, yaitu ego ialah ego yang cerdas dan bisa menentukan jalan atau arah yang baik bagi dirinya. Ada tiga konsep pokok dalam teori Anna, yang akan dijelaskan di bawah ini.
Terapi untuk Anak. Teknik psikoanalisis klasik Freud, ibarat asosiasi bebas, interpretasi mimpi, dan analisis transferensi, tidak sanggup diterapkan begitu saja kepada anak. Jika akan diterapkan kepada anak, maka prosedurnya harus dimodifikasi atau digabung dengan metode lain, biar anak sanggup bertumbuh, berubah, dan menguasai realitas di luar diri. Oleh lantaran itu, dalam melaksanakan terapi untuk anak, Anna mencar ilmu pentingnya persiapan yang terencana. Selain itu Anna menekankan pentingnya menjadi ANALIS YANG DIPERCAYA, DIBUTUHKAN, DAN DIKAGUMI ANAK. melaluiataubersamaini demikian, anak sanggup mencar ilmu terkena diri dan terkena serangan dari luar yang tidak dipahaminya, dari analis tersebut.
Anna beropini bahwa sifat perkembangan kepribadian anak yang elastis dan berkelanjutan, membuat seorang analis tidak memseriuskan diri pada tanda-tanda yang tampak pada ketika ini. Fokus perhatian seorang analis haruslah pada SEBUAH TUJUAN AGAR ANAK MENJADI SEHAT di masa yang akan hadir. Anna meyakini bahwa simtom-simtom neurotik spesialuntuklah penggalan kecil dari problem anak, sehingga yang perlu menjadi sentra perhatian ialah potensi gangguan perkembangan dan ancaman tingkat kemasakan anak.
Anna menyebarkan sistem diagnosis yang menekankan pentingnya pembentukkan kepribadian dalam tahap perkembangan, ancaman fokus terhadap perkembangan kepribadian, dan potensi hal yang akan mengganggu integritas anak. Oleh lantaran itu dalam psikoterapi terhadap anak, Anna memerlukan persiapan cukup panjang, termasuk dalam pengumpulan data dan asesmen. Anna memakai PROFIL METAPSIKOLOGI, yaitu sebuah panduan yang akan mengorganisasi informasi dalam kategorisasi yang komprehensif. Berikut ini ialah pola Garis Besar Profil Metapsikologis :
- Alasan Referal, yaitu menawarkan perkembangan yang terhambat, problem tingkah laku, dan adanya simtom-simtom.
- Gambaran Diri Anak, yaitu bentuk wajah, suasana hati, sikap, dan lain-lain.
- Latar Belakang Keluarga, yaitu sejarah pribadi, sejarah hidup, dan kondisi keluarga.
- Kemungkinan Pengaruh Lingkungan yang Penting
- Pengukuran Perkembangan, yang mencakup : (a) Perkembangan dorongan libido dan aksi terhadap diri sendiri dan orang lain ; (b) perkembangan ego-superego, ibarat fungsi ego, usia tingkah laku, keseimbangan pertahanan dan emosi.
- Pengukuran Genetik, yang mencakup tingkah laku, fantasi, dan simtom yang sanggup memmenolong kesimpulan perkembangan psikoseksual, regresi, dan fiksasi.
- Asesmen Dinamik dan Struktural, yaitu mengklasifikasikan konflik internal dan eksternal menurut konflik ego-id, ego-superego, atau ego-lingkungan.
- Asesmen Ciri Umum, yang mencakup beberapa aspek toleransi frustrasi, potensi sublimasi, kecemasan, kekuatan progresif dan regresif.
- Diagnosis, yaitu integrasi data ke dalam tingkat kesehatan ego, konflik, frustrasi, tingkat perkembangan, kekuatan superego, gangguan organik, dan tugas lingkungan.
Ada tiga laba jikalau memakai Profil Metapsikologi, yaitu : (1) Panduan akan memdiberi arah yang jelas, kongkrit, dan seragam, sehingga terapis mengetahui hal-hal apa saja yang sanggup diungkap dari klien ; (2) Panduan itu mengharuskan terapis untuk mengintegrasikan hasil pengamatan dengan sejarah kehidupan klien, sehingga terapis sanggup mengetahui bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang ; (3) Panduan tersebut memakai konsep-konsep psikoanalisis, dan mengintegrasikan teori untuk memahami data yang sudah diperoleh.
Gangguan neurotis pada orang sampaumur umumnya bersifat internal, bersumber pada masa lalu, atau konflik yang belum selesai. Namun, simtom pada anak sanggup terjadi lantaran insiden yang gres saja terjadi atau bersumber dari lingkungan. Itu sebabnya, Anna menekankan pentingnya REALITAS SOSIAL dalam memahami kondisi neurosis pada anak.
Garis Perkembangan. Garis Perkembangan ialah interaksi antara id dengan ego, yang dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan, secara sedikit demi sedikit akan bergeser ke ego, kemudian pada karenanya ego bisa menguasai realitas internal dan eksternal. melaluiataubersamaini kata lain, garis perkembangan ialah urutan tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional, dari korelasi yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis perkembangan ini menawarkan usaha ego untuk bisa menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarikdanunik diri dan memakai mekanisme pertahanan diri secara berlebihan. Anna mengemukakan enam garis perkembangan, yaitu :
- Dari Ketergantungan menjadi Percaya Diri. Ada delapan tahap dari garis perkembangan yang pertama ini, yaitu : (a) adanya ketergantungan biologis terhadap ibu, dimana anak tidak mengetahui bahwa dirinya terpisah dengan orang lain ; (b) Anak membutuhkan korelasi yang memuaskan, dan ibu dianggap sebagai pemuas dari luar ; (c) Tahap objek-tetap, dimana citra ibu tetap ada, walau ibu tidak hadir ; (d) Pre odipus atau tahap memeluk, yang ditandai dengan anak mendominasi objek yang dicintainya ; (e) Tahap Odipus-Falis, yang ditandai dorongan mempunyai orangtua lain jenis dan bersaing dengan orangtua sejenis ; (f) Fase laten, yang ditandai dengan menurunnya dorongan, adanya transfer libido ke mitra dan figur otoritas ; (g) Fase pra adolesen, yang ditandai dengan kembalinya kebutuhan korelasi yang memuaskan dengan objek yang dicintai ; (h) Fase adolesen, yang ditandai dengan adanya impian untuk berjuang secara mandiri, memutus cinta dengan orangtua, dan kebutuhan kepuasan seksual.
- Dari Mengisap menjadi Makan Makanan Keras. Ada enam tahap dalam garis perkembangan ini, yaitu : (a) Anak disusui secara teratur sesuai kebutuhan ; (b) Anak disapih dari susu, walau mengalami kesusahan untuk makan masakan gres ; (c) Anak dilatih untuk makan sendiri, tanpa disuapi ; (d) Anak mulai makan sendiri ; (e) Anak membentuk perilaku terhadap makanan, yaitu takut menjadi gemuk lantaran makan ; (f) Anak bahagia makan dengan mempunyai kebiasaan makan yang ditentukan sendiri.
- Dari Ngompol menjadi Dapat Mengendalikan Urinasi atau Defakasi. Ada empat tahap dalam garis perkembangan ini, yaitu : (a) Anak bebas memmembuang kotoran badan ; (b) Fase Anal, dimana anak menolak kendali orang lain dalam hal memmembuang kotoran badan ; (c) Anak mengidentifikasi dengan hukum orangtua, dengan mengendalikan sendiri pemmembuangan kotoran ; (d) Anak mulai peduli dengan kemembersihkanan, tanpa tekanan orangtua, lantaran ego dan superego mengendalikan dorongan anal secara otonom.
- Dari Tidak Bertanggung Jawab menjadi Bertanggung balasan Mengatur Tubuh. Ada tiga tahap dalam garis perkembangan ini, yaitu : (a) Dorongan aksi diubah dari diri sendiri menjadi ke dunia luar ; (b) Ego anak semakin memahami prinsip alasannya ialah akibat, bisa meredakan impian yang berbahaya, dan mengenali ancaman eksternal ; (c) Anak dengan sukarela mendapatkan hukum kesehatan, menolak masakan yang tidak sehat, menjaga kemembersihkanan tubuh, dan melatih kebugaran tubuh.
- Dari Egosentrik menjadi Kerjasama. Ada empat tahap dalam garis perkembangan ini, yaitu : (a) Anak mementingkan diri sendiri dan memandang orang lain tidak ada atau spesialuntuk sebagai pengganggu ; (b) Anak lain di sekitarnya dipandang sebagai benda mati, yang sanggup diperlakukan agresif tanpa tanggung balasan ; (c) Anak kecil di dekatnya dianggap sebagai mitra untuk mengerjakan sesuatu ; (d) Anak memandang mitra sebagai orang yang sederajat, ibarat mempunyai impian sendiri, sanggup dihormati, ditakuti, dijadikan saingan, dicintai, dibenci, atau ditiru.
- Dari Tubuh menjadi Mainan, dan dari Bermain menjadi Bekerja. Ada lima tahap dalam garis perkembangan ini, yaitu : (a) Mainan seorang anak ialah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, mulut, dimana bayi belum sanggup membedakan badan sendiri dengan badan ibu ; (b) Anak memindahkan sensasi badan ibu ke objek yang lembut, ibarat beruang mainan atau sarung bantal ; (c) Anak memeluk objek yang lembut dan menyenangi barang yang lembut ; (d) Anak merasa puas menuntaskan suatu kegiatan dan mencapai prestasi ; (e) Anak sanggup menahan dorongan dalam dirinya.
Mekanisme Pertahanan. Freud menyatakan tujuh mekanisme pertahanan, yaitu identifikasi, displacement, represi, proyeksi, reaksi formasi, fiksasi, dan regresi. Namun, Anna memperluas mekanisme pertahanan, dan menambah dengan isolasi, ascetism, denial, sublimasi, undoing, introyeksi, reversal, dan turning against the self sublimation. Anna ialah tokoh pertama yang memandang mekanisme pertahanan sebagai fungsi penyesuaian diri normal, yang digunakan anak untuk mengikuti keadaan dengan dunia luar.
Robert White
Teori White ialah rekonseptualisasi dari tahap perkembangan psikoseksual, dengan memakai tema mencar ilmu tuntas. Pada setiap tahap perkembangan psikoseksual Freud, ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus dipelajari, namun terkait dengan kepuasan instingtif. Menurut White, ego dimotivasi oleh kebutuhan eksplorasi, belajar, dan menguasai lingkungan. Motivasi ini disebut dengan effectance motivation. Jika usaha ini berhasil, maka orang akan merasa berkompeten. Perasaan ini bisa membuat orang bertumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai realitas lingkungan ini disebut dengan efikasi diri. Kompetensi yang dipelajari sepanjang tahap perkembangan psikoseksual, akan dipaparkan dalam tabel di bawah ini.
Tahap | Aktivitas Insting (Freud) | Kompetensi yang dipelajari (White) |
Oral | a. Insting lapar berjuang untuk meredakan ketegangan b. Tergantung secara pasif untuk bertahan hidup c. Memasukkan masakan dan objek cinta sebagai penggalan dari self. | a. Makan sebagai daerah latihan menguasai diri dan lingkungan. b. b. Belajar menguasai orang lain dengan meterbaikkan cinta dan meminimalkan pengabaian. c. Sensori motor berperan sebagai tes keterampilan motorik dan kognitif selanjutnya. |
Anal | a. Kepuasan menahan & mengeluarkan kotoran b. Belajar patuh pada orangtua c. c. Reaksi defensif terhadap anal erotic, yaitu kikir, keras kepala, sangat teratur. | a. Perkembangan instingtif negativisme anak usia 2 tahun. b. Memakai gerakan dan negativisme untuk menyebarkan otonomi. c. Tiga sifat tersebut dipandang sebagai cara penyesuaian terhadap lingkungan. |
Falis | a. Oedipus kompleks dengan sensitivitas genital. b. Perkembangan superego - identifikasi dengan ayah. c. Minat seks thd keluarga. | a. Gerakan, bahasa, dan imajinasi dikembangkan untuk menguasai kata-kata dan menyebarkan perasaan mampu. b. Meniru tugas sampaumur dengan tekanan pada produktivitas pribadi. |
Laten | a. Menghilangkan motif seksual b. Periode yang relatif tenang | a. Memantapkan kompetensi sosial b. Belajar kompromi diri dan melindungi diri. |
Genital | a. Pilihan objek heteroseksual b. Ekspresi libido dalam wujud genital | a. Perasaan identitas dan kompetensi yg disatukan. b. Pilihan pekerjaan yang dipelajari atau disiapkan c. Pacaran sebagai kepuasan sosial dan seksual |
Heinz Heinrich Moritz Hartmann
Hartmann menyatakan bahwa fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan, yaitu tujuan menuntaskan konflik dan tujuan yang tidak berlatar belakang konflik.
Tujuan tidak berlatar belakang konflik ini yang disebut dengan Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik, yaitu kegiatan ego terjadi di luar ranah konflik mental. Hartmann menyatakan bahwa ego tidak berasal dan dimunculkan id untuk melayani insting taksadar. Id dan ego muncul secara bersamaan, dan berfungsi secara independen. Masing-masing id dan ego tersebut berasal dari disposisi, dan berkembang secara independen. Oleh lantaran itu, ego bukan spesialuntuk didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar.
Selain itu, ego bersifat otonom dan aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar. Ada dua jenis otonomi ego, yaitu : (1) Otonomi Primer, yang mengacu ke sumber biologis, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan. Fungsi otonomi primer ini berasal dari keturunan dan berperan untuk menyesuaikan dengan lingkungan ; (2) Otonomi Sekunder, yang ialah kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id, menjadi masukana yang memmenolong penyesuaian sehat dengan kehidupan. melaluiataubersamaini kata lain, otonomi sekunder ialah hasil interaksi kemasakan fisik dengan belajar. Konsep otonomi sekunder ini ibarat dengan otonomi fungsional dari Allport. Hartmann meyakini bahwa ego sanggup menetralisir dorongan seks dan agresi, supaya ego berfungsi bukan spesialuntuk untuk menerima kenikmatan atau meredakan tegangan saja. Baik, otonomi primer maupun otonomi sekunder, sama-sama menghasilkan adaptasi, yaitu hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan dalam kepribadiannya dan keseimbangan antara diri dengan lingkungannya.
Selain itu, ego memakai prinsip realita, yaitu bisa mengantisipasi kebutuhan pada masa yang akan hadir, yang tujuan utamanya ialah mengikuti keadaan dengan lingkungan secara terus menerus. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada empat harmoni di dalam dan di luar diri yang harus dipertahankan ego, yaitu : Pertama, Mempertahankan keseimbangan individu dengan realitas eksternal sosial dan fisik. Kedua, Memantapkan harmoni keseimbangan di dalam ranah id, lantaran id mempunyai beberapa insting yang menuntut pemuasan. Ketiga, Menyeimbangkan tiga unsur mental yang saling bersaing, yaitu id-ego-superego. Keempat, Menjaga harmoni di antara aneka macam tujuannya yang saling tidak sama, yaitu keseimbangan antara tugas memmenolong id dengan tugas sebagai ego independen yang bertujuan tidak untuk memuaskan dorongan id.
Harmoni ini sanggup tercapai dengan cara ego beroperasi secara sintetis, yaitu kemampuan mengintegrasikan dan mendamaikan tujuan yang tidak sama dan berperihalan. Kemampuan ini sanggup membuat ego mendamaikan konflik intersistemik (konflik id-ego-superego-realitas) dan konflik intrasistemik (konflik di dalam ego sendiri). Hartmann menyatakan ada 12 fungsi ego yang harus diperhatikan, biar fungsi sosial dan kognitif sanggup berjalan baik, yaitu : (1) Mengatur gerakan ; (2) Mengorganisasi persepsi di dalam dan di luar realita ; (3) Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal berlebihan ; (4) Uji realitas ; (5) Berpikir dan inteligensi ; (6) Menerjemahkan pikiran menjadi perbuatan ; (7) Menghambat atau menunda pengurangan tegangan ; (8) Mengenali bahaya, memdiberi tanda kecemasan, dan pertahanan diri ; (9) Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi di masa yang akan hadir ; (10) Persepsi waktu ; (11) Pembentukkan huruf atau gaya langsung ; (12) Kemampuan sintetik, yaitu kemampuan mengintegrasikan tiruana fungsi di atas, mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik.
Perkembangan Ego menjadi Patologis
Teori Freud menyatakan bahwa patologi terjadi lantaran ego gagal berkembang secara normal. melaluiataubersamaini konsep ini, banyak mahir yang menyatakan bahwa ego gagal berkembang lantaran kesalahan ibu, pengasuhan yang tidak sempurna atau dingin, pengasuhan yang kaku, pola asuh yang terlalu melindungi, dan adanya perasaan berdosa. Ego yang gagal berkembang ini sanggup menjadi potensi terjadinya neurosis dan psikosis.
Konsep kompetensi dan effectance motivation, White mengubah serius perhatian terhadap penyebab dari gagalnya ego berkembang secara normal. Fokus utama dari White ialah terletak pada perkembangan perasaan efikasi diri yang tidak tepat. White menyatakan bahwa kegagalan ego berkembang itu terletak pada individu itu sendiri. White mengemukakan tiga penyebab kerusakan effectance motivation, yaitu : (1) Insting lapar dan bebas dari rasa sakit muncul terus menerus, lantaran pengasuhan yang kurang baik. Hal ini menimbulkan bayi memakai seluruh waktu untuk menangani insting tersebut, sehingga tidak melaksanakan kegiatan yang menghasilkan efikasi diri ; (2) Bayi tidak menerima penguat dari usaha pengembangan efikasi diri. Hal ini menimbulkan bayi berhenti memanipulasi dunia dan motivasi efektan tidak berkembang ; (3) Adanya gangguan atau kendala terhadap acara bermain. Hal ini menimbulkan anak kehilangan stimulasi lingkungan dan menerima stimulasi diri yang cukup. Pada akhirnya, anak akan kehilangan ego yang tidak berkembang melalui ekspresi diri. Dampak yang mungkin terjadi ialah anak menjadi cemas, pemalu, peragu, dan kehilangan minat untuk eksplorasi diri. Semua kondisi ini mengarah kepada kerusakan efikasi diri.
Aplikasi
Psikologi Ego ialah konsep yang mengisi bagian-bagian yang terlewat dari teori Freud. Anna Freud ialah penggagas psikoanalisis anak, yang menyiapkan metodologi dan sistematika dari psikoanalisis anak. Sistem ini juga digunakan pada psikoanalisis dewasa, lantaran menjamin pemahaman yang komprehensif. Sedangkan Hartmann dan White banyak memdiberi masukan ihwal cara kerja ego. Banyak gangguan jiwa yang sanggup diatasi dengan memperkuat ego. Selain itu, konsep psikologi ego memmenolong menyebarkan kompetensi ego untuk menguasai intersistem dan intrasistem.
Sekian artikel perihal Teori Psikologi Ego Menurut Anna Freud, Robert White, dan Heinz Heinrich Moritz Hartmann. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
- Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang : UMM Press
- Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika
- Schultz, D (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
- Suryabrata, S (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta : RajaGrafindo Persada
0 Response to "Teori Psikologi Ego Berdasarkan Anna Freud, Robert White, Heinz"
Posting Komentar