Unsur-Unsur Dalam Mengolah Bunyi Saat Tampil Di Muka Umum
Seorang yang akan melaksanakan public speaking harus bisa berbahasa yang baik dan benar mirip diberikut. Pertama, harus melafalkan atau mengucapkan setiap bunyi bahasa dengan tepat dan jelas. Untuk itu, diharapkan bisa mengolah suaranya dengan metode bernafas yang tepat (bernafas dari perut bukan dari dada), sehingga lahirlah vokal yang membersihkan dan bulat. Kedua, intonasi dan nada harus tepat biar tidak kaku atau monoton. Temponya pun harus tepat. Artinya, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Perlu diingat bahwa public speaker tidak sama intonasinya dengan penyiar, pembaca puisi dan pembaca saritilawah.
1. Melatih Kemampuan Suara
Unsur-Unsur dalam Mengolah Suara Ketika Tampil di Muka Umum - Sebelum memberikan sebuah pidato di hadapan umum hendaknya seorang pembicara terlebih lampau melaksanakan tes membaca naskah, biar pada waktunya nanti sanggup melaksanakan pidato dengan lancar. melaluiataubersamaini melaksanakan tes, seorang pembicara diharapkan sanggup membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.
Suara kita tak tidak sama dengan wajah kita. Ada pengaruhnya pada sikap kita. Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan bunyi kita yakni usia, jenis kelabuin, etnis dan kepribadian.
Ekspresi bunyi ialah pengekspresian diri dalam berkomunikasi melalui bunyi yang jelas, indah, tepat dan berjiwa dengan penerapan pernafasan yang benar sehingga komunikasi menjadi efektif. Ekspresi bunyi Itu penting dikarenakan pribadi yang matang dan berdikari terpantul diantaranya melalui SUARA. Perlunya ekspresi bunyi dalam suatu penampilan di muka umum adalah:
Ekspresi bunyi yang baik bila:
Mengukur Suara; bunyi paling tidak menyuarakan kecemasan. Dan kecemasan itu menggema kembali ke indera pendengaran pembicara yang kemudian menambah getaran kecemasan pada bunyi diberikutnya. Kebanyakan orang tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya mereka mempunyai potensi untuk menghasilkan bunyi yang cukup mempesona, mirip halnya para artis dan pemain opera. Musuh yang selalu dihadapi yakni rasa kurang percaya diri, ketegangan dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan. Suasana batin yang tidak santai sanggup merampas rasa percaya diri yang dimiliki. Dalam pertemuan, rapat besar maupun kedl, hindarilah sikap ragu yang mencoba mengganggu pikiran dan perasaan. Yakinlah pada diri Anda! Sebenarnya Anda mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan baik. Tidak perlu membaca dan mempelajari, lantaran gotong royong Anda sudah memilikinya.
Unsur-unsur variasi bunyi / penjiwaan dalam ekspresi suara:
Teknik Menghasilkan Suara Maksimal / Volume:
Teknik Mengatur Nada:
Seperti halnya Anda mempunyai kemampuan untuk mengatur napas pada dikala pulas dengan nyenyak. Sejak lahir orang cenderung untuk berguru mencurigai kemampuannya sendiri, takut akan hadirin, merasa tegang, khawatir dan sebagainya. Karakter-karakter macam inilah gotong royong merusak cara Anda berbicara yang natural. Di dalam satu ruangan terdapat sebanyak 50 orang, Teknik mengukur bunyi dengan Anda berdiri di salah satu sudut ruangan. Salah seorang dari jumlah itu berada di sudut yang berlawanan. Dapatkah orang itu mendengarkan bunyi Anda? Jika dapat, pandanglah ia dan berbicara padanya. Suara Anda akan berhasil hingga pada telinganya dan masingmasing individu dalam ruangan tersebut sanggup mendengarkan bunyi Anda juga.
1. Melatih Kemampuan Suara
Unsur-Unsur dalam Mengolah Suara Ketika Tampil di Muka Umum - Sebelum memberikan sebuah pidato di hadapan umum hendaknya seorang pembicara terlebih lampau melaksanakan tes membaca naskah, biar pada waktunya nanti sanggup melaksanakan pidato dengan lancar. melaluiataubersamaini melaksanakan tes, seorang pembicara diharapkan sanggup membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.
image source: entrepreneur.com |
baca juga: Pengertian Pidato dan Teknik Pidato yang Baik dan Benar
Suara kita tak tidak sama dengan wajah kita. Ada pengaruhnya pada sikap kita. Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan bunyi kita yakni usia, jenis kelabuin, etnis dan kepribadian.
Ekspresi bunyi ialah pengekspresian diri dalam berkomunikasi melalui bunyi yang jelas, indah, tepat dan berjiwa dengan penerapan pernafasan yang benar sehingga komunikasi menjadi efektif. Ekspresi bunyi Itu penting dikarenakan pribadi yang matang dan berdikari terpantul diantaranya melalui SUARA. Perlunya ekspresi bunyi dalam suatu penampilan di muka umum adalah:
- Suara memancarkan energi, kegairahan dan antusiasme
- Suara kuat 38% dari komunikasi kita
- Orang yang menarikdanunik dan percaya diri tercermin dari suaranya
- Ekspresi bunyi menghipnotis peningkatan kepercayaan orang lain
- Suara yang baik sanggup membuat relasi baik
- Suara yang meyakinkan sanggup menimbulkan kesan profesional
- Suara yang baik sanggup meningkatkan kepercayaan bisnis
Ekspresi bunyi yang baik bila:
- Terdengar ( volume bunyi baik )
- Jelas ( artikulasi pengucapan baik )
- Hukum pengucapan benar ( tata bahasa & lafal )
- Sesuai dengan maksud ( penjiwaan benar )
Mengukur Suara; bunyi paling tidak menyuarakan kecemasan. Dan kecemasan itu menggema kembali ke indera pendengaran pembicara yang kemudian menambah getaran kecemasan pada bunyi diberikutnya. Kebanyakan orang tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya mereka mempunyai potensi untuk menghasilkan bunyi yang cukup mempesona, mirip halnya para artis dan pemain opera. Musuh yang selalu dihadapi yakni rasa kurang percaya diri, ketegangan dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan. Suasana batin yang tidak santai sanggup merampas rasa percaya diri yang dimiliki. Dalam pertemuan, rapat besar maupun kedl, hindarilah sikap ragu yang mencoba mengganggu pikiran dan perasaan. Yakinlah pada diri Anda! Sebenarnya Anda mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan baik. Tidak perlu membaca dan mempelajari, lantaran gotong royong Anda sudah memilikinya.
Unsur-unsur variasi bunyi / penjiwaan dalam ekspresi suara:
- Volume : nyaring atau pelannya kekuatan suara
- Tekanan dinamika : keras / lemahnya tekanan pengucapan
- Nada / Pitch / Infleksi : tinggi / rendahnya lagu pengucapan
- Tempo : cepat / lambatnya pengucapan
- Warna bunyi / kualitas bunyi : ciri khas suara
Teknik Menghasilkan Suara Maksimal / Volume:
- Melatih kelenturan otot wajah, mulut, rongga mulut, otot leher, otot dada, otot diafragma
Teknik Mengatur Nada:
- Perubahan Nada Suara ( vocal inflection ) : Perubahan nada bunyi untuk menawarkan keterlibatan emosi pada dikala bertutur
- Langkah ( pacing ) : Ketukan yang konstan dalam berbicara
- Perubahan Kunci Nada ( key change ) :
Apa? Api?
Tidak (rendah) Tidak mungkin (tinggi)
Seperti halnya Anda mempunyai kemampuan untuk mengatur napas pada dikala pulas dengan nyenyak. Sejak lahir orang cenderung untuk berguru mencurigai kemampuannya sendiri, takut akan hadirin, merasa tegang, khawatir dan sebagainya. Karakter-karakter macam inilah gotong royong merusak cara Anda berbicara yang natural. Di dalam satu ruangan terdapat sebanyak 50 orang, Teknik mengukur bunyi dengan Anda berdiri di salah satu sudut ruangan. Salah seorang dari jumlah itu berada di sudut yang berlawanan. Dapatkah orang itu mendengarkan bunyi Anda? Jika dapat, pandanglah ia dan berbicara padanya. Suara Anda akan berhasil hingga pada telinganya dan masingmasing individu dalam ruangan tersebut sanggup mendengarkan bunyi Anda juga.
Sesudah mencicipi bagaimana bunyi Anda terbawa hingga ke sudut ruangan, Anda sanggup merubah posisi, pandanglah orang lain di ruangan itu, maka Anda berhasil meneruskan resonansi bunyi yang Anda dapatkan. Namun, perlu diingat biar Anda tidakboleh berteriak. Anda akan cepat lelah, demikian juga pendengar. Nada-nada yang rendah pun, apabila bebas keluar, mempunyai kekuatan yang besar Pergunakanlah nada menengah yang biasa Anda gunakan seharihari. Apakah Anda menganggap suaranya kurang yummy di dengar? Jangan hal itu menghalangi Anda berbicara. Sedikit sekali pembicara yang mempunyai bunyi sempurna. Suara Anda mempunyai kelebihan, lantaran bunyi tersebut mencerminkan kepribadian dan mengekspresikan diri Anda.
Kualitas Kata / Voice Quality:
Karakter bunyi yang baik:
Bagaimana mengetahui mutu bunyi sendiri berdasarkan ukuran indera pendengaran orang lain? Diperlukan sebuah "tape-recorder" (alat perekam) dan seorang ternan. Banyak orang terkejut ketika mendengar suaranya sendiri dari tape-recorder. Mereka merasa suaranya "lain" dan biasa. Memang benar bunyi yang direkam akan terdengar lebih tipis dan lebih tinggi nadanya dibandingkan dengan bunyi yang sesungguhnya. Ingat bahwa bunyi yakni suatu vibrasi. Tentukan sebuah topik yang menarikdanunik untuk dibicarakan dengan ternan. Rekamlah sewaktu berbicara dengan kawan. Kemudian matikan tape tersebut. Apakah ternan tersebut mempersembahkan respons ketika kita sedang berbicara kepadanya? Respons tertarik, sinis atau bosan, apa ia memahami dan penuh serius apa yang sedang dibicarakan? Apabila mengetahui tiruana reaksi berarti terjadi proses komunikasi. Sekarang putar kembali hasil rekaman. Apa suaranya terperinci didengar kembali, bagaimana dengan napasnya pada point-point tertentu, apakah suaranya naik turun? Apakah variasi nada dan volume suara, yummy didengar? Apabila bunyi tersebut kedengarannya anggun dan kualitas yang sanggup dijadikan standar, seandainya Anda berbicara nanti di depan publik. Sampailah kita pada kesimpulan, bunyi kita antusias, berwibawa, adil, penuh pengabdian atau penuh humor. Apakah hasilnya jelek? Apakah alasannya? Apakah pada dikala berbicara sering menelan ludah di tengah-tengah pengucapan suatu kata sehingga bunyi terdengar mirip tercekik. Mungkin ternan-ternan menyampaikan bahwa mereka kurang memahami apa yang dibicarakan. Apakah Anda melihat ekpresi wajah mereka yang bosan? Apakah Anda menggumam atau berteriak. Mungkin Anda kurang bisa mengungkapkan secara terperinci, sehingga ada kesan memaksakan tenaga, dalam perjuangan untuk membuat ternan memahami apa yang gotong royong diinginkan. Kecenderungan inilah dikhawatirkan menjadi penyebab bunyi kita berubah menjadi melengking. Apakah bunyi kita terdengar monoton? Sengau? Lemah? Atau kasar? Apakah kita sering terjebak dalam suatu kalimat panjang, sehingga ada kesan terengah-engah kehabisan napas atau menelan udara secara tidak sengaja. Ungkapan atau klarifikasi kelemahan dari bersuara yakni ialah cacat bunyi dalam berbicara. Kelemahan-kelemahan tersebut bisa menjadi tepat melalui petes-petes. Adakah niat Anda akan memperbaiki? Apakah ada gaya atau cara bicara yang perlu Anda perhatikan? Upayakan gaya atau cara bicara yang tidak baik, supaya dihindari atau Anda perlu hatihati mengevaluasi diri sehabis selesai berbicara. Misal: apakah dikala berbicara Anda mengucapkan kata "pakai" atau pake; pergi atau pegi; malas atau males. Apakah Anda juga mengucapkan kata "tidak ada" atau ndak ada. Usahakan mempersembahkan "stressing atau tekanan" pada kata-kata secara tepat pada setiap kata atau kalimat.
Berbicara terlalu cepat ; adakalanya melupakan makna katakata yang diucapkan. Akibatnya khalayak tidak tahu apa yang Anda ucapkan atau tidak terjadi komunikasi.
Bernapas dengan baik; Napas yakni basisnya berbicara. Pada waktu pulas sistem pernapasan berlangsung secara otomatis dan sangat panjang, menyerupai sistem pernapasan para orator dan penyanyi terbaik.
1. Pada waktu terjaga (bangun), bernapas dalam dua cara tidak sama. Tidak bersuara. Menghirup dengan teratur, dengan cara sedikit dan menghembuskannya kembali keluar hidung. Proses menghirup udara ini seeara otomatis tanpa direneanakan terlebih lampau.
2. Berlawanan sekali. Untuk tetapkan sesuatu, mengungkapkan suatu perasaan, misal sedih atau gembira. Tindakan ini direneanakan, menghirup dan menghembuskannya kembali. Sewaktu bemapas, dirasakan gerakan tulang rusuk dan diafragma yang terletak di bawah paru-paru. Saat menghirup, tulang-tulang rusuk naik dan diafragma yang turun. Namun, bila menghembusnya tulang-tulang rusuk turun, dan sebaliknya diafragma naik. melaluiataubersamaini demikian, udara sanggup terdorong keluar dari paru-paru. INI cara bemapas alami, tanpa ketegangan. Banyak orang mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. Ini suatu kekeliruan yang besar, lantaran spesialuntuk menimbulkan ketegangan bagi organ-organ penghasil suara. Ketegangan sudah mempersempit rongga dada, padahal rongga tersebut kawasan diproyeksikannya suara. Apa sebaiknya dilakukan? Bersikap tegak, tapi tidakboleh kaku atau tegang. Tahan perut, dikala berbieara. Tindakan ini 90 persen benar. Supaya sempurna, sebaiknya mengambil napas pada selang-selang kalimat yang memungkinkan berbuat untuk itu. melaluiataubersamaini menahan perut sejenak dan tetap mempertahankan posisi tegak yang tidak tenang, maka diafragma, tulang-tulang rusuk dan paru-paru mempunyai waktu yang cukup buat menyiapkan diri, melaksanakan tugasnya secara tepat waktu tanpa harus ada reneana terlebih lampau. Semua gerakan verbal terjadi dalam waktu bersamaan. Pertama: bernapas; kemudian bersuara; selanjutnya beresonansi; kemudian artikulasi.
Berbicara di depan Mikrofon
Penggunaan masukana alat menolong perlu diperhatikan :
2. POLA TITINADA DAN RESONANSI
A. Pola Titinada
Pita bunyi dari alat musik biola yakni tali-tali senarnya. Sedangkan pita bunyi insan yakni tali-tali senar menghasilkan "suara". Pita bunyi yakni serpihan dari pertama tenggorokan yang disebut larynx atau kotak suara. Bagi pria, "jakun" yakni kotak suaranya. Manusia mempunyai dua pita suara, yang menyerupai pita pipih dengan panjang kira-kira satu indo Pada waktu tidak berbicara, pita bunyi tersebut saling berjauhan satu sama lain. Namun, pada waktu berbicara, pita bunyi tersebut saling mendekat, bersatu, merintangi udara yang masuk ke paru-paru. Akibatnya pita bunyi bergetar dan getaran inilah yang menimbulkan "suara". Pola titinada yakni tinggi rendahnya bunyi dihasilkan. Berbicara dengan bunyi rendah, lebih banyak untungnya daripada dengan bunyi tinggi. Namun, kalau ada pembicara dengan contoh titinada yang tidak berubah, tinggi terus atau rendah terus, ada kesan pembicara sedang bosan berbicara atau membuat orang lain menjadi bosan Kalau pembicara dengan bunyi rendah lantaran dilanda stres, suaranya tidak akan simpel berubah melengking. Pola titinada bunyi yang terlalu tinggi, pita bunyi bekerja lebih keras dari semestinya, dan akan cenderung menghasilkan bunyi yang parau dan terengah-engah kelelahan. Namun, kita harus berhati-hati pada nada serendah yang juga berbahaya. Kemungkinan bunyi tidak sampai, jadinya orang tidak memahami apa yang sedang dibicarakan. Nada bunyi tinggi juga menimbulkan masalah. Bagi perempuan bisa dianggap "kekanak-kanakan", sedangkan bagi laki-laki malah dianggap "banci" Untuk mengetahui contoh titinada, sebaiknya sering tes membaca, dan selanjutnya direkam. melaluiataubersamaini tes khusus contoh titinada, kita sanggup mengetahui dan mengatur standar bicara kita. Titik berat yang harus diingat ialah berbicara harus dengan nada bicara yang wajar.
B. Resonansi
Para hebat ilmu faal mengatakan, pita bunyi spesialuntuk 5% (lima persen) dari keseluruhan volume bunyi yang dihasilkan, sedang 95 % (sembilan puluh lima persen) lainnya hasil kerja sarna dengan organ-organ badan lain. Badan insan mempunyai banyak ruang kosong, misal pada rongga dada, kerongkongan, dan sinus yakni ruang yang menghubungkan rongga hidung dengan batok kepala dan mulut. Ketiruananya ini ialah resonator. Kita mempunyai seluruh peralatan khusus dan lengkap untuk mendapat resonansi yang anggun atas bunyi yang dihasilkan pita-pita suara. Namun, mengapa verbal perlu dibuka? Bagaimana resonansi dihasilkan? Bagaimana caranya memperoleh resonansi? Apabila kita mendengar bunyi terbawa jauh melewati jarak yang cukup panjang, tetapi tetap berhasil mempertahankan kualitasnya, bunyi itu dikatakan beresonansi. Suara yang tinggi, memekikkan indera pendengaran juga terdengar dari jarak jauh, tetapi tidak sanggup dikatakan beresonansi.
Resonansi yakni ruang-ruang di badan kita yang turut bergetar, memdiberi kekuatan pada volume suara. Getaran yang dihasilkan oleh pita bunyi dipantulkan ke ruang-ruang resonansi, yakni:
Resonan Atas kalau dimanfaatkan secara terbaikakan menghasilkan bunyi yang jernih, cemerlang dan enteng. Suara itulah yang ideal dibutuhkan untuk berbicara di depan umum. Pada Resonan Tengah, pembukaan verbal serta peletakan alat bicara yang benar akan menghasilkan kekuatan yang besar. Resonan Bawah akan akan bergetar keras pada dikala memberikan suara-suara rendah. Hindari berbicara dengan meredam verbal dan pharynx (leher) lantaran produksi bunyi akan tidak terbaik dan bisa menimbulkan terganggunya pita suara. Indikasi bunyi yang dihasilkan akan parau dan kasar.
Resonansi harus bernilai kuat dan penuh. melaluiataubersamaini membunyikan suatu alat musik akan timbul vibrasi. Vibrasi tersebut menghasilkan suara. Apabila bunyi dikeraskan vibrasinya pun semakin kuat. Setiap vibrasi mempunyai ukuran resonator tertentu biar bunyi yang dihasilkan akan terdengar dengan kekuatan maksimum. Suara insan sanggup dianggap sebagai benda yang bervibrasi. Kita mempunyai tali suara, dengan pernapasan, tali bunyi itu sanggup divibrasikan. melaluiataubersamaini vibrasi tali suara, timbul bunyi yang lemah, yang sanggup diperkuat dengan derma resonator. Tidak ada resonator sebaik milik manusia. Resonator insan sanggup berubah-ubah diubahsuaikan dengan setiap ketinggian nada bunyi yang dihasilkan. Untuk membuatkan bunyi sehingga mempunyai kualitas sebaik mungkin, tidakbolehlah memikirkan tali suara. Curahkan perhatian kepada resonator yang dimiliki. Salah satu resonator yang sanggup diatur sekehendak hati yakni "rongga mulut" Suara yang tidak tepat resonansinya sanggup disebabkan suatu kendala pada pergerakan lidah, otot-otot kerongkongan yang kaku, ataupun lantaran suatu penyakit pada rongga nasal. Untuk mengatasi belum sempurnanya itu sanggup ditempuh dengan caranya sebagai diberikut:
C. Latihan untuk bunyi "NG" dan "N"
Selama tes tiruana otot rahang dan tenggorokan tidak boleh berada dalam keadaan tegang. Lebarkan lubang hidung, biar bibir atas tidak berada dalam keadaan tegang. Sekarang latihanlah mengucapkan kata-kata yang berakhiran “NG", misalnya: yang, abang, akung, sang dan lain-lain. Sambil mengucapkan kata-kata itu, coba rasakan vibrasi di serpihan belakang hidung dan di serpihan belakang gigi depan.
Kualitas Kata / Voice Quality:
- Kualitas biasa sangat bahagia, bergema
- Kualitas sengau
- Kualitas mendesah
- Kualitas keras dan kasar
- Kualitas parau
Karakter bunyi yang baik:
- Menyenangkan untuk didengar.
- Dinamis, mempersembahkan impresi. penuh tenaga dan kekuatan
- Ekpresif, kaya akan nuansa.
- Jelas, segar, dan mempunyai power kuat untuk didengar.
- Mengalir masuk akal dan tidak dibuat-buat.
Bagaimana mengetahui mutu bunyi sendiri berdasarkan ukuran indera pendengaran orang lain? Diperlukan sebuah "tape-recorder" (alat perekam) dan seorang ternan. Banyak orang terkejut ketika mendengar suaranya sendiri dari tape-recorder. Mereka merasa suaranya "lain" dan biasa. Memang benar bunyi yang direkam akan terdengar lebih tipis dan lebih tinggi nadanya dibandingkan dengan bunyi yang sesungguhnya. Ingat bahwa bunyi yakni suatu vibrasi. Tentukan sebuah topik yang menarikdanunik untuk dibicarakan dengan ternan. Rekamlah sewaktu berbicara dengan kawan. Kemudian matikan tape tersebut. Apakah ternan tersebut mempersembahkan respons ketika kita sedang berbicara kepadanya? Respons tertarik, sinis atau bosan, apa ia memahami dan penuh serius apa yang sedang dibicarakan? Apabila mengetahui tiruana reaksi berarti terjadi proses komunikasi. Sekarang putar kembali hasil rekaman. Apa suaranya terperinci didengar kembali, bagaimana dengan napasnya pada point-point tertentu, apakah suaranya naik turun? Apakah variasi nada dan volume suara, yummy didengar? Apabila bunyi tersebut kedengarannya anggun dan kualitas yang sanggup dijadikan standar, seandainya Anda berbicara nanti di depan publik. Sampailah kita pada kesimpulan, bunyi kita antusias, berwibawa, adil, penuh pengabdian atau penuh humor. Apakah hasilnya jelek? Apakah alasannya? Apakah pada dikala berbicara sering menelan ludah di tengah-tengah pengucapan suatu kata sehingga bunyi terdengar mirip tercekik. Mungkin ternan-ternan menyampaikan bahwa mereka kurang memahami apa yang dibicarakan. Apakah Anda melihat ekpresi wajah mereka yang bosan? Apakah Anda menggumam atau berteriak. Mungkin Anda kurang bisa mengungkapkan secara terperinci, sehingga ada kesan memaksakan tenaga, dalam perjuangan untuk membuat ternan memahami apa yang gotong royong diinginkan. Kecenderungan inilah dikhawatirkan menjadi penyebab bunyi kita berubah menjadi melengking. Apakah bunyi kita terdengar monoton? Sengau? Lemah? Atau kasar? Apakah kita sering terjebak dalam suatu kalimat panjang, sehingga ada kesan terengah-engah kehabisan napas atau menelan udara secara tidak sengaja. Ungkapan atau klarifikasi kelemahan dari bersuara yakni ialah cacat bunyi dalam berbicara. Kelemahan-kelemahan tersebut bisa menjadi tepat melalui petes-petes. Adakah niat Anda akan memperbaiki? Apakah ada gaya atau cara bicara yang perlu Anda perhatikan? Upayakan gaya atau cara bicara yang tidak baik, supaya dihindari atau Anda perlu hatihati mengevaluasi diri sehabis selesai berbicara. Misal: apakah dikala berbicara Anda mengucapkan kata "pakai" atau pake; pergi atau pegi; malas atau males. Apakah Anda juga mengucapkan kata "tidak ada" atau ndak ada. Usahakan mempersembahkan "stressing atau tekanan" pada kata-kata secara tepat pada setiap kata atau kalimat.
Berbicara terlalu cepat ; adakalanya melupakan makna katakata yang diucapkan. Akibatnya khalayak tidak tahu apa yang Anda ucapkan atau tidak terjadi komunikasi.
Bernapas dengan baik; Napas yakni basisnya berbicara. Pada waktu pulas sistem pernapasan berlangsung secara otomatis dan sangat panjang, menyerupai sistem pernapasan para orator dan penyanyi terbaik.
1. Pada waktu terjaga (bangun), bernapas dalam dua cara tidak sama. Tidak bersuara. Menghirup dengan teratur, dengan cara sedikit dan menghembuskannya kembali keluar hidung. Proses menghirup udara ini seeara otomatis tanpa direneanakan terlebih lampau.
2. Berlawanan sekali. Untuk tetapkan sesuatu, mengungkapkan suatu perasaan, misal sedih atau gembira. Tindakan ini direneanakan, menghirup dan menghembuskannya kembali. Sewaktu bemapas, dirasakan gerakan tulang rusuk dan diafragma yang terletak di bawah paru-paru. Saat menghirup, tulang-tulang rusuk naik dan diafragma yang turun. Namun, bila menghembusnya tulang-tulang rusuk turun, dan sebaliknya diafragma naik. melaluiataubersamaini demikian, udara sanggup terdorong keluar dari paru-paru. INI cara bemapas alami, tanpa ketegangan. Banyak orang mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. Ini suatu kekeliruan yang besar, lantaran spesialuntuk menimbulkan ketegangan bagi organ-organ penghasil suara. Ketegangan sudah mempersempit rongga dada, padahal rongga tersebut kawasan diproyeksikannya suara. Apa sebaiknya dilakukan? Bersikap tegak, tapi tidakboleh kaku atau tegang. Tahan perut, dikala berbieara. Tindakan ini 90 persen benar. Supaya sempurna, sebaiknya mengambil napas pada selang-selang kalimat yang memungkinkan berbuat untuk itu. melaluiataubersamaini menahan perut sejenak dan tetap mempertahankan posisi tegak yang tidak tenang, maka diafragma, tulang-tulang rusuk dan paru-paru mempunyai waktu yang cukup buat menyiapkan diri, melaksanakan tugasnya secara tepat waktu tanpa harus ada reneana terlebih lampau. Semua gerakan verbal terjadi dalam waktu bersamaan. Pertama: bernapas; kemudian bersuara; selanjutnya beresonansi; kemudian artikulasi.
Berbicara di depan Mikrofon
Penggunaan masukana alat menolong perlu diperhatikan :
- Mikrofon yang sudah ada standarnya tidakboleh dipegang-pegang. Selain menimbulkan bunyi mendegung, juga mengesankan pendengar tidak tenang. Kalau spesialuntuk untuk mengatur posisi atau untuk menyakinkan apakah mikrofon sudah on, mikrofon boleh disentuh. Tindakan ini dilakukan sebelum berbicara, mikrofon tidak perlu disentuh lagi.
- Mikrofon yang tidak ada standarnya. Teknik memegannya masuk akal saja, kabelnya tidakboleh dimaikan dan tidakboleh digunakan bergaya mirip penyanyi di panggung. Hal ini mengesangkan pepembicara tidak tenan g. Bahkan bisa dianggap bahwa pembicara tidak sopan lantaran berpidato dengan main-main.
- Jarak antara mikrofon dan verbal tidakboleh terlalu akrab dan tidakboleh pula terlalu jauh. Jarak idealnya 20 cm. Jarak yang terlalu akrab menjadikan bunyi tidak terlalu jernih dan pembicara akan terpengaruh untuk berbisik dengan pembicaraan lain.
2. POLA TITINADA DAN RESONANSI
A. Pola Titinada
Pita bunyi dari alat musik biola yakni tali-tali senarnya. Sedangkan pita bunyi insan yakni tali-tali senar menghasilkan "suara". Pita bunyi yakni serpihan dari pertama tenggorokan yang disebut larynx atau kotak suara. Bagi pria, "jakun" yakni kotak suaranya. Manusia mempunyai dua pita suara, yang menyerupai pita pipih dengan panjang kira-kira satu indo Pada waktu tidak berbicara, pita bunyi tersebut saling berjauhan satu sama lain. Namun, pada waktu berbicara, pita bunyi tersebut saling mendekat, bersatu, merintangi udara yang masuk ke paru-paru. Akibatnya pita bunyi bergetar dan getaran inilah yang menimbulkan "suara". Pola titinada yakni tinggi rendahnya bunyi dihasilkan. Berbicara dengan bunyi rendah, lebih banyak untungnya daripada dengan bunyi tinggi. Namun, kalau ada pembicara dengan contoh titinada yang tidak berubah, tinggi terus atau rendah terus, ada kesan pembicara sedang bosan berbicara atau membuat orang lain menjadi bosan Kalau pembicara dengan bunyi rendah lantaran dilanda stres, suaranya tidak akan simpel berubah melengking. Pola titinada bunyi yang terlalu tinggi, pita bunyi bekerja lebih keras dari semestinya, dan akan cenderung menghasilkan bunyi yang parau dan terengah-engah kelelahan. Namun, kita harus berhati-hati pada nada serendah yang juga berbahaya. Kemungkinan bunyi tidak sampai, jadinya orang tidak memahami apa yang sedang dibicarakan. Nada bunyi tinggi juga menimbulkan masalah. Bagi perempuan bisa dianggap "kekanak-kanakan", sedangkan bagi laki-laki malah dianggap "banci" Untuk mengetahui contoh titinada, sebaiknya sering tes membaca, dan selanjutnya direkam. melaluiataubersamaini tes khusus contoh titinada, kita sanggup mengetahui dan mengatur standar bicara kita. Titik berat yang harus diingat ialah berbicara harus dengan nada bicara yang wajar.
B. Resonansi
Para hebat ilmu faal mengatakan, pita bunyi spesialuntuk 5% (lima persen) dari keseluruhan volume bunyi yang dihasilkan, sedang 95 % (sembilan puluh lima persen) lainnya hasil kerja sarna dengan organ-organ badan lain. Badan insan mempunyai banyak ruang kosong, misal pada rongga dada, kerongkongan, dan sinus yakni ruang yang menghubungkan rongga hidung dengan batok kepala dan mulut. Ketiruananya ini ialah resonator. Kita mempunyai seluruh peralatan khusus dan lengkap untuk mendapat resonansi yang anggun atas bunyi yang dihasilkan pita-pita suara. Namun, mengapa verbal perlu dibuka? Bagaimana resonansi dihasilkan? Bagaimana caranya memperoleh resonansi? Apabila kita mendengar bunyi terbawa jauh melewati jarak yang cukup panjang, tetapi tetap berhasil mempertahankan kualitasnya, bunyi itu dikatakan beresonansi. Suara yang tinggi, memekikkan indera pendengaran juga terdengar dari jarak jauh, tetapi tidak sanggup dikatakan beresonansi.
Resonansi yakni ruang-ruang di badan kita yang turut bergetar, memdiberi kekuatan pada volume suara. Getaran yang dihasilkan oleh pita bunyi dipantulkan ke ruang-ruang resonansi, yakni:
- Resonan Atas, nasal cavity, terdiri atas: rongga hidung, rongga kepala (pelipis).
- Resonan Tengah, terdiri atas: rongga verbal dan pharynx (leher)
- Resonan Bawah, yaitu dada.
Resonan Atas kalau dimanfaatkan secara terbaikakan menghasilkan bunyi yang jernih, cemerlang dan enteng. Suara itulah yang ideal dibutuhkan untuk berbicara di depan umum. Pada Resonan Tengah, pembukaan verbal serta peletakan alat bicara yang benar akan menghasilkan kekuatan yang besar. Resonan Bawah akan akan bergetar keras pada dikala memberikan suara-suara rendah. Hindari berbicara dengan meredam verbal dan pharynx (leher) lantaran produksi bunyi akan tidak terbaik dan bisa menimbulkan terganggunya pita suara. Indikasi bunyi yang dihasilkan akan parau dan kasar.
Resonansi harus bernilai kuat dan penuh. melaluiataubersamaini membunyikan suatu alat musik akan timbul vibrasi. Vibrasi tersebut menghasilkan suara. Apabila bunyi dikeraskan vibrasinya pun semakin kuat. Setiap vibrasi mempunyai ukuran resonator tertentu biar bunyi yang dihasilkan akan terdengar dengan kekuatan maksimum. Suara insan sanggup dianggap sebagai benda yang bervibrasi. Kita mempunyai tali suara, dengan pernapasan, tali bunyi itu sanggup divibrasikan. melaluiataubersamaini vibrasi tali suara, timbul bunyi yang lemah, yang sanggup diperkuat dengan derma resonator. Tidak ada resonator sebaik milik manusia. Resonator insan sanggup berubah-ubah diubahsuaikan dengan setiap ketinggian nada bunyi yang dihasilkan. Untuk membuatkan bunyi sehingga mempunyai kualitas sebaik mungkin, tidakbolehlah memikirkan tali suara. Curahkan perhatian kepada resonator yang dimiliki. Salah satu resonator yang sanggup diatur sekehendak hati yakni "rongga mulut" Suara yang tidak tepat resonansinya sanggup disebabkan suatu kendala pada pergerakan lidah, otot-otot kerongkongan yang kaku, ataupun lantaran suatu penyakit pada rongga nasal. Untuk mengatasi belum sempurnanya itu sanggup ditempuh dengan caranya sebagai diberikut:
- Ambillah sebuah cermin kecil, diusahakan cahaya jatuh pada cermin tersebut.
- Bukalah verbal lebar-lebar dan dengan derma cahayc yang direfleksikan cermin, dan lihat apakah serpihan verbal yang tenggorokannya di sebelah belakang membentuk lengkungan yang sempurna.
- Apabila sisi lain atau lubang pembukaan kurang lebar maka perlu melatih diri untuk memperkuat apa yang dinamakan pilar, yaitu otot-otot yang menyangga “soft palate”.
- Latihan tidak banyak menyita waktu, tetapi harus dilakukan secara konsisten
- Latihan pertama, lakukanlah di depan cermin, sehingga kita tahu yang terjadi di serpihan tenggorokan.
- Buka verbal lebar-lebar, bernapaslah dengan terengah-engah.
- Tataplah cermin, uvula yaitu serpihan dari kulit tergantung di tengah-tengah soft palate, akan bergerak ke kanan dan ke kiri.
- Latihan ini akan memperkuat otot-otot dinding dan membentuk soft palate sedemikian rupa sehingga mencapai bentuk yang serasi.
C. Latihan untuk bunyi "NG" dan "N"
Selama tes tiruana otot rahang dan tenggorokan tidak boleh berada dalam keadaan tegang. Lebarkan lubang hidung, biar bibir atas tidak berada dalam keadaan tegang. Sekarang latihanlah mengucapkan kata-kata yang berakhiran “NG", misalnya: yang, abang, akung, sang dan lain-lain. Sambil mengucapkan kata-kata itu, coba rasakan vibrasi di serpihan belakang hidung dan di serpihan belakang gigi depan.
Pergunakan nada bunyi yang sarna selama tes, sehingga akan diperoleh perasaan yang tepat yang harus menyertai pengeluaran suara. Lakukan metode yang sarna untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang banyak mengandung aksara "NG".Latihan dengan memakai kata-kata dengan aksara "N" ialah faktor utama, misalnya: nama, anak, kanan, demikian dan sebagainya. Di samping itu berusaha berbicara dengan resonansi. Tanpa disadari, pada percakapan setiap hari banyak kita memakai kata-kata dengan aksara NG dan N. Teruslah latihan, akan dirasakan hasilnya kemudian.
Pemakaian bunyi pada waktu berbicara sarna dengan cara sewaktu bemyanyi. Si penyanyi harus menguasai ajaran pada nada-nada mirip menguasai ajaran pada inspirasi atau gagasan sewaktu berbicara. Penyanyi memikirkan nada, sedangkan pembicara memikirkan ide. Suara pembawa program secara otomatis mengeluarkan nada-nada yang sesuai dengan inspirasi yang dikandungnya. Nada itu akan dikeluarkan dengan bunyi yang beresonansi dan yummy didengar, apabila bunyi itu dikeluarkan dengan gerakan yang bebas. Semakin terperinci idenya, semakin terperinci pula citra vokalnya. Pergunakanlah peluang untuk memperbaiki kebiasaan yang menghalangi perkembangan kualitas resonansi suara. Suara vokal ialah tindakan mental daripada fisik. Pada waktu berbicara, seriuskan pikiran pada ide, yang akan diungkapkan. Hindarilah memerhatikan prosedur vokalnya. melaluiataubersamaini kata lain, tidakbolehlah memikirkan bunyi pada waktu berbicara, tetapi pikirkanlah idenya.
D. Aplikasi tes olah suara
Teknik Mengatur Kecepatan
Tekanan Kata / Aksentuasi
Latihan Volume Suara
Latihan Artikulasi
Latihan Ekspresi
Latihan Aksentuasi
Latihan Nada
Latihan Warna Suara
Latihan Pernafasan Diafragma
Ucapkan dengan satu tarikan nafas :
Sekian artikel perihal Unsur-Unsur dalam Mengolah Suara Ketika Tampil di Muka Umum. Semoga bermanfaa.
Daftar Pustaka
D. Aplikasi tes olah suara
- Lion Face : melemaskan otot wajah
- Urut rahang
- Lipat pengecap – atas bawah : untuk melenturkan lidah
- Putar pengecap : untuk melenturkan lidah
- Katup gigi
- Motor boat : melenturkan pengecap sekaligus melatih pernafasan
- Putar leher : melemaskan otot rahang
- Urut leher : melemaskan otot rahang
- Putar bahu
- Nafas panjang
- Reaching for the star
Teknik Mengatur Kecepatan
- Sebuah riset menawarkan kecepatan ideal berbicara dalam bahasa Indonesia yakni 104 - 144 kata per menit
- Riset psikologi menawarkan tingkat kebosanan insan mendengar bunyi yang monoton yakni 7,7 detik
- Kecepatan ini diibaratkan not-not pada lagu
- Kecepatan menghipnotis emosi
Tekanan Kata / Aksentuasi
- Ibarat sebuah bahasa tulis pemfokusan sama dengan cetak tebal
- Tujuannya biar lebih dimengerti, memdiberi kesan lebih kuat, meluruskan maksud, mempercepat impact
Latihan Volume Suara
- Ucapkan ; “Siapa yang tertawa sendiri disana” 5X dengan bunyi yang semakin keras tetapi dengan nada tetap
- Ucapkan ; “Kamu betul-betul hebat” 5X dengan bunyi yang semakin pelan tetapi dengan nada tetap
Latihan Artikulasi
- Ucapkan 10 kali ; “Kepala diurut kelapa diparut”
- Ucapkan ; “Saya naik sedan ke Surabaya” dan “Saya tersedu sedan mendengar diberita itu”
Latihan Ekspresi
- GEMBIRA : Horee…aku sanggup hadiah seratus juta
- SEDIH : Uang seratus juta yang kudapat dari hadiah itu dirampok orang
- MARAH : Uang ini milikku!, Bukan milikmu!
- TAKUT : Jangan! Jangan bunuh aku! Ambil saja tiruana uang yang ada di tas ini
Latihan Aksentuasi
- Saya dari rumah sakit jiwa
- Siapa dari rumah sakit jiwa?
- Saya dari rumah sakit jiwa
- Anda dari rumah sakit mana?
Latihan Nada
- Ucapkan kalimat ; “Es teh manis” yang maksudnya rasa teh itu manis
- Ucapkan kalimat ; “Es teh manis” yang maksudnya si lawan bicara berwajah manis
Latihan Warna Suara
- Ucapkan kalimat; “Sehari serasa setahun” dengan warna bunyi Asli, Lebih besar, Lebih kecil, Parau, Sengau, Nenek-nenek, dll.
Latihan Pernafasan Diafragma
Ucapkan dengan satu tarikan nafas :
- Indonesia tanah kawasan saya dilahirkan, kawasan saya dibesarkan, kawasan saya berbakti, kawasan mengenyam suka dan duka, kawasan saya merasa kondusif dan bahagia, kawasan saya memuja namanya dan tanah tempatku selama-lamanya
Daftar Pustaka
- Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
- De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
- Hadinegoro, Luqman. 2003. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta: Absolut.
0 Response to "Unsur-Unsur Dalam Mengolah Bunyi Saat Tampil Di Muka Umum"
Posting Komentar