Pengertian Restrukturisasi Kognisi, Relaksasi, Desensitisasi

Pengertian Restrukturisasi Kognisi, Relaksasi, Desensitisasi - Artikel ini akan mengulas tentang restrukturisasi kognisi, relaksasi dan desensitisasi. Melalui artikel ini dibutuhkan sanggup memahami dan pertanda tentang metode lainnya dalam modifikasi sikap (restrukturisasi kognisi, relaksasi dan desensitisasi).

Restrukturisasi Kognisi
  • Kognitif-behavior yakni pikiran, citra dan self-statement yang terjadi secara tersembunyi.
  • Kognitif-behavior berfungsi sebagai:
  1. Kognitif-behavior berperan sebagai Conditioned- Stimulus (CS) yang sanggup memicu Conditioned Response (CR) yang tidak nyaman.
  2. Kognitif-behavior berperan sebagai discriminative stimulus (SDs) untuk sikap yang diharapkan. misal: setelah melaksanakan self-instruction orang mungkin akan berubah dan lebih banyak melaksanakan tindakan yang sanggup diterima oleh orang sekitar.
  3. Kognitif-behavior berperan sebagai Motivating Operation (MOs) yang menghipnotis kekuatan dari konsekuensi yang sanggup berperan sebagai reinforcer ataupun
  4. Kognitif-behavior berperan sebagai reinforcing atau punishing   misal: Koreksi dan kebanggaan terhadap diri sendiri sanggup bersifat  reinforcing atau punishing.

    image source: www.mindtools.com
  • Dalam restrukturisasi kognisi, terapis memmenolong klien mengidentifikasikan kesalahan dalam berpikir dan menggantinya dengan pikiran yang lebih sehat.


Langkah-langkah dalam restrukturisasi kognisi:
    1. Memmenolong klien untuk mengidentifikasikan pikiran yang maladaptive yang menghipnotis tingkah laris dan perasaan seseorang.
    2. Bertanya kepada klien dan “menantang cara berpikir” yang salah
    3. Sesudahnya mengganti dengan pikiran yang sehat sehingga membuat pikiran dan sikap yang lebih sehat.
     
    • Training keterampilan coping cognitive (Cognitive Coping Skills Training) dimana terapis mengajarkan self-statement yang spesifik yang sanggup mereka gunakan dalam situasi apapun untuk menghipnotis sikap klien pada ketika itu. Ada tiga jenis Training keterampilan coping cognitive (Cognitive Coping Skills Training) yaitu: self-instruction training, stress inoculation pelatihan dan problem-solving therapy.
    • Self-instruction ada tiga langkah yaitu:
    1. Identifikasikan situasi bermasalah dan definisikan sikap yang dibutuhkan dalam situasi yang paling tepat. misal: pada kondisi bully, siswa A memetakan bahwa sikap yang dibutuhkan yakni ia pergi dan tidak terprovokasi dengan ejakan kawan-kawannya. Perilaku yang competing behavior yakni bertengkar (perilaku yang kelihatan), murka terkait dengan self-statement yang dilakukan di dalam diri sendiri (covert behavior).
    2. Identifikasikan self-instruction yang sanggup memmenolong dalam situasi yang bermasalah. misal: Siswa A berguru memakai self-statement yang akan memdiberi petunjuk bagi dirinya untuk menjauh dari situasi provokasi yang dilakukan oleh siswa lain. Self-statement ini juga akan menghipnotis kemarahan di dalam dirinya sendiri. Hasilnya yakni ia mungkin akan tidak begitu murka dan menghindari situasi tersebut.
    3. Menggunakan Training Keterampilan Perilaku – Behavioral Skills Training (BST). Klien harus mempraktekkan di dalam simulasi role-play terkena permasalahan yang akan dihadapinya, sehingga self-instruction sanggup digeneralisasikan dalam situasi yang bahwasanya setelah pelatihan BST selesai.

    Langkah-langkah BST dalam mengajarkan Self-Instruction:
      1. Terapis membacakan self-instruction dengan bunyi yang berpengaruh (kedengaran) dan terlibat dalam sikap yang diharapkan.
      2. Terapis dan klien membacakan self-instruction dengan bunyi yang berpengaruh (kedengaran) dan terlibat dalam sikap yang diharapkan.
      3. Klien membacakan self-instruction dengan bunyi yang berpengaruh (kedengaran) dan terlibat dalam sikap yang dibutuhkan tanpa adanya menolongan terapis.
      4. Klien membacakan self-instruction secara progresif dengan bunyi yang pelan dan terlibat dalam sikap yang diharapkan.
      5. Klien membacakan self-instruction tanpa mengeluarkan bunyi (tapi dengan bibir bergerak) dan terlibat dalam sikap yang diharapkan.
      6. Klien membacakan self-instruction tanpa mengeluarkan bunyi (dalam hati) dan terlibat dalam sikap yang diharapkan

      Relaksasi
      • Relaksasi yakni kondisi dimana seseorang tenang secara psikologis dan fisiologis ditandai dengan rendahnya ketegangan dan gejolak baik secara fisik maupun psikologis.
      • Hal-hal yang harus diperhatikan dalam relaksasi yaitu:
      1. Setting: daerah pelaksanaan relaksasi haruslah daerah yang nyaman dan bebas dari interupsi dan hal-hal yang bersifat distraksi. Seseorang yang ingin melaksanakan relaksasi dalam posisi duduk dan nyaman tapi tidak hingga terpulas. Melonggarkan pakain yang dipakai.
      2. Panjangnya pelaksanaan relaksasi: relaksasi dilaksanakan sekitar 10 hingga dengan 30 menit, dalam fase berguru relaksasi biasanya sanggup lebih usang lagi. Penting untuk mempraktikkan relaksasi ini sekali atau dua kali dalam seminggu sebagai “PR” bagi klien.
      Ada tiga jenis relaksasi, yaitu:
        1. Progressive muscle relaxation atau progressive relaxation: secar bergantian membuat anggota tubuh tegang dan rileks. Ada dua hal yang penting dalam memakai progressive relaxation yaitu:
        • Hasil riset menunjukkan hal yang tidak konsisten terkena menegangkan bab tubuh tertentu dalam progressive relaxation sebagai proses yang penting.
        • Progressive relaxation sanggup memakai audio-recorded, langkah petunjuk melaksanakan relaksasi.
        Prosedur progressive relaxation adalah:
        • Tangan kanan: kepalkan asisten dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Tangan kiri: kepalkan tangan kiri dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Lengan kanan: kepalkan lengan kanan dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Lengan kiri: kepalkan lengan kiri dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Alis: tegangkan alis dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Wajah: tegangkan wajah dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Leher bab belakang: tegangkan leher belakang dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Leher bab depan: tegangkan leher bab depan dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Bernafas: tarik nafas dalam-dalam, tahan dan kemudian lepaskan
        • Bahu: tegangkan pundak dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Perut: tegangkan perut dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Kaki: tegangkan kaki dan kencangkan, tahan sebentar kemudian rileks-kan
        • Ambil nafas dalam-dalam, tahan dan lepaskan (lakukan 5 kali)

        b. Autogenic Training
          Autogenic Training yakni metode relaksasi dimana individu membayangkan berada di situasi yang sangat senang dan tenang. Lebih lanjut memakai pengalaman sensasi pada tubuh seperti: perasaan berat dan hangat. Istilah autogenic ialah metode psikologi dan fisiologis yang sanggup dilakukan sendiri.

          Prosedur dari Autogenic Training yakni sebagai diberikut:
          • Bersikap pasif dan relaks
          • Memdiberikan peluang pada tubuh untuk berubah mengikuti proses secara alamiah
          • Memilih citra daerah yang tenang dan sangat senang seperti: di pantai atau di kebun di trend semi.

          Training ini melewati 6 fase, tiap tema terkait dengan tipe sensasi pada tubuh klien. Setiap terapi melibatkan perasaan berat dan hangat. Sebagai contoh:

          Tangan kiri saya terasa berat…aku merasa damai…tangan kiri saya merasa berat… saya merasa damai… tangan kiri saya merasa berat… saya merasa damai…

          Terapis membaca instruksi secara perlahan dan diikuti oleh klien. Urutan membaca, mengulangi, dan istirahat dilakukan sebanyak tiga kali dalam 5 menit. Selanjutnya dilanjutkan dengan 6 bab tubuh lainnya dengan prsoedur yang sama. Sehingga mekanisme ini akan selesai dalam waktu 35 menit.
          Instruksi diberikutnya yakni memasukkan kata “hangat” contoh:

          Perut saya hangat… dan saya merasa damai… (3X)

          Kemudian lanjutkan dengan 6 bab tubuh diberikutnya. Teknik ini sangat cantik dilaksanakan terutama untuk orang yang mengalami permasalahan medis seperti: low back pain.

          c, Meditasi
            Meditasi berasal dari fatwa Budha menghasilkan relaksasi dan kesadaran sadar akan arti setiap pengalaman, tidak terbebani oleh distorsi kognitif atau emosional. Menerima sensasi sakit yang dirasakan dibadan tanpa memblokirnya, dan memisahkan perasaan sakit yang dirasakan fisik dengan reaksi emosional yang ditimbulkan dari rasa tersebut. Seseorang sadar akan rasa sakit tersebut namun tidak berefek pada pikiran dan perasaan orang tersebut.

            Desensitisasi Sistematis

            Kata desensitize menciptakan seseorang kurang responsif atau rentan terhadap rangsangan tertentu. Desensitisasi dikatakan sistematis alasannya yakni desensitisasi dilakukan secara sedikit demi sedikit dengan cara mengahadirkan setiap CS secara singkat dan melaksanakan desensitisasi terhadap CS dari mulai yang lemah hingga yang kuat. misal: Seseorang yang takut ular maka dengan metode desensitisasi akan dilakukan:
            • Menghadirkan gambar ular hingga klien tidak takut
            • Kemudian kalau klien sudah tidak takut- maka barang yang terbuat dari kulit ular dihadirkan di depan klien hingga klien tidak takut lagi
            • Kalau klien sudah tidak takut- maka ular yang diletakkan di dalam kotak beling mulai di dekatkan kepada klien hingga klien tidak takut lagi.
            • Kemudian klien mencoba melihat ular dari jarak bersahabat hingga ia tidak takut lagi
            • Klien mulai melihat secara eksklusif ular di luar kotak tidak takut lagi untuk memegangnya.

            Ada 3 tipe dalam menyebarkan hirarki pemdiberian stimulus, yaitu:
            • In vivo, hal konkret dari even, objek, ataupun orang. misal: kalau orang takut naik pesawat terbang, maka stimulus yang dihadirkan yakni klien tersebut eksklusif duduk di bangku pesawat terbang.
            • Imaginal, representasi mental/gambaran mental/memayangkan even, objek ataupun orang. misal: kalau orang takut naik pesawat terbang, maka ia cukup membayangkan ia duduk di bangku pesawat terbang.
            • Symbolic, representasi secara konkret dari event, objek, orang. misal: melihat gambar orang lain sedang duduk di pesawat. Virtual reality technology, sanggup membuat stimulus simbolik ibarat representasi In vivo.

            Dalam metode desensitisasi sistematis biasanya diikuti dengan metode relaksasi; memasangkan hal-hal yang angker (contoh:phobia) dengan hal yang sangat senang (contoh: relaksasi) sehingga terjadi asosiasi bahwa hal yang tadinya angker jadi kurang menakutkan/tidak angker sama sekali. Prosedur desensitisasi yakni sebagai diberikut:
            • Hadirkan CS selama beberapa detik, kemudian katakana “Berhenti”
            • Klien mungkin akan menutup mata atau menghindari untuk melihat hal yang tidak ingin dilihatnya kemudian menyatakan taraf ketidak nyamanan (1-10) kalau klien menyampaikan ratingnya 5 maka percobaan pertama diakhiri.
            • Lalu terapis berkata “silahkan rileks dan tarik nafas dalam-dalam” dan izinkan orang tersebut untuk melaksanakan tahapan ini selama 20-30 detik
            • Kemudian percobaan dilanjutkan dengan menghadirkan CS yang sama hingga klien menyatakan bahwa kehadiran CS tidak menciptakannya takut lagi= 0.

            Hal lainnya yang sanggup dilakukan untuk mengatasi rasa takut adalah:

            TERAPI IN VIVO EXPOSURE: metode yang hampir sama dengan desensitisasi namun tanpa ada relaksasi. Teknik ini dengan sengaja eksklusif menghadapkan klien dengan hal yang ia takuti tanpa boleh lari ataupun menghindar (tidak adanya negative reinforcement). Terapi in vivo exposure ada dua yaitu:
            • Gradual in vivo exposure: metode yang hampir sama dengan desensitisasi namun tanpa ada relaksasi.
            • Flooding: flooding ialah mekanisme ekstingsi dimana klien tidak sanggup menghindari hal-hal yang ia takuti. misal: kalau orang takut naik escalator, maka terapisnya akan menemaninya untuk naik escalator di mall secara berulang-ualng hingga rasa takutnya hilang. Penggunaan metode ini harus dibawah pengawasan professional dan harus dipastikan penghadiran CS yang mengakibatkan US tidaklah hadir. misal: kalau klien takut naik escalator alasannya yakni takut jatuh maka terapis harus memastikan naik escalator yang membuat kemungkinan untuk jatuh kecil.

            Flooding sanggup juga digunakan dengan mekanisme imaginal CS. Hasil riset menunjukkan penerapan in vivo dan imaginal flooding sama-sama efektif untuk mengurangi gangguan kecemasan pada klien. Flooding sama efektif nya dengna desensitisasi, tapi imaginal flooding lebih efektif daripada imaginal desensitisasi.

            VIRTUAL REALITY EXPOSURE: realitas virtual dengan memakai teknologi computer sehingga orang tersebut sanggup mencicipi citra 3 dimensi dari jarak yang bersahabat ibarat situasi aslinya tanpa perlu membahayakan dirinya sendiri.

            Sekian artikel perihal Pengertian Restrukturisasi Kognisi, Relaksasi, Desensitisasi. Semoga bermanfaa.

            Daftar Pustaka

            1. Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
            2. Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
            3. Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

            0 Response to "Pengertian Restrukturisasi Kognisi, Relaksasi, Desensitisasi"

            Posting Komentar

            Iklan Atas Artikel

            Iklan Tengah Artikel 1

            Iklan Tengah Artikel 2

            Iklan Bawah Artikel