Pengertian Adat Komunikasi Antar Persona Berdasarkan Para Ahli

Pengertian Etika Komunikasi Antar Persona Menurut Para Ahli - Komunikasi antar persona oleh Devito diartikan sebagai penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan banyak sekali dampaknya dan dengan peluang untuk mempersembahkan umpan balik segera. Mulyana mempersembahkan definisi orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara lisan atau nonverbal. Komunikasi antar persona ini ialah komunikasi yang terjadi pada dua orang, menyerupai suami istri, dua sejawat, dua teman bersahabat dekat, guru-anakdidik dan sebagainya.

Pada hakekatnya komunikasi antar persona ialah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau sikap seseorang, alasannya ialah sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui balasan komunikan ketika itu juga. Pada ketika komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya aktual atau negatif, berhasil atau tidaknya.

Pengertian Etika Komunikasi Antar Persona Menurut Para Ahli Pengertian Etika Komunikasi Antar Persona Menurut Para Ahli
image source: www.personaconsulting.co.id
baca juga: Pengertian dan misal Konflik Kepentingan Menurut Para Ahli

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Individu Dalam Komunikasi Antar persona

Komunikasi antar persona dimulai dari diri individu. Tampilan komunikasi yang muncul dalam setiap pihak yang berkomunikasi mencerminkan kepersonaan dari setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan kepersonaan setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan menghipnotis keberhasilan komunikasi. Dalam modul ini realita komunikasi antar persona dianalogikan menyerupai fenomena pegunungan es (the communication iceberg).
Analogi ini pertanda bahwa ada banyak sekali hal yang yang memdiberi bantuan pada bagaimana bentuk setiap tampilan komunikasi. Gunung es yang tampak, dianalogikan sebagai bentuk komunikasi yang teramati atau terlihat yaitu:
  1. Interactant, yaitu orang yang terlibat dalam interaksi komunikasi menyerupai pembicara, penulis, pendengar, pembaca dengan banyak sekali situasi yang tidak sama.
  2. Terdiri dari simbols (huruf, angka, kata-kata, tindakan) dan bahasa simbol (bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dll)
  3. Media, susukan yang dipakai dalam setiap situasi komunikasi.

Bagian bawah pegunungan es yang menjadi penyangga pegunungan es itu tidak tampak atau tidak teramati. INI yang disebut sebagai invisible/unobservable aspect. Justru bab inilah yang penting. Walaupun tak tampak alasannya ialah tertutup air, ia menyangga tampilan pegunungan es yang muncul menyembul kepermukaan air. Tanpa itu pegunungan es tidak akan ada. Demikian halnya dengan komunikasi, di mana tampilan komunikasi yang teramati/tampak dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang tidak terlihat, tapi terasa pengaruhnya, yaitu:

1. Meaning (Pemaknaan).


Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb.

2. Learning (Pembelajaran).


Interpretasi makna terhadap simbol muncul menurut pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari berguru yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti hukum yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman ialah rangkaian proses memahami pesan menurut yang kita pelajari. Kaprikornus makna yang kita diberikan ialah hasil belajar.
Pola-pola atau sikap komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan isu ialah hasil berguru terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung ialah proses berguru dari lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita berkomunikasi ialah hasil learning (belajar) dari lingkungan.

3. Subjectivity (Subjektivitas).


Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama. Interpretasi dari dua orang yang tidak sama akan tidak sama terhadap objek yang sama.

4. Negotiation (Negosiasi).


Komunikasi ialah pertukaran simbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk menghipnotis orang lain. Dalam upaya itu terjadi perundingan dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian. Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna. Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.

5. Culture (Budaya).


Setiap individu ialah hasil berguru dari dan dengan orang lain.
Individu ialah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat
Melalui partisipasi menyebarkan simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat. Simbol dan makna ialah bab dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi. Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah. Budaya membuat cara pandang (point of view)

6. Interacting levels and contex (Level dan Konteks Interaksi).


Komunikasi antar insan berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat bermacam-macam mulai dari komunikasi antar persona, kelompok, organisasi, dan massa.

7. Self reference (Referensi Persona).

Perilaku dan simbol-simbol yang dipakai individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang ialah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.

8. Self reflexivity (Refleksi Persona).

Kesadaran diri (self-cosciousnes) ialah keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bab dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi ialah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bab dari lingkungannya dan itu kuat pada komunikasi.

9. Inevitability (Keniscayaan).

Kita mustahil tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melaksanakan apapun tetapi membisu kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.

Berbagai aspek yang dibahas di atas menegaskan bahwa suatu proses komunikasi secara fisik terlihat sederhana, padahal kalau kita mellihat contoh komunikasi yang terjadi itu pertanda kepada kita sesuatu yang sangat kompleks. Kaprikornus sanggup disimpulkan di sini bahwa komunikasi antar persona bukanlah sesuatu yang sederhana.

Dalam sudut pandang psikologis komunikasi antar persona ialah acara yang melibatkan dua orang yang mempunyai tingkat kesamaan diri. Saat dua orang berkomunikasi maka keduanya harus mempunyai kesamaan tertentu, katakanlah pria dan perempuan. Mereka secara individual dan serempak memperluas diri persona masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan, atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak komunikasi.

Pentingnya proses psikologis hendaknya dipahami secara cermat, artinya proses intrapersona dari partisipan komunikasi bukanlah hal yang sama dengan korelasi antar persona. Apa yang terjadi dalam diri individu bukanlah komunikasi antar persona melainkan proses psikologis. Meskipun demikian proses psikologis dari tiap individu pasti menghipnotis komunikasi antar persona yang pada gilirannya juga menghipnotis korelasi antar persona.

Sekian artikel perihal Pengertian Etika Komunikasi Antar Persona Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaa.

Daftar Pustaka

  • Bertens, K, Etika, Gramedia, Jakarta, 2001
  • Effendy, Onong Uchyana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993
  • Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
  • Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika dari A-Z, Kanisius, Yogyakarta, 1997
  • Suseno, Franz Magnis, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius, Yogyakarta, 1989
  • Soehoet, AM.Hoeta, Teori Komunikasi I, IISIP, Jakarta, 2002
  • Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar populer, Pustaka Sinar      Harapan, Jakarta, 2001
  • Sutarno, Alfonsus. Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius. 2008
  • Titus, Harold H,Smith, Nolan (alih bahasa) Rasjidi, Persoalan – Persoalan Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 1984

0 Response to "Pengertian Adat Komunikasi Antar Persona Berdasarkan Para Ahli"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel